12. Ucapan Bunda

638 32 0
                                    

"Kenapa disaat aku ingin memaafkan, rintangan datang menghadang. Apa aku salah menentukan jawaban?"

____________________________________

Hari-hari berjalan seperti biasa.

Sampai akhirnya, hari yang ditunggu tunggu oleh Rivan dan Ticha.
Yaitu, hari dimana dia akan lomba menyanyi se-Jakarta dengan Ticha.

"Nggak terasa ya? Seminggu kita latihan. Sekarang kita udah duduk tinggal nunggu giliran," ucap Rivan dengan memandang anak dari sekolah lain yang sedang perfoms.

"Iya. Nggak terasa." Timpal Ticha.
Tanpa disadari, sekarang adalah giliran Ticha juga Rivan.

Prok! Prok! Prok!

Suara tepuk tangan bergemuruh di telinga keduanya. Ticha segera naik ke atas panggung. Rivan yang berbusana se-cool mungkin. Dan Ticha yang berbalut drees selututnya. Keduanya sangat cocok bila dipasangkan.

Allea serta teman teman yang lain, juga hadir di acara tersebut. Mereka mensupport sekolah mereka. Sudah pasti tentu.

"Ya..bagaimana? Sudah siap?" tanya MC di acara tersebut.
"Udah," jawab Ticha sesimple mungkin.

Lalu Ticha segera duduk di depan tuts tuts piano yang sangat besar ini.

Suara alunan musik sudah terdengar. Seluruh anak pendukung SMA Jaya Bakti langsung bertepuk tangan.
Ticha sudah membuka mulut untuk mengawali lagunya.

Berdiriku disini hanya untukmu

Dan yakinkan ku untuk memilihmu

Dalam hati kecilku inginkan kamu

Berharap untuk dapat bersamamu

Aku kan ada untuk dirimu

Dan bertahan untukmu 🎵

Terlukis indah raut wajahmu dalan benakku

Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku

Terlukis indah puisi cinta dalam hatiku

Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku 🎵

Suara tepukan tangan terdengar begitu meriah. Cara Ticha mengungkapkan lirik lagu tersebut sangat baik. Penuh penghayatan. Bahkan, tak mengira, sebulir air mata Ticha tadi sudah meluncur membasahi pipinya.

"Ya! Wui! Keren bingits...! Mana tepuk tangannya?!" sahut MC yang sedari tadi memperhatikan Ticha bernyanyi.
Seisi gedung langsung mengeluarkan tepukan yang kesekian kalinya.

"Makasih," timpal Ticha dengan menundukkan kepalanya sedikit kearah penonton.

"Penghayatannya, sampe ngeresep di hati. Buat pacarnya ya?" goda MC dengan cengiran matanya.

"Enggak kog mbak," jawab Ticha kaku.
"Enggak apa nggak?" godanya lagi.
"Enggak!" jawab Ticha dengan sedikit emosi di wajahnya.
"Ya ya, sorry deh!" ucap MC dengan mengudarakan kedua jarinya.

"Mana tepuk tangan nya lagi?!" jerit MC yang kesekian kalinya.
Rivan sedari tadi diam. Ia memilih diam karena, ia sendiri ingin terus menatap gadis di atas panggung itu.

360 Derajat [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang