" Va a estar bien comedor que tenemos esta noche?" Juan berkata dengan bahasa yang tak kumengerti. Ander melirik ku gelisah tapi tak lama ia langsung tersenyum manis.
"no, ahora no, Juan" Ander berkata sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Aku berdeham sekali untuk mencairkan suasana yang menurutku cukup canggung ini.
"Uhm, Ander.. " ucapku.
" ya? Kau butuh sesuatu?" Ander berbicara padaku dengan nada yang menurutku cukup panik.
"Tidak, maksudku ya, eh itu.. Kau tau rumahku dimana?Maksudku, itu.. Kau tidak bertanya dimana alamat rumahku sedari tadi." Aku berusaha menutupi kegugupanku yang sialnya gagal. Ander terlalu mempesona.
Dia, Ander terkekeh kecil aku cukup sangat malu saat itu, Veronica bodoh.
"Tentu tidak, silahkan tunjukkan jalannya nona," Ander mengedipkan sebelah matanya sementara Juan memutar bola matanya. Dan tentu saja aku lebih peduli kepada Ander. Oh Ander-ku yang tampan...
Ander tertawa keras sambil melihat kearahku "Muchas Gracias, Bastante."
Ia mengedipkan matanya, lagi. Oh ya Tuhan.---------
"Terima kasih banyak Ander dan uhm.. Juan, Aku sangat berterima kasih pada kalian, Aku tidak tau jika..."
"Ya sama-sama" Juan memotong pembicaraan ku. Aku cukup terkejut atas sikapnya yang terlihat sangat tak suka padaku.
"Oh ya.. Hati-hati.." Aku berucap hati-hati. Ander angkat bicara.
"Sama-sama, maafkan dinding dingin disebelahku ini, hmm selamat tidur dan mimpi indah..Veronica"
"Oh i-iya, selamat malam, kau juga.." Aku menggiggit bibir bawahku gemas, saking tak kuasanya aku menahan teriakanku yang memalukan ini.
"Sekali lagi terima kasih.. Ander dan umm.. Juan"
"Sama-sama, sampai jumpa lagi, Vero"
Sial! Akhirnya aku berteriak juga saat mobilnya mulai menghilang dari hadapanku.--------
"Ada apa?" Ander mengernyit menanggapi pertanyaan Juan.
"Apanya yang apa?" Juan menatap sengit Ander yang sedang melamun keluar jendela dan tak jarang menahan tawanya.
"Kau yang ada apa! Kenapa kau melepaskan wanita polos nan bodoh itu!!" Juan sudah kehabisan akal menghadapi Ander yang juga kehilangan akal.
"Berhenti mengucapnya bodoh!, kau yang ada apa! Memangnya sebelum membantu Vero, kita membuat kesepakatan dahulu bahwa dia akan menjadi santapan kita malam ini?!"
"Tapi kita tidak membawa apapun untuk David malam ini! Dia pasti akan marah besar, bodoh!"
"Sial! Jika David tak sekuat itu aku akan melawannya, dan tidak sudi diperbudak seperti ini!"
"Tapi Takdir berkata lain Lucifer lebih memberkati David dibanding kita." Suara Juan lebih kecil dan lebih tenang dari sebelumnya. Sedangkan Ander hanya membuang nafas kasar sembari menjenturkan kepalanya ke jendela mobil, sambil memejamkan matanya berusaha menemukan titik terang dari pikirannya yang sedang berkecamuk.------
Mobil mewah itu mulai memasuki pekarangan rumah yang lebih dari kata luas, jauh dari udara perkotaan dan sungguh indah, tentu saja jika yang melihat tidak tau penghuninya seperti apa.
"Wah! Kedua saudaraku sudah pulang dari perjalanan rupanya!" David menyambut mereka berdua dengan senyuman manis.
"Tapi perjalanan sia-sia! Apa yang kalian dapat dari 5 jam di perjalanan?!" Baik Ander maupun Juan semuanya diam membisu.
"Jawab aku keparat!!" David mendorong Juan sedikit tapi efeknya Juan terpental ke kaca depan mobil yang baru saja dikendarainya, suara pecahan kaca sangat nyaring terdengar karena Juan tepat menabraknya ditempat itu, David berganti menatap Ander bengis, tetapi tatapannya berganti menjadi tatapan lembut memuakan,
"Oh Ander, hmm.. Tampaknya aku mencium aroma manis dari tubuhmu.." Ander tak berani menjawabnya.
"Sial! Siapa wanita itu brengsek!" Ander terpental tepat kesalah satu pilar rumah megah itu, Ander menghantam pilar itu dengan sangat kencang. Tapi belum beberapa menit, David kembali menyiksanya dengan cara mencekiknya.
"Bawa dia besok malam, atau aku akan mencarinya sendiri.." David membisikkan Ander, dengan nada yang terasa sangat dingin dan kemudian melepaskan cekikannya dileher Ander.
Ander lagi-lagi membisu, ia menyadari, lebih baik meninggalkan Vero dihalte, daripada menolongnya tadi. 'Dasar bodoh' Rutuknya dalam hati. Juan segera menghampiri Ander, dan menepuk bahunya sekali.
"Ini kesalahan kau, dan seharusnya kau tau bahwa seperti apa tanggung jawab itu."
Kata-kata singkat itu berhasil menampar Ander secara tidak langsung. Pikiran Ander berkecamuk, dengan berbagai keputusan. Ia memutuskan untuk ke balkon kamarnya, tempat dimana suara binatang-binatang hutan terdengar sayup-sayup, dan itu cukup membuatnya sedikit tenang.****