Apakah kamu tahu saat hujan turun ia membawa sebuah rahasia? Dia tumpahkan segala kerinduan pada samudera, pada laut, pada sungai dulunya tempat ia berada. Apakah hujan bahagia saat ia kembali? Saat ia jatuh terhempas ke tanah yang keras dari awan yang lembut.? Apakah hujan ikhlas menerima kenyataan ini? lalu seperti apa perdebatan hujan dan Tuhan di langit?
Hujan berkata "Mengapa Engkau memintaku mendinginkan bumi, menyuburkan bumi, membasahinya? sedangkan saat aku berada di sungai, di laut, di samudera manusia meracuniku lewat limbah kepentingan mereka. Kenapa Engkau masih memerintahkanku berbuat baik pada mereka sedang mereka menyia-nyiakanku saat aku turun. Dan saat musim kemarau tiba mereka memohon –mohon seolah tak berdaya tak sanggup hidup di bumi ini lagi. Kalau sudah begini manusia berbondong-bondong memohon ampunan darimu, mengakui kekhilafan, dan memintamu menurunkanku kembali. "
Tapi hujan bukan manusia yang saat Pencipta-Nya berkata "kun fayakun" ia langsung melaksanakan titah-Nya. Semua rasa bencinya kepada manusia hanya sampai pada dirinya. Maka begitulah hujan saat ini turun. Manusia seketika bersuka cita saat tetes demi tetes hujan berdenting di atap rumah mereka. Kini kerisauan mereka akan kemarau berhenti sudah.
Manusia itu egois, hujan lagi-lagi berbicara. Saat Tuhanku mengampuni dan mengabulkan permohonan mereka, tapi sebagian dari kaum itu masih saja tidak mensyukuri kehadiranku saat aku datang di musim hujan. Mereka kembali mengeluh akibat keberadaanku aktivitas mereka terganggu, sampai-sampai masalah banjir mereka tuding kepadaku. Jika Tuhanku sampai pada kemurkaannya bisakah manusia meminta kembali perlindungan dari-Nya?
Pekanbaru
11-08-2015
D.R