14. Truth be Told

68 4 0
                                    

Aku dan Louis sudah memakai baju yang lebih baik dari pertama kali kami bertemu Dad. Aku sedang menyikat gigi di kamar mandi kamarku sementara Louis (yang tidak memiliki niat sedikitpun untuk membersihkan dirinya) hanya menungguku sambil menonton tv.

"I should impress your Dad when I got downstairs." Teriak Louis agar terdengar ke kamar mandi.

Aku tertawa sedikit dan keluar dari kamar mandi masih dengan sikat gigi di mulut, "you better try hard because he isn't easy to impress."

Louis melihatku dengan smirk konyolnya, "oh cmon, I'm Louis Tomlinson."

Aku mencibir jokingly lalu kembali ke kamar mandi. Satu hal yang aku benci dari rumah Dad adalah kehadiran Miranda, it's like, there's some sort of satan who told me to keep bitching about her. Aku tidak mau mendapat masalah lagi di depan Louis, apalagi setelah apa yang dia lihat di rumah Mom. Tapi membayangkan wajah Miranda saja sudah membuatku kesal setengah mati. UGH HOW.

Aku keluar dari kamar mandi dan duduk di sebelah Louis yang masih tiduran diatas kasurku, menonton Family Guy dengan penuh hikmah.

"Can I tell you something before we head downstairs?" kataku dengan canggung. At least I have to warn him.

Louis langsung duduk menghadapku, melihatku dengan aneh. "What is it?" tanyanya serius.

I look down, playing with the white sheets of my bed. "Well, about my Dad.. he's uhh-"

"Married with another woman?" kata Louis memotong perkataanku.

Aku melihatnya kaget, "he will, technically." Kataku tersenyum lemah. "How could you tell?" tanyaku lagi.

"I know that face," kata Louis menatapku dalam. He surprisingly rubs my forehead softly, sending chills through my body. "and how that feels." Lanjutnya. Aku bingung harus bagaimana, this isn't Louis that I know. He's like a whole different person in this moment, gentle and soft. "Hey, it'll be alright eventually." Kata Louis lagi karena aku melamun terlalu lama.

Aku tersenyum tulus pada Louis, merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. "Let's go downstairs." Kataku.

• EATING ROOM •

"Morning Dad," kataku dengan senyum lebar dan memeluk Dad.

"Oh, my little girl." Kata Dad balik memelukku. Aku duduk di kursi seberang Dad dan sekarang giliran Louis untuk memberinya salam.

"Morning, Sir. I'm Louis." Kata Louis menjabat tangan Dad lalu duduk di sebelahku. Aku memberikannya senyum, mengingat bahwa dia ingin mengimpress Dad.

"Louis, from the band?" tanya Dad lalu Louis mengangguk semangat.

"Apparently, yes." Jawab Louis.

Dad mengangguk, "How about Harry? I thought you're having fun living in his house?" tanya Dad padaku.

Aku tertawa awkwardly, "Ah, he.. has another company for now so I moved out. And anyway, I want to spent christmas with you. It's been awhile." Jawabku mencoba terdengar ceria.

Dad baru mau menjawab tapi Miranda tiba-tiba datang sambil membawa 2 piring besar dari dapur. My mood suddenly goes down the hill. Dia menaruh 2 piring besar itu di meja makan lalu mencium Dad. Aku melihat ke arah Louis dan bicara tanpa suara, "gross." Sambil memampang muka jijik. Louis tertawa tanpa suara juga sambil menggelengkan kepalanya. Aku ikut tersenyum lebar padanya, Louis and Harry has this ability to lift my mood so quickly.

"Morning Candice, and Louis." Katanya tersenyum lebar pada kami berdua.

"Morning." Sahut Louis yang terlihat bingung mau memanggil Miranda dengan panggilan apa.

Sweet EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang