cinta asmara

3 0 0
                                    

CINTA ASMARA

Orang bilang cinta itu datang perlahan, tapi, menurutku cinta itu datang tiba-tiba dan hilang perlahan. Ia datang dan melukiskan warna ceria dalam hidupku, mengobati hati yang luka, menghapus gundah dengan tawa. Ricky, sebuah nama yang pernah membuatku merasa dunia ini begitu indah. Empat setengah tahun kami lalui berdua entah sedih, senang, dan banyak hal konyol kami lalui bersama. Kini, semua hilang. Hidup yang telah ku tata, hati yang telah sembuh kembali terluka.
Seluruh kebahagiaan itu menguap dan jatuh menjadi hujan air mata. Ricky memutuskan hubungan kami tepat pada annive keempat setengah tahun. Candle light dinner itu berakhir dengan derai air mataku. Ku tanyakan apa yang menjadi alasannya untuk mengakhiri semua ini. Ia hanya berkata, “Suatu saat kamu akan mengerti, tak ada kata yang tepat untuk itu.” lalu pergi meninggalkanku sendiri. Sepi, hanya lilin-lilin yang mulai meredup dan isak tangisku. Alisa Cintasmara. Sejak malam itu aku membenci namaku sendiri. Nama itu berarti cinta yang bergelora. Namun, apa yang terjadi dalam hidupku? cinta hilang begitu saja, arti namaku tak sedikit pun menggambarkan kisah cintaku.Saat ini 3 tahun telah berlalu, namun hati ini belum juga sembuh, ia masih menyimpan luka. Rapuh, takut akan cinta yang baru membuatnya terasing dalam sunyi. Hingga kini aku masih berpikir, mengapa aku masih belum bisa melupakannya? apa itu karena semua yang ia berikan? apa karena cinta itu memang begitu kuat? aku tak tahu. Aku takut untuk membuka hatiku, entah mengapa. Apa karena aku tak ingin kecewa? atau takut terluka? entahlah semua begitu memusingkan. Pada akhirnya hanya satu jawaban yang terlintas untuk semua itu, “Aku masih mengingatnya, aku masih menyimpan kenangannya, dan tak ada yang tepat untuk menggantikan cintanya.”

Ingin rasanya aku berlari melampaui waktu, meninggalkan kenangan, dan hidup terasing dari dunia yang kelam ini. Namun apa yang bisa ku lakukan? hanya menunggu waktu menyembuhkan hatiku, hanya berharap akan ada cinta lain yang datang menghampiriku dan tetap tinggal dan menemaniku melalui waktu. Fajar belum terbit sempurna namun Arina sudah menggusurku dari indahnya alam mimpi. Hampir setiap malam selama beberapa tahun ini kenangan itu selalu mengusikku, membuatku sulit tidur.

“Lisaaa… Lis, bangun! Sarapan dulu yuk, mienya keburu dingin tuh!!”
“Ya, 15 menit lagi deh. Gue masih ngantuuukk,” jawabku malas.
“Lis, kamu tuh tidurnya jam berapa sih?”
“Nggak tahu,” aku kembali menarik selimut dan tenggelam di dalamnya.
“Ya ampuun, jangan bilang kamu masih mikirin dia. Ini udah tiga tahun Lis?!”
“Bukan urusan lo, iya gue bangun!” dengan malas aku duduk melihat wajah kesal Arin di hadapanku.

Dengan kesal aku makan mie yang sudah dingin. Setelah itu aku dan Arin pergi menyusuri jalan tanpa tujuan. Aku dan Arin sempat perang mulut tentang aku yang masih sulit untuk melupakan Ricky. Arin menyarankanku untuk melawan kenangan itu agar aku tidak selalu terkurung dalam kelam. Arin mengajakku ke tempat di mana aku dulu sering bersama Ricky. Pertama kami mengunjungi kebun binatang Rikal Zoo untuk memberi makan jerapah kesayangan kami dulu. Dahulu setiap minggu kami menyempatkan untuk memberi makan jerapah dan Ricky selalu membantuku untuk memberikan makanan itu karena tubuhku yang tergolong pendek. Arin yang kini membantuku memberinya makan. Perlahan aku pun bisa melupakan Ricky. Selanjutnya, kami mengunjungi Rossienta Park yang merupakan tempat kami menghabiskan sore setiap pulang kampus. Bunga mawar di taman ini menjadi saksi romansa kisah cinta kami.

Di sana Arin kembali membuatku menggantikan kisah cinta itu menjadi kisah persahabatan yang ceria. Destinasi terakhir kami membuatku sedikit berdebar, ada rasa takut dan sedikit luka yang kembali terkuak. Candlelight dinner di Svarga Resort dengan view yang masih sama seperti tiga tahun yang lalu. Entah perasaan apa ini? Ada kelegaan tetapi juga ada perasaan sedih yang tersisa. Arin berusaha membuatku tertawa walaupun air mata sudah mulai menggenang di pelupuk mataku. Bayangan Ricky dan segala momen putus itu kembali terlintas di otakku, seperti ada proyektor yang memutar ulang segalanya. Arin tetap membujukku untuk makan dan tertawa.

Tiba-tiba lampu restaurant itu mati hanya menyisakan cahaya lilin di sekitar mejaku. Di sisi lain aku melihat ada sebuah cahaya lilin yang mulai mendekat. Aku menatap Arin dalam gelap, berusaha untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Namun, dalam keadaan gelap seperti itu aku tak dapat menemukan di mana sosok Arin. Perhatianku kembali tertuju pada cahaya lilin yang semakin dekat. Aku bingung dengan apa yang ku rasakan, aku berdebar, cahaya itu sudah berada di depanku. Dalam semburat cahaya lilin aku melihat sosok itu. Sosok yang tiga tahun lalu pergi meninggalkanku, kini ia kembali membuatku terpaku seakan tak percaya.

“Lis, will you marry me?” Ricky bertekuk lutut sambil membuka kotak cincin bertahta kerlip berlian.
“Kenapa kamu kembali? Menawarkan harapan baru setelah kamu menghancurkan semuanya! Kamu pergi entah ke mana, putus tanpa alasan, kamu pikir perasaanku ini apa? tiga tahun ini hidupku gelap! Kamu penyebabnya, kamuuuu!”

“Maaf, sudah saatnya kamu tahu apa alasanku meninggalkanmu dulu. Aku sakit Lis, aku gak mungkin kasih tahu kamu. Aku gak bisa. Aku harus pindah ke Los Angles untuk pengobatan. Setelah dua tahun aku berhasil melawan penyakit itu. Aku ragu untuk kembali karena ku pikir kamu sudah melupakan semuanya. Tetapi, lewat Arin aku mendapat semua informasi tentangmu. Lalu, aku segera menyelesaikan studi lanjutan dan sekarang aku sudah bekerja guardlions company.”

“Jadi Arin tahu semua ini?”
“Lis, aku ngelakuin ini karena aku tahu cinta kalian itu bukan sekedar cinta monyet biasa. Melihat keadaanmu membuatku yakin Ricky memang yang terbaik untukmu. Di sisi lain, Ricky pun punya perasaan yang sama, kalian sama-sama masih menyimpan rasa,”

Aku hanya bisa menangis, entah apa yang Tuhan rencanakan dalam hidupku. Ia memberiku sahabat yang terbaik juga cinta yang luar biasa. Aku sudah memahami semua ini, harapan dan impian memang memiliki begitu banyak cobaan. Kekuatan cinta kami memang sedang diuji oleh waktu dan kini aku bahagia bersama cintaku. Alisa Cintasmara dan Ricky christian

Welcome To StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang