senja

3 0 0
                                    

Cinta ibaratkan senja yang terkadang cuma bsa d kagumi namun tidak bisa d miliki. Karna yg bsa mencintai dg tulus hanya seseorang yang paham apa arti cinta sbnrnya. Bukan sekedar hanya memiliki, tp perlu pengorbanan.
Cinta itu buta, cinta itu tuli Demi nyelamatin nyawa ceweknya, cowok ini harus mengorbankan nyawanya. Tapi pengorbanannya ini membuat orang tua cowok bangga
Ada yang sekedar pacaran namun tidak memiliki "Sukanya udah, perhatianya udah, tapi sayang, sayangnya belom milikin dia"
Ibaratkan cinta itu begini "Berhenti mencari dia yang sempurna tuk dicinta, karena yang kamu butuh hanya dia yang mau menemanimu melalui segalanya tanpa pernah menyerah"

**********************

Desember berlalu menguatkan hatiku, saat dia datang dengan senyum membisu. Menaklukan hatiku yang telah lama layu, hingga aku merasa jatuh hati padanya.

Pagi elok ini menyadarkanku dari mimpi semalam, saat dia datang memetik bunga untukku. Aku hanya bisa tersenyum saat dia berkata "Would you be my girlfriend?", kata yang indah untuk didengar. Sayangnya itu hanya sekedar mimpi, tidak mungkin bisa menjadi kenyataan. Hari ini aku berangkat sekolah sendiri tanpa supir yang menemani, aku terpaksa berangkat sendiri karena Mang Udin mengambil cuti 1 bulan untuk menjenguk anaknya yang sakit. Aku melintasi jalan yang sudah sering ku tempuh setiap hari, saat di tikungan aku melihat seseorang yang aku kenal."Yud, kenapa sepedanya?" tanyaku pada teman satu kelasku itu, "Eh... nie bocor, Vhie", "Oh ya udah bareng aku aja?", "Nggak usah Vhie, ngrepotin nanti", "Nggak kok, ayo naik".

Akhirnya aku berhasil mengajak Yuda berangkat bersamaku, dia adalah teman satu kelasku yang sudah aku kenal sejak kelas 7 SMP. Yuda sangat baik, dia adalah salah satu siswa berpretasi di sekolahku. Yuda tahu kalau aku menyukai temannya, Yuda juga yang berusaha mendekatkan aku dengan someone itu. Akhirnya aku bisa mengenalnya walaupun tidak sedekat Yuda, someone itu bernama Yosan. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa membuatku melupakan segalanya, termasuk kesedihanku yang selalu disakiti. Yosan itu manis, dia adalah sosok yang baik, walau terkadang dia adalah sosok yang sangant cuek dan menyebalkan. Tapi hal itu yang membuatku semakin tertarik padanya.

Suatu ketika, aku sedang berjalan menuju kantin, aku melihat Yosan dan teman-temannya berjalan menuju ke arahku. "Hai Vhie, ada waktu nggak?" ucap Candra, "Ada, kenapa?", "Nie Yosan mau ngomong". Aku di ajak Yosan ke taman, "Ada apa, Yos?" Yosan menatapku, "Ehmm.. aku denger katanya temen-temen, kamu suka sama aku?". Pertanyaan Yosan membuat jantungku berdetak cepat, "e... e... Yos, aku... aku" Yosan memotong kalimatku dan menutup mulutku dengan satu jarinya. "hssstt... Aku udah tahu apa yang ingin kamu katakan, mungkin teman-temanku berbohong dan menyebar gosip tentang kamu. Tapi ada satu hal penting yang harus kamu tahu, salah atau benarnya gosip itu yang pasti aku udah punya pacar, Vhie. Dia bernama Merry, mungkin kamu tidak tahu dia tapi yang pasti please aku mohon jangan buat Merry sakit hati dengan gosip itu!". Yosan mengakhiri kata-katanya, aku merasa sangat kecewa dengan apa yang baru saja dikatakannya. "Andai kamu tahu bahwa aku benar-benar mencintaimu Yos, aku mungkin nggak akan pernah mendengar kata-kata sepedas itu".

Aku kembali ke kelas dan membatalkan niatku untuk ke kantin. Hari demi hari masih terus ku langkahi, aku tidak pernah berhenti berharap akan cinta Yosan. Sampai pada suati hari, aku melihat Merry sedang berbelanja di mall, aku segera mengirim pesan pada Yosan. Tapi ternyata Yosan sudah tahu dan meminta agar aku tidak curiga karena Merry sedang bersama kakaknya.

Tanpa sengaja aku memata-matai Merry, aku mulai tidak asing dengan lelaki yang ada di sampingnya. "Sam?", lelaki itu menoleh ke arahku dan begitu juga dengan Merry, "Sam, sama siapa?", "Ini pacarku, kenalin namanya Merry". Aku sedikit marah saat tahu Samudera mengenalkan Merry padaku sebagai pacarnya, lebih lagi Merry dengan santainya melempar senyum padaku sambil menggandeng tangan Samudera. Tidak lama berbincang, aku berpamitan pergi pada mereka berdua. Aku sudah tahu bahwa Merry hanya mempermainkan perasaan Yosan, tetapi aku tidak mengatakan ini pada Yosan karena aku takut nantinya Yosan akan salah paham padaku.

Keesokan harinya, aku sengaja membawakan kue spesial untuk Yosan, hari ini kebetulan mang Udin sudah masuk. Sebenarnya kue itu aku khususkan untuk Yosan, tapi aku tidak tahu harus bagaimana memberikannya pada Yosan. Saat akan berjalan menuju kelas, aku melihat Yosan bersama Merry. Aku memperhatikan Merry mulai beranjak pergi dari Yosan, aku pun menghampirinya. "Hai Yos, aku bawa kue nih, kamu mau nggak?" ucapku, "Waah, kebetulan banget nih, tadi Merry bilang pengen makan kue. Ya udah makasih ya Vhie". Aku tersenyum kecewa melihat Yosan, kue yang susah payah aku buat hanya untuk Yosan malah ia berikan pada Merry.

Saat bel istirahat, aku melihat Merry sedang menunggu seseorang di depan pintu kelasku. "Eh Merry, ngapain disini?" tanyaku "Ah, nie dia nih cewek kegatelan yang nggak tahu diri", "Maksud kau?", "Eh udah deh, gue udah tahu, nie kue dari loe kan dan kue ini loe bikin khusus buat Yosan. Sekarang gue balikin kue nie ke loe, karena gue jijik makan makanan dari loe". Setelah berkata seperti itu Merry pergi, aku sempat merasa marah padanya tapi harus aku tahan. Sampai pada suatu hari, aku tidak melihat Merry bertengkar dengan Yosan, aku tidak berani mendekati mereka karena aku tidak mau ikut campur masalah mereka. Aku mendengar gosip dari teman-teman kalau Merry telibat kasus video p*rno dengan salah seorang siswa kelas XII.

Saat aku melihat Yosan termenung di taman, aku mencoba memeberanikan diri untuk menghampirinya. "Ehmm... maaf Yos, aku Cuma mau ngingetin kalau gak sepantasnya kamu sekecewa ini!", "kamu gak usah ikut campur", "okey maaf, tapi izin kan aku untuk diam disini nemenin kamu", "aku pengen sendiri, jadi lebih baik sekarang kamu pergi", aku diam tidak berkutik. "kamu tuli atau pura-pura tidak mengerti, aku minta kamu pergi dari sini!". aku masih tetap diam, tapi kulihat Yosan mulai menyerah dengan pendirianku. "dulu, kamu sempat memintaku untuk tidak menyakiti Merry, tapi apakah kamu tahu bahwa Merry sudah menyakitimu?". Yosan terdiam, "dulu kamu melarangku untuk tidak mendekatimu tapi ternyata...", "sudah cukup, diam!" Yosan berteriak. Aku tidak ingin menyiksa dia, aku putuskan untuk pergi meninggalkan Yosan. Aku merasakan titik-titik air hujan turun dan membasahi seragamku, aku melihat Yosan tetap tenang dalam duduknya. Aku berjalan dengan langkah tidak pasti, aku tidak melihat sepeda motor tukang kebun melintas. sampai pada akhirnya aku terserempet dan "Bruuuk... Srttt..." aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.

Aku masih mendengar suara Yosan, ia berada sangat dekat denganku. "Vhie, aku mohon bertahanlah" ucapanya, "Yosan aku minta maaf sama kamu, aku dulu benar-benar mencintai kamu, tapi semenjak kamu bilang aku gak boleh nyakitin Merry, aku mencoba rasa ini. Mungkin sekarang saatnya aku jujur sama kamu, aku cinta sama kamu Yosan. Dan cintaku ini bukanlah dusta belaka", "aku tahu Vhie, untuk itu kamu harus bertahan demi aku, demi cintamu", "nggak mungkin Yosan, aku gak bisa bertahan lebih lama lagi. Aku senang kamu merasakan cinta yang aku miliki, aku bahagia walaupun aku nggak bisa hidup bersama... mu", "Vhieaaa....". sampai disinilah akhir kisah cintaku, aku bahagia bisa mendengar kata cinta dari pujaan hatiku. Semoga ia akan menemukan pengganti yang lebih baik dariku, aku berharap cintaku akan tetap dikenang olehnya.

Welcome To StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang