Another GIFT 14.5

809 95 51
                                    

Ini ff yang benar - benar fiksi.
Happy reading 😊


"Dokter, bagaimana? "


"Maaf, ginjal kanannya terluka parah, kami harus mengangkatnya, tidak ada pilihan lain. "


"Hanya dengan satu ginjal. Apa dia akan baik - baik saja dokter? "


"Kami belum bisa mengatakannya sekarang, butuh observasi lebih lanjut untuk mengetahuinya. Berdoalah demi yang terbaik untuk adik anda Tuan Lee. "





***





"Nngghhh.... Ah.... "

Jelas sekali raut kesakitan di wajah Donghae ketika efek dari penghilang rasa sakit mulai berkurang, kesadarannya sedikit demi sedikit terkumpul. Bersamaan dengan itu rasa sakit pasca operasi semakin terasa, memaksanya menghiraukan keluarga di sekitarnya, bertanya dengan nada khawatir yang kental.


"Sayang, Donghae ya, buka matamu sayang, ini eomma. " berusaha tegar, tanpa meneteskan air matanya, eomma Lee kembali harus melihat Donghae terbaring lemah kesakitan.


Iya, sejak dua jam yang lalu, eomma Lee dan kedua hyung Donghae telah sampai di rumah sakit. Menunggu Donghae sadar dengan begitu tenang, dan sedikit canggung setelah Hyukjae sempat memukul wajah tampan Yesung begitu dia tiba di rumah sakit, bukan ikut menumpahkan semua kesalahan pada Yesung, melainkan ungkapan kecewa karena Yesung tidak bisa menjaga Donghae, sesuai dengan janjinya dulu.


Begitu mendengar kabar dari Yesung, tanpa peduli dengan hal lain lagi, Hyukjae dan Siwon langsung membawa eommanya ke salah satu rumah sakit swasta di Seoul, tempat Donghae di rawat setelah percobaannya melindungi Yesung yang berakibat fatal.


Peluru panas penjahat itu menembus pinggang kanan Donghae, dengan jarak yang relatif dekat, dan posisi Donghae yang merugikan, tembakan itu merusak ginjalnya. Parah, sehingga tidak ada pilihan lain bagi dokter yang menangani Donghae selain mengangkatnya.


"Eom...ma? " melihat wajah khawatir eommanya, Donghae sebisa mungkin menyembunyikan rasa sakitnya. Dia pikir akan berhasil, namun tidak, dia tidak akan pernah bisa. Mereka adalah keluarga terdekatnya, eomma yang mengandung Donghae, dan kedua kakak yang pernah berbagi rahim dengannya.


Jangan sebut mereka saudara jika Hyukjae dan Siwon yang masih berdiam diri memperhatikan Donghae dari sisi lain brankar tidak melihat ekspresi Donghae yang menahan sakitnya. Kelegaan luar biasa tergambar di wajah keduanya, paling tidak mereka masih bisa mendengar serak - seraknya suara Donghae, walau tidak seberisik biasanya.


"Aku panggil suster dulu eomma, mungkin penghilang sakitnya mulai habis. " Siwon berjalan keluar kamar inap Donghae setelah sempat mengelus kepalanya lembut


"Hmm... "


"Hyuk hyung... " baru menyadari kehadiran hyung tertuanya setelah Donghae merasakan belain lembut di tangan kirinya yang tertancap besarnya jarum infus. Namun tidak berselang lama, dengan pandangannya yang belum jelas terhalang oleh masker oksigennya, Donghae seperti mencari seseorang, kepalanya bergerak gelisah tidak nyaman.


"Berapa lama aku tidur hyung? "


"Entahlah, mungkin sekitar 8 jam atau lebih. " mendengar jawaban Hyukjae, Donghae semakin gelisah, bahkan dia menghiraukan sapaan lembut suster cantik yang masuk hampir bersamaan dengan Siwon.


"Ada apa sayang? Kau membutuhkan sesuatu? " lain halnya dengan Hyukjae dan Siwon yang hanya bertukar pandang saling bertanya tanpa suara tentang hal yang sama, eomma Lee lebih sabar menghadapi Donghae, bertanya dengan lembut padanya, mengusap dahi lebarnya yang mulai basah oleh keringat.


"Dimana Yesung hyung eomma? " pertanyaan Donghae lebih bertenaga dari sebelumnya, efek suntikan yang suster berikan mungkin mulai bekerja. Siwon berniat menjawab magnae tersayang mereka, mendekat ke brankarnya, setelah membungkuk terimakasih kepada suster yang baru saja meninggalkan ruangan. Namun...


"Ah Yesung hyung tidak di sini, di mana eomma? Di mana mereka menyimpan barangku?  Dan hyung tolong berikan aku selembar kertas dan pensil. Argh...duh Eomma sa...kit. "


Eomma, Hyukjae, dan Siwon ikut terkejut sakit melihat Donghae yang berusaha duduk dengan luka operasi yang masih basah. Sakit tentu saja. 


"Tenanglah sayang, jangan banyak bergerak, biar hyungmu naikkan sandaran ranjangmu." Hyukjae membungkuk sedikit, memutar tuas di bawahnya hingga sandaran Donghae mulai bergerak naik, lebih nyaman.


"Siwon ah bisakah kau carikan apa yang adikmu butuhkan? "


"Tentu saja eomma. " Siwon mengambil selembar kertas dari tasnya, pena dari saku jas, dan bergerak ke laci kecil di sebelah kiri ranjang, mencari barang Donghae, setelah sebelumnya memberikan kertas dan pena pada Donghae.


"Apa yang kau butuhkan dari barangmu Hae? "


"Sebuah kalung hyung. "


Sementara Siwon masih sibuk mencari, dengan berlandaskan meja makan di atas ranjang, Donghae menuliskan sesuatu. Hyukjae tidak sampai hati melihat tulisan tangan Donghae yang semakin tidak bisa di baca karena tangannya gemetaran, mengambil alih pena dari tangan adiknya.


"Katakan saja, hyung bantu menulisnya. "


Hyukjae menulis persis seperti apa yang dikatakan Donghae, sebelum dia melupakannya, dituliskannya semua tempat yang dilihat Donghae dari vision yang dia terima sebelumnya, dari mobil ada 5 tempat berbeda, 6 lokasi di dapat Donghae dari dua pelaku yang duduk di belakang, sedangkan dari si pengemudi Donghae melihat 3 tempat. Total ada 14 lokasi, Hyukjae mengerutkan dahinya serius, mempelajari apa yang dia tulis, hal yang sama dengan yang dilakukan Donghae.


"Hyung? "


"Hyung akan menghubungi Yesung hyung, tenanglah! "


Kakak beradik Lee itu menemukan sebuah kesamaan di sana, mereka bertiga mengunjungi 2 lokasi yang sama. Muncul kecurigaan di sana, mungkin salah satu dari lokasi itu adalah tempat dimana mereka menyembunyikan korban. Hyukjae membuat keputusan yang tepat dengan menghubungi Yesung. Sebaiknya Hidden tim bergerak cepat.


Sementara Donghae dan Hyukjae masih berkosentrasi pada hasil temuan mereka. Siwon menemukan apa yang Donghae cari, itu kalung Cho Ara. Ternyata Donghae belum mengembalikannya, dia gunakan untuk memantau keadaan Cho Ara dan korban lainnya.


"Indah sekali, milik siapa sayang? " eomma Lee memuji indahnya kalung yang kini beralih kegenggamannya, setelah sempat penasaran, dan meminta Siwon memperlihatkannya terlebih dulu padanya.


Mendengar pujian eommanya, perhatian Donghae seketika teralihkan.


"Kau sudah menemukannya hyung? "


"Hmm..."


"Itu milik salah satu korban, eomma. " tangan kanan Donghae menengadah ke arah eomma Lee, meminta kalung Cho Arra yang masih di genggamannya.


"Apa yang akan kau lakukan dengan kalung itu Hae? " hanya dengan memikirkan apa yang akan Donghae lakukan dengan kalung korban, membuat Siwon dan eomma Lee khawatir luar biasa.


Bertambah parah ketika harus membayangkan Donghae dengan keadaannya yang sekarang akan melakukan pencarian. Membuat eomma Lee membisu, matanya mulai berkaca, melihat ke tangan Donghae yang masih terjulur ke arahnya dengan gemetar. Eomma Lee menggenggam kalung itu semakin erat, ingin sekali saja dia egois, tidak ingin memenuhi permintaan konyol magnae mereka.


"Aku mohon eomma, " lirih dan putus asanya suara Donghae, menyakiti hati Eomma Lee. Dengan air mata yang mulai mengalir deras, hanya gelengan yang bisa eomma Lee berikan.


"Kau menyakiti hati kami Hae. " bagaimana bisa Siwon tahan dengan situasi seperti ini. Dia tidak bisa lagi mengatasinya, Siwon keluar, menghiraukan panggilan Hyukjae yang kaget mendengar kerasnya bantingan pintu, dan sempat terkejut melihat adik pertamanya yang terkenal begitu tenang, kini dengan wajah merah penuh amarah keluar dengan begitu emosional.


"Aku janji, aku akan baik - baik saja eomma. " suara Donghae sampai ke pendengaran Hyukjae begitu dia masuk. Eommanya masih terisak, menghiraukan semua yang sedang terjadi, Hyukjae mendekat, memeluk eommanya berusaha menenangkannya, apapun itu, hal buruk apa yang akan terjadi, Hyukjae selalu mempercayai Donghae.





***




Hidden tim masih sibuk dengan laporannya, terlebih detektif Nam, dengan alasan karena dia lah yang paling junior di sana, tugas sepele tapi super melelahkan seperti mengetik laporan adalah bagiannya.


Sementara mata detektif Nam mulai merah, lelah karena terlalu lama di depan layar komputer, detektif Ahn dan Yesung juga sama penatnya mempelajari berkas - berkas yang berhasil mereka kumpulkan. Kertas putih berhamburan memenuhi meja kerja mereka, detektif Goo yang biasanya berperan sebagai sesi kerapian entah pergi kemana.


Suasana bertambah suram dan sedikit menegangkan, ketika Kepala Polisi Jeon dengan kekuatan otot tangannya yang luar biasa, membuka pintu begitu saja dan menutupnya keras. Menunjukan kekecewaannya, marah, dan berteriak tentang ketidak-becusan tim mereka. Betapa payahnya mereka tanpa Donghae, bahkan mereka tidak bisa mendapatkan informasi yang berarti dari ketiga pelaku yang mereka tangkap dalam operasi semalam.


Yesung hampir kehilangan kontrol, menendang kursi besi di depannya, ingin sekali dia memaki Kepala Polisi Jeon kasar, ditambah meneriakan kata kotor tepat di depan wajahnya. Pasti sangat melegakan. Hampir saja. Jika Yesung tidak ingat posisi Kepala Polisi Jeon, yang juga sebagai keluarga korban, betapa putus asanya beliau sekarang. Kalau saja smartphonenya tidak bergetar, dengan nomor dan nama Hyukjae yang memanggil.


Kepala Polisi Jeon seketika menghentikan racauannya mendengar Yesung menyebut nama Hyukjae dalam panggilan telponnya. Menyimak dengan seksama obrolan mereka, berharap Donghae segera sadar dan memberikan titik terang demi keberhasilan kasus ini, untuk Jung Suzy, keponakan tercintanya.


"Apa Donghae baik - baik saja? " pertanyaan pertama muncul dari detektif Ahn, sedetik pasca Yesung mengakhiri percakapannya.


"Hmm..dia sudah sadar. " ada sorot kelagaan di mata Yesung, bersyukur tentu saja, Donghae sudah sadar, dan memberikan informasi penting yang dia dapat dari visionnya.


"Apa dia menemukan tempatnya? " Kepala Polisi Jeon bertanya antusias, yang di jawab Yesung dengan sikap cueknya, sibuk menuliskan sesuatu pada lahan kosong di whiteboard sebelah kananya.


"Donghae melihat 14 lokasi dari vision yang dia dapat, namun mereka hanya mengunjungi 2 tempat yang sama. "  Jelas Yesung singkat, sambil melingkari 2 tempat yang dimaksud.


"Kita bergerak sekarang! "





***





"Gomawo eomma. " akhirnya eomma Lee kalah, seperti biasanya, tidak ada satupun yang tidak bisa menuruti kemauan Donghae.


Eomma Lee sempat ingin mengikuti jejak Siwon, pergi keluar, tidak sanggup melihat Donghae melakukan pencarian dengan keadaan yang sekali lagi, tidak memungkinkan. Tapi bagaimanapun juga, sesakit apapun rasanya, eomma Lee ingin selalu  di sampingnya, terlebih ketika putra bungsunya itu kesakitan.


Hyukjae mengeratkan genggamannya pada tangan kanan Donghae, memberinya kekuatan di saat tangan kirinya yang masih bergetar lemas harus menerima uluran kalung dari eomma Lee. Mata Donghae mulai terpejam erat, bibir pucat pecah - pecahnya menggumamkan nama Cho Ara berulang kali.


Hati Hyukjae cukup tenang, sedikit menghiraukan asma Donghae menyadari masker oksigen masih terpasang rapi pada saluran pernapasan Donghae. Kemudian ikut mengulas senyum melihat adiknya yang juga tersenyum tipis, sepertinya pencarian berhasil, dan Donghae baik - baik saja.


"Hyung dia di sini, di rumah sakit ini, antar aku padanya hyung. Kumohon." Donghae terlalu antusias, melihat keadaannya yang tidak memungkinkan untuk itu membuatnya meringis kesakitan berulang kali.


"Tidak bisakah hyung mu saja yang mencarinya sayang? "


"Eomma, Hyuk hyung belum pernah melihat wajahnya, dan akan sulit bagiku untuk menjelaskan keberadaannya pada Hyuk hyung eomma. " dengan suara serak lemasnya, perlahan, Donghae memberi eomma Lee pengertian.


"Baiklah, hyung mengerti. Jangan banyak bicara, aw...was, lakukan perlahan Donghae ya. " dengan sangat hati - hati, Hyukjae membantu Donghae membuka masker oksigen, kemudian mengangkatnya perlahan takut - takut bekas operasinya akan kembali terbuka karena kecerobohannya, kemudian membungkuk mendudukan Donghae pada kursi roda, dan yang terakhir mengaitkan selang infus pada pengait di sebelah kiri kursi.


"Apa tidak perlu minta ijin Dr. Shin dulu Hyuk ah? "


"Eom...ma, kita harus cepat. "


"Hyuk akan menjaganya eomma, eomma tinggalah di sini, cobalah untuk istirahat, kami akan segera kembali. " tidak ada lagi yang bisa eomma Lee lakukan, selain mengangguk pasrah, mengiyakan permintaan putranya, dan semampu mungkin mendoakan yang terbaik bagi mereka.


Begitu Hyukjae membuka pintu, berniat keluar...


"Kita ada tamu hyung... "




***




Hidden tim tiba di lokasi pertama, tidak jauh dari pusat kota, namun terkenal 2, karena itu, kali ini mereka membawa beberapa rekan dan bekerja sama dengan sektor kepolisian setempat. Ah, Kepala Polisi Jeon bahkan membawa anak buah pribadinya, dari luar satuan kepolisian.


Belum pernah ada yang meyentuh mafia perdagangan organ di daerah ini, selain terkenal berbahaya, mereka mempunyai pelindung raksasa dan berkuasa, menjalin hubungan timbal - balik saling menguntungkan dengan orang - orang kaya, yang berpikir bisa menguasai dunia dengan harta mereka.


Sasaran Yesung dan timnya adalah sebuah gedung 3 lantai, lantai pertama difungsikan menjadi restoran China dengan pencahayaan merah temaram dari lampion yang tergantung di atapnya, ada sekitar 12 orang di sana, belum di tambah dengan penghuni lantai kedua dan ketiga. Tanpa berpikir panjang, buta akan jumlah lawan yang akan mereka hadapi, Hidden tim mantap melangkah hanya dengan sebuah tongkat baseball di tangan mereka.


Perkelahian brutal tidak mungkin terelakan. Luka, darah, korban pasti berjatuhan. Bersyukur, Hidden tim dan tim operasi baru mereka cukup tangguh untuk memukul mundur lawan.


Menemukan yang seharusnya mereka dapatkan setelah perjuangan yang tidak mudah, senang tentu saja, usaha mereka membuahkan hasil, menyelamatkan beberapa nyawa tidak bersalah, dan menjerujikan mereka yang pantas.


Namun sayang, itu bukan pencapaian yang mereka dambakan. Tidak ada Jung Suzy maupun Cho Arra di sana, tidak ada mereka dengan darah berhesus negatif yang langka. Mereka bukan di tempat yang salah, Hidden tim hanya belum menemukan tempat yang tepat.


Menyerahkan sisanya pada petugas kepolisian setempat, Hidden tim memutuskan untuk bergerak menuju lokasi kedua.





***






"Siwon ah... "


"Owh... Dr. Shin? "


Dingin dan sepinya atap rumah sakit menjadi pilihan Lee Siwon untuk menghindar dari situasi yang dibencinya, situasi di mana dia harus menyaksikan adik terkecilnya berkeras berjuang demi kepentingan orang lain tanpa memperdulikan kondisinya sendiri.


"Ayolah, kita bukan orang lain Siwon ah, kau terlalu formal pada sahabat lamamu. "


"Baiklah, lupakan basa - basiku. "


"Apa ada yang mengganggumu Siwon ah? Tapi maaf ada yang harus aku katakan, mengenai adikmu. "





tbc

Maaf bila mengecewakan.
Selalu dan seperti biasanya, mohon kritik dan beri saran reader nim semua.
Jauh dari bacaan yang bermutu.
Terimakasih sudah membaca. 😊🙇
Ghamsahamnida.
Sampai jumpa Jumat depan. 😊😊






another GIFT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang