PROLOG

363 52 379
                                    


"Angel--"

Aku melemparkan kamus Bahasa Inggris ke wajahnya. Sayangnya Erick berhasil menghindar dan membuat kamus itu menghantam dinding dengan debuman keras. "Berhenti memanggilku seperti itu. Atau kupermak wajahmu nanti."

Dia cuma meringis dan memungut kamus itu. Pintu administrasi terbuka dan kepala Sandra menyembul keluar dengan raut tidak senang. "Apa tadi?"

Erick melirikku sebelum menjawab, "Bukan apa-apa."

"Berhentilah main-main kalian berdua dan kembali bekerja." Dia mengerutkan dahinya sebelum kembali mengurung diri di kantornya.

"Bleh, bleh, bleh. Dasar tukang merintah," gerutuku sambil kembali mengambil buku-buku usang dari rak dan menumpuknya pada kardus di kakiku dengan sedikit membanting.

"Jangan merengut, Eve. Kau terlihat jelek dengan wajah tanpa senyum."

"Biasalah, Er. Akhir bulan," ujar Dean yang menohokku dengan telak. Aku menatapnya tajam dari sela-sela buku. Tapi dia cuma terkekeh dan kembali berkutat dengan gulungan-gulungan kertas yang berserakan di sekitarnya.

"Memangnya kalian enggak?"

"Ya nggaklah. Memangnya kita itu kau yang borosnya minta ampun? Baru aja gajian udah nonton film."

Sial. Aku tertohok lagi.

"Habisnya film itu bikin kepo sih...," gumamku pelan.

"Masa? Suka filmnya atau gara-gara ada Chris Hemsworth?"

Aku memelototinya. Dia benar, sih. Tapi astaga. Percaya atau tidak, tiap fakta yang dikatakannya sangat menohok seolah dadamu ditusuk-tusuk panah berkali-kali. Buktinya aku, yang sedari tadi ingin melakban mulutnya.

"Diamlah," geramku.

"Whoa. Eve kalah omongan--"

Kali ini aku melemparkan kamus bahasa Belanda ke arah Erick. Namun kamus itu ditampiknya dengan mudah. Lalu kamus itu melayang ke pintu administrasi dengan sangat lambat--secara harfiah--seakan waktu berjalan seperempat lebih lambat dari seharusnya.

Mataku terbelalak lebar--sampai-sampai rasanya mau copot--saat pintu administrasi menjeblak terbuka dan menampakkan wajah jengkel Sandra. Dari sudut mata aku melihat Dean berdiri, sedangkan Erick yang paling dekat dengan Sandra melesat secepat mungkin--secepat mungkin dalam waktu yang super duper lambat. Tapi terlambat. Kamus itu menghantam wajah Sandra telak dengan debuman yang membuatku meringis.

Seakan timernya diatur, waktu kembali normal saat dia jatuh tersungkur sambil menyumpah. Sementara Erick dan Dean memberiku tatapan menyalahkan dan tentu saja kubalas dengan pelototan 'aku-tidak-bersalah'.

Kami bertiga berjengit saat Sandra berteriak, "KALIAN BERTIGA KUPECAT!!!"

.

.

.

.

I'm back XD. Makasih atas spirit yang diberikan dan udah nungguin semasa hibernasiku.

Yah. Selamat menikmati dan tolong sarannya. Kritik tajem juga boleh. Tapi tolong tata kramanya.

Tau bedanya ngehina ama kritik, kan?

----- part one updated on 18 February-----

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OTHER [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang