Peel the Apple

13 3 0
                                    


Siang itu aku hanya terduduk di ruang tamu sambil menonton acara berita di televisi yang sudah hampir seminggu ini menyiarkan tentang sebuah merk pestisida yang mengandung bahan kimia radioaktif berbahaya, mereka mewanti-wanti agar kami mewaspadai produk buah-buahan yang tersedia di pasaran karena dampaknya amat sangat berbahaya pada tubuh.
Aku tak habis pikir, mengapa hidup di zaman modern seperti sekarang ini sangat beresiko sekali dengan adanya produk-produk yang mengandung bahan berbahaya yang beredar luas di masyarakat, benar-benar mengerikan,

"Sayang, apa kau mau apel?" suara Novhia, istriku, mendadak membuyarkan lamunanku,
"Oh, ya, tentu sayang," jawabku sambil meraih apel yang disodorkan olehnya dan langsung menggigitnya, apel itu terasa manis tapi setiap aku mengunyahnya, selalu ada rasa asam yang menyertai di lidahku,
"Kau tak mau mengupasnya dulu?" Novhia kembali bertanya padaku,
"Tidak, aku memang sudah terbiasa makan apel tanpa mengupasnya, memang kenapa?" aku balik bertanya,
"Hanya untuk memastikan saja kalau apel itu masih segar, siapa yang tahu kalau apel yang kau makan itu sudah ada larva serangga di dalamnya," jawabnya sambil memotong apel yang sedari tadi dia pegang, dan ternyata apel itu sudah busuk di bagian dalamnya, nampak ratusan belatung menggeliat-geliat di dalamnya,
"Uh, ternyata memang sudah busuk, sial, aku akan meminta gantinya besok," gerutunya sambil membuang apel tersebut.
Aku langsung melihat apel yang tadi kumakan yang kini tersisa hanya tinggal separuh.
Nampak kondisi apel tersebut ternyata tak jauh beda dengan apel yang tadi dibuang istriku, puluhan belatung menyeruak dari bekas gigitanku dan aku langsung membuangnya ke tong sampah sambil meludahkan sisa apel yang baru saja kukunyah,
"Sudah kubilang kan, lebih baik kau mengupasnya dulu," ujar Novhia dengan kesal.
Aku benci mengatakan hal ini tapi memang kuakui kalau kata-katanya memang selalu terbukti benar.

Malam harinya aku tak bisa tidur, telapak tanganku sebelah kanan terasa sangat gatal akan tetapi saat aku menggaruknya, rasa gatal itu tidak hilang, seakan sesuatu yang menyebabkan rasa gatal tersebut berada dibawah permukaan kulitku.
Lalu bagian dalam telingaku sebelah kanan pun mulai merasakan rasa gatal yang sama seperti di telapak tangan kananku.
Akhirnya aku bisa tertidur beberapa jam kemudian setelah mencoba meminum obat tidur yang diberikan Novhia padaku, dan saat aku terbangun pagi harinya, aku menyadari bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi padaku.
Aku melihat kulit di permukaan telapak tangan kananku seakan meleleh dan saat aku mengepalkan tanganku, rasanya aku seperti menggenggam segumpal tanah liat yang basah dan aku merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam genggamanku.
Kubuka kepalan tanganku dan kulihat ada ratusan belatung menggeliat di permukaan telapak tanganku yang kini sudah hancur seperti lilin dan rasanya perih sekali bercampur dengan gatal.
Aku bangkit dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tanganku.
Saat aku berjalan menuju kamar mandi, aku merasakan ada sesuatu yang mengalir keluar dari dalam telingaku sebelah kanan dan menetes di lantai, saat aku memeriksa cairan itu, aku langsung merasa mual saat menyadari kalau cairan itu adalah cairan nanah yang bercampur dengan ratusan belatung dan akupun menyadari satu hal lagi kalau ternyata pendengaranku sebelah kanan tak berfungsi lagi dengan kata lain aku menjadi tuli sebelah.
Aku berteriak kalap menuju dapur dan saat itu pula aku tak sengaja menabrak Novhia yang baru saja pulang berbelanja,
"Aduh, kau bisa berhati-hati sedikit tidak kalau berjalan?" tanyanya dengan nada kesal,
"Tidak...! Menjauhlah dariku!" teriakku padanya yang langsung terdiam.
Satu hal yang ada di pikiranku adalah menyingkirkan makhluk-makhluk kecil sialan itu dari diriku.
Entah pada saat itu juga aku merasakan ada rasa perih bercampur gatal di dalam rongga hidungku dan aku langsung bersin di hadapan Novhia tanpa sempat memalingkan muka darinya sambil menyemburkan ratusan belatung bercampur nanah tepat ke wajah dan bajunya.
Samar-samar melalui telinga kiriku yang masih berfungsi, aku mendengar Novhia menjerit ketakutan,
"Ya Tuhan, Gery..! Apa yang terjadi padamu..!?" dia berteriak dengan ekspresi terkejut bercampur ngeri dan dia langsung berlari keluar dan berteriak minta tolong sementara aku hanya tergeletak tak berdaya di lantai, tak kuasa menahan rasa gatal bercampur perih yang perlahan mulai menjalar ke seluruh tubuhku.

Beberapa saat kemudian Novhia kembali bersama beberapa orang, salah satu dari mereka ada yang berteriak kaget melihat keadaanku yang tergeletak tak berdaya di lantai di tengah genangan cairan nanah bercampur belatung,
"Kau bilang kemarin kau sempat membeli apel yang sudah busuk, apa suamimu sempat memakannya?" tanya salah seorang dari mereka pada istriku.
Novhia hanya mengangguk sembari mengusap air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya,
"Kudengar kemarin petugas dari Dinas Pengawasan Makanan menyita ribuan ton apel yang terkontaminasi zat radioaktif, bahkan beberapa apel ada yang sudah busuk dan petugas menemukan ribuan belatung yang telah bermutasi di dalamnya, nampaknya ada beberapa apel yang lolos dari pengawasan," sambung salah satu dari mereka.

Aku hanya bisa merintih meminta tolong pada mereka dan aku dapat merasakan kedua kelopak mataku mulai terasa gatal dan aku merasakan ada puluhan belatung merayap di permukaan bola mataku,
"Argh... kumohon tolong aku" aku tak mampu bersuara keras karena belatung-belatung itu telah memenuhi kerongkongan dan rongga mulutku,
"Ugh, lihat! Belatung-belatung itu bisa memperbanyak diri, bagaimana bisa?" teriak salah seorang tetanggaku dan melalui penglihatanku yang semakin memburuk, aku masih bisa melihat salah seorang dari tetangga-tetanggaku yang berdatangan berlari keluar sementara lainnya hanya mampu melihatku yang kini menggeliat sekarat di lantai.
Akhirnya kedua mataku tak berfungsi lagi dan semuanya menjadi gelap, dan pada saat itu juga aku merasakan seseorang mengguyurku dengan air yang terasa amat dingin saat menyentuh kulitku,
"Hei! Apa yang akan kau lakukan pada suamiku!?" aku mendengar Novhia berteriak,
"Pencegahan awal Nona, maafkan aku, tak ada yang bisa kita lakukan lagi padanya," jawab orang yang mungkin tadi menyiramku dengan air... tunggu ini bukan air, daya penciumanku masih sedikit berfungsi dan aku masih dapat mengenali bau itu, bau yang selalu tercium saat aku mengisi bahan bakar kendaraanku di stasiun pengisian.

Tiba-tiba aku mendengar istriku berteriak histeris dan aku mulai merasakan ada sesuatu yang panas merambat di sekujur tubuhku dan kini aku merasakan panas itu mulai menyebabkan rasa sakit yang kian bertambah di sekujur tubuhku.
Aku hanya mampu meronta kesakitan dan kurasakan tubuhku makin lemas sampai akhirnya rasa sakit itu tak terasa dan aku tak mendengar apa-apa lagi, semuanya menjadi hitam pekat.

END

PEEL THE APPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang