Seminggu setelah kepulanganku dari rumah sakit, dan selama seminggu sudah nomor kekasihku tidak aktif. Sempat mengira bahwa memang ponselnya habis daya, tapi saat aku berusaha melakukan panggilan setiap harinya dan mendapati respon yang sama, hilang sudah keyakinanku bahwa ponselnya memang kehabisan daya. Sepertinya sang pemilik sengaja menonaktifkannya, berusaha menghindar dari panggilan yang masuk.
Sulit untuk aku terima kenyataan yang sedang meliputiku. Nyatanya kekasihku masih saja dengan kediamannya, enggan bercerita denganku. Dan setelah aku berinisiatif untuk mengunjungi kosnya pun, ia tidak ada. Entahlah, keberadaannya sekarang menjadi sangat misterius buatku.
Saat ini aku sedang menyempatkan untuk menghilangkan segala penatku, menghabiskan akhir pekan dengan menyendiri. Mengunjungi book store sepertinya akan sedikit membantu mengisi aktivitasku saat sabtu malam. Setidaknya beberapa jam disana, meluangkan waktu untuk sekedar mencari novel terbitan terbaru.
Ya, aku sedang menggilai buku cerita itu. Menikmati cerita yang tersaji dan alur yang tercipta dalam sebuah kisah romansa. Membaca novel bagiku sama saja mendengarkan curhatan seseorang dari awal hingga akhir, meskipun kisah yang terangkum hanyalah fiktif. Tapi nyatanya si penulis mampu menyihir pembaca sepertiku yang akan mengira bahwa kisah itu benar–benar ada, benar terjadi.
Saat malam hari seperti ini memang susah mendapatkan kendaraan umum untuk sekedar pergi ke jalan raya. Karena kawasan kosku tidak tersedia para penyedia jasa ojek, membuatku merasa harus memilih taksi sebagai alat transportasiku untuk menuju kawasan Pandanaran, Simpang Lima Semarang. Sudahlah sepertinya menjadi penumpang kendaraan umum mewah tidak menjadi masalah, asalkan tidak setiap waktu. Ini kali keduaku menggunakan kendaraan ber–argo selama di Semarang. Untuk pertama kalinya saat taksi membawaku ke bandara beberapa waktu yang lalu.
Saturday night selalu saja menyisakan kemacetan di jalanan menuju kawasan Jalan Pahlawan, jalan yang menghubungkanku dengan Simpang Lima. Sementara taksi berjalan dengan tersendat, nyatanya tidak demikian dengan argo–nya. Ia lancar saja terus melipatkan tarif yang harus aku bayarkan nantinya saat sudah tiba di tempat tujuan. Hufffttt syukurlah, setidaknya uang dari beasiswaku masih sanggup untuk aku gunakan dalam memenuhi hasratku mengunjungi book store malam ini.
*
Aku sedang berdiri di hadapan rak buku khusus novel. Menyempatkan membaca ringkasan cerita di belakang sampul setelah tertarik dengan judul bukunya. Saat gambaran isinya kurang membuatku minat, aku meletakkannya kembali. Terus begitu hingga menemukan cerita yang cocok menurutku.
Sebuah buku fiksi sudah aku pegang, tertarik dengan sebuah judul yang tertera disana. Aku yakin bahwa buku itu mengisahkan tentang cinta. Memang kebanyakan dari novel yang tersedia hanya menyajikan satu tema. tentang cinta. Meskipun tema lain juga ada beberapa. Karena sasaran yang dimaksudkan oleh si penulis adalah para pembaca yang sedang mengalami gejolak cinta, yang membutuhkan inspirasi cerita cinta.
Apakah aku sedang mengalami hal itu juga? Ya, tentu saja gejolak cinta sedang aku rasakan meskipun kini mulai redup. Membutuhkan usaha lebih untuk sekedar membuat gejolak itu bangkit, menyala terang setelahnya. Apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya seperti itu? Tentu saja aku harus berjumpa dengan sang penyebab redupnya gejolak cintaku. Tapi sudahlah, bahkan untuk mengharapkannya saja sepertinya sulit. Aku tidak akan menuntut lebih kini. Selama aku masih setia disini, aku yakin ia pun demikian. Keep positive thingking!
"Zha!"
Seseorang memanggilku sangat antusias. Aku menatap seseorang tepat di depanku, hanya terpisah rak buku sebatas dada. Ia tersenyum memandangku kini.
"Hai, Dinda!"
"Lama nggak ketemu, Zha. apa kabar?" kami masih di posisi masing–masing, berdiri saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story "AZKAR" [COMPLETED]
Romansaberawal dari kisah cinta mahasiswa kedokteran bernama Mirzha dengan rasa tak biasanya. Ia menaruh kagum terhadap seniornya yang bernama Devis di kampus tempat mereka kuliah. hingga rasa kagumnya berubah menjadi rasa cinta yang membuat hidupnya beru...