Intuisi'
.
.
[Bab1].
'Aku selalu menunggu mu disini, jarak memisahkan begitu jauh itu tak apa. Aku disini tetap menunggu, atau bahkan menghampiri kesana.'
*******
Sudah lebih dari dua tahun aku menjalin hubungan dengan seorang pria Indonesia yang menetap di Jepang karena alasan sekolah saat ini. Aku mengetahui jarak Jepang-Indonesia tidak lah dekat, begitu jauh terpisahkan oleh lautan dan daratan. .
Sudah dua minggu belakangan Rizky (lelaki yang aku ceritakan di paragraf awal, dia kekasihku) sangat sulit untuk di hubungi, entah mengapa perasaan ku merasa ada yang berbeda dengannya. Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat ke Jepang esok hari. Aku sudah membeli tiket pesawat menuju Jepang dengan uang tabungan ku sendiri.
.
Rencananya aku tidak akan memberi tahu Rizky kalau aku akan menyusulnya disana. Semoga saja apa yang aku ekspetasikan akan menjadi kenang indah di Jepang, aku sudah mengemas semua perlengkapan ku untuk di Jepang selama satu minggu, aku akan sementara waktu disana. Dengan satu koper berukuran besar yang berisi pakaian dan segala perlengkapan di Jepang dan satu kartu anjungan tunai mandiri dengan saldo yang menurutku lebih dari cukup, aku sudah siap.
.
.
*********
.
Keesokan harinya aku sudah sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan diantar oleh supir pribadi orang tua ku. Aku berjalan dengan menarik koper biru laut milikku. Saat ini aku sudah berada didalam pesawat 'Garuda Indonesia' dengan rute penerbangan Indonesia-Jepang.
.
Pesawat ku sudah take off sejak 50 menit yang lalu. Tangan ku Tergerak mengambil note book untuk mencatat apa yang ingin aku tuangkan.
.
12 Februari, 2022.
.
'Jepang, gue ngga pernah ngebayangin akan kesana sendirian dengan rasa penasaran yang gue bawa dari Indonesia. Gara gara Rizky gue bisa ngerasain ke negri matahari terbit ini sendiri, ngga tau deh nanti gue bakal nyasar kemana. 10 menit lagi gue bakal transit di Singapura.'
.
Pesawat yang ku tumpangi sekarang sedang transit di Bandara Internasional Singapur. Satu jam lamanya aku duduk dibangku penumpang, dan sudah satu setengah jam pula aku menunggu pesawat keberangkatan Jepang. Tak lama ada seorang penumpang perempuan yang tadi duduk disebelah ku memberi tau bahwa pesawat kami akan berangkat.
.
Akhirnya selama kurang lebih enam jam lagi aku akan sampai di Jepang, sudah tidak sabar ingin menemui Rizky disana. Karena baru pertama kali aku berkunjung disini aku cukup bingung harus kemana sekarang. "Apa gue ke Tokyo aja ya?! Tapi naek apaan? Duhh nyasarkan gue." Aku kelimpungan, bingung harus bagaimana sekarang ini.Aku mengeluarkan ponsel dari dalam slingbag yang kubawa. "Ck mati." Disaat genting ponsel ku malah mati, padahal aku ingin membuka google untuk menanyakan apa kendaraan yang harus ku naiki untuk menuju Tokyo. Aku sampai di Jepang pukul 08.07 dan sekarang sudah dua jam aku masih di bandara, perut ku mulai meronta minta di isi makanan. Aku sendiri tidak mengetahui harus membeli makanan apa, sushi? aku tidak doyan ikan mentah.
.
*Admin pov on*
.
••••••••••••••••••••••••••••
.
Lebih dari dua jam ini Anin terus mondar mandir seperti orang linglung, dia duduk kemudian berdiri lagi seperti itu selama dua jam. Tanpa sepengetahuannya ada seorang pria yang memperhatikan dari bangku tunggu bandara, tak lama pria itu bangkit dan menghampiri Anin.
.
"Hey are you okey?" Tanya pria itu dengan bahasa inggris. Anin melihat sejenak, memperhatikan wajah orang itu yang terlihat seperti orang asia tenggara.
.
"Eumm, kamu orang Indonesia?" Tanya Anin tiba tiba. Orang itu cukup terkejut karena gadis yang baru dikenalnya ternyata satu negara.
.
Dia tersenyum. "Iya, lo juga?" Tanyanya, Anin mengangguk. "Gue merhatiin dari tadi, lo kaya orang ilang. Kenapa lo?" Tanya pria yang bahkan Anin sendiri tidak mengetahui namanya.
.
"Iya, aku bingung harus gimana, mana hape aku mati, aku ke Jepang cuma sendiri, aku ngga tau bahasa Jepang sama sekali, dan aku laper. Hehe." Anin terus mengadu pada pria itu, seperti sudah kenal sebelumnya, padahal tidak sama sekali.
.
"Astaga, gadis lugu kaya lo kok bisa sih nyampe di Jepang sendirian? Ngga abis fikir gue. Ohya tujuan lo ke Jepang mau ngapain?".
.
"Mau ketemu Rizky."
.
"Dia siapa lo? Sampe bela belain nyusul kesini?"
.
"Pacar aku, aku nyusul dia kesini soalnya dia itu berubah belakangan ini, sikap dia jadi dingin, aneh gitu." Anin menatap pria itu dengan sendu, seperti ingin memberi tau bahwa ia rapuh saat ini.
.
"Tragis banget sih kisah lo, oh iya nama lo siapa?" Tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya.
.
"Aninda Zahira," Jawab Anin sembari menerima uluran tangan pria asing itu. "Gue Gavin Nalendra, tadi lo bilang lo laper? Mau makan? Ayo gue anter." Gavin mengandeng Anin menuju kedai ramen yang masih berada disekitaran Bandara Narita.
.
Gavin membawa Anin ketempat kedai ramen yang cukup ramai, "Lo duduk aja dulu. Biar gue yang mesen." Gavin langsung pergi memesan makanan dan Anin hanya mengangguk, ia duduk di meja yang kiranya tidak begitu jauh dari pintu keluar.
.
"Kyo wa, ramen no 2-ninmae o teikyo shite kudasai," Ucap Gavin, setelah mendapat anggukan dia pergi mencari Anin. Gavin melangkah mendekat, Anin yang sedang melihat kearah jendela menoleh. "Udah?" Gavin hanya mengagguk.
.
Lima belas menit kemudian pelayan menghantarkan pesanan ramen milik Gavin dan Anin, "Kansha." Gavin langsung memberikan satu ramen untuk Anin. "Lo suka ramenkan?" Tanya Gavin. Anin hanya mengangguk, "Sebenernya lebih suka mie instan sih, hehe," Jawabnya.
.
Setelah ramen miliknya habis, Anin meneguk air putih yang disediakan, "Kamu udah lama diJepang?" Tanya Anin sambil menatap Gavin yang sedang menyantap ramen dengan sumpitnya itu.
"Lumayan, gue sekolah disini. " Gavin menjawab dengan singkat dan kembali memakan ramen miliknya.
"Oh ya? Rizky juga sekolah disini loh, barang kali kamu kenal?" Kata Anin.
Cukup lama sampai pertanyaan Anin di jawab oleh Gavin. "Ngga!".
.
"Ngga kenal, cuma tau orangnya." Gavin melempar pandangan pada gelas yang digemgam Anin, ia merampas dan langsung meneguk sampai habis tak tersisa. "Ihhh, bisa tolong aku buat ketemu dia ngga?" Gavin menggeleng, "Gua cuma tau dia di kampus, kalo di luar kampus gue ngga tau." Gavin berdiri untuk membayar, "Yuk, gue anter ke Hotel tempat lo nginep."
.
Sambil berjalan keluar dan mencari bus untuk menuju Tokyo, Anin membuka obrolan. "Kita mau kemana?" Pertanyaan lugu dari bibir Anin membuat Gavin cukup kesal. "Kan gue udah bilang, gue anter lo ke hotel tempat lo nginep," Ujar Gavin dengan nada datar. Andai saja gadis yang sekarang ada disampingnya bukan satu negara, mungkin sudah ditinggal dari awal. "Hotel? Aku belum pesen hotel.." Belum pesan hotel? Bagaimana bisa sudah sampai Jepang tapi belum memiliki tempat tinggal untuk sementara?
.
"Ck, yaudah lo nginep di apartemen gue, tenang lo tidur dikamar gue, biar gue tidur si ruang tamu." Usul dari Gavin membuat Anin cukup senang, sebab dirinya tidak usah ribet mengurusi prihal hotel dan cukup mengurangi bajetnya selama di Jepang seminggu ini.
.
"Tapi kamu ngga akan macem macen kan?" Tanya Anin. Gavin hanya menggelengkan kepala, "Ya engga lah, yakali gue ngerusak anak orang."
.
Mereka berdua menaiki bus malam dengan tujuan Tokyo, karena Anin tidak membawa uang dalam pecahan Yen, Gavin terpaksa membayarkan 420 yen untuk dua orang. Sebab untuk menaiki taksi atau Narita expres cukup menguras kantong, 2500 yen sampai 4000 yen untuk satu orang, begitu menguras kantong bukan?.
•
•
• -bersambung.Gimana? Acak acakan ya? Mohon maaf ya, saya masih amatir, hehe. Ohiya, kalau misalkan ada kesalahan di seputar Jepang, saya minta maaf ya😂 minta bantuannya ya semua. Jangan lupa vote dan komentar ya💘
Sangat di butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Japan
FanficJepang? Negara dengan image 'Sakura'-nya itu loh, tujuan gadis lugu ini tanpa sengaja. Hanya karena ingin menemui kekasihnya yang sekolah di sana. Sampai di Bandara pun gadis ini masih bingung, ling lung. Untung dia bertemu dengan pria baik yang sia...