11. Baikan

659 29 0
                                    

"Semoga dengan baikan bisa berubah menjadi balikan."

_____________________________________

"Darimana aja kamu?" bentak Pak Deddy.
"Ehm... anu Pak, dari toilet," jawab Allea secara bohong.

"Jangan bohong kamu!" ucap pak Deddy.

"E... e... enggak Pak. Kita nggak bohong. Tadi itu Allea kebelet. Eh, sampek ditoilet katanya mules." Cerita Ziva dengan menahan senyumnya.
Allea hanya bisa istigfar dalam hati. Karena yang dicemarkan namanya adalah dia.

Anak cowok diam-diam menahan tawa mengejek. Sedangkan anak yang lain sedang takut dengan sikap pak Deddy Barusan.

Pak Deddy segera menatap wajah Allea yang ketakutan.
"Udah sana duduk!" bentak Pak Deddy.

"Sekarang kita langsung ulangan. Nggak jadi diundur. Soalnya teman kamu ini udah balik!" terang pak Deddy sambil membagikan soal soalnya.

"Yah pak...!" rintih semua siswa. Ticha hanya tertawa kecil menatap teman sebangkunya itu yang terlihat ketakutan.

"Matikan handphone kalian, dan taruh di depan!" perintah Pak Deddy. Sebenarnya, orangnya itu tidak galak, tetapi kumis yang hampir menutupi mulutnya itu yang terlihat menakutkan.

'Awas aja ya Ziv! Lo tadi jelekin nama gue didepan semua anak. Gue bales nanti dikantin. Awas ya!' umpat Allea dalam hati.

Semua anak sibuk dengan handphone nya masing-masing. Tapi Allea tidak menaruh handphonenya di meja guru. Ia malah sibuk memikirkan kata-kata untuk menumis Ziva nanti.

Ulangan bahasa indonesia kali ini termasuk sulit. Ulangan berlangsung secara tenang. Sangat tenang. Hanya suara ketukan pensil yang runcing. Ya, tentu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Dari dua puluh soal yang berikan, Ticha merasa tidak begitu sulit dan rumit. Semuanya di rata rata menurut Ticha. Ada yang sulit cuma satu atau dua soal saja karena kalimat yang membingungkan.

'Mungkin ada yang salah satu dua aja kali,' pikir Ticha.

Satu jam berlangsung dengan cepat. Soal langsung dikumpulkan oleh semua murid. Saat Pak Deddy mengecek pekerjaan Dika, Pak Deddy berdecak sebal.

"Kenapa kamu hanya menjawab pertanyaan lima belas? Banyak yang kosong?!" tanya pak Deddy.

Dika malah menjawab sekenanya.
"Udah selesai itu pak."

"Udah selesai gimana? Ini masih banyak yang kosong!" tanya balik Pak Deddy.
"Biarkan waktu yang menjawabnya pak," elak Dika sok dramatis. Semua seisi kelas langsung mengeluarkan tawa.

"Huft,"

Suara Pak Deddy mengatur nafas dalam dalam.
"Tenang Ded, nggak usah mikirin itu bocah. Bisa stroke kamu kalo ngurus ternak tipe gitu." Gumam Pak Deddy pada dirinya sendiri.

Sontak, kelas kembali ramai dengan suara jeritan anak-anak yang mendengar guyonan pak Deddy.

"Ya sudah, silahkan istirahat kalian. Bapak juga mau istirahat. Pusing kepala bapak, punya ternak macam Dika," celoteh Pak Deddy sambil merapikan tatanan bukunya.

"Ternak, ternak, emang kambing apa?" gerutu Dika.

"Lah? Emang lu apa? Manusia?Perasaan lu dari dulu tetep sama, kambing!" jawab pak Deddy sambil melarikan diri dari kejaran Dika yang tercampur emosi.

*****⏰*****


Di kantin.

"Eh, tadi ada apaan? Lo ngumpul di ruang musik?" tanya Ziva sambil melumat mienya.

360 Derajat [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang