Day 3 - Tragedy

1 0 0
                                    

Pagi hari, tumben-tumbenan kantor pos yang menjadi base Messenger Soldier belum disentuh oleh orang-orangnya. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, dan tidak ada yang muncul dari sisi kanan atau kiri jalan untuk membukakan kantor tersebut. Seorang warga berniat mengantarkan paketnya terpaksa harus ke kantor pos lain ketika mengetahui base Messenger Soldier belum dibuka.

Ketika telepon disana belum diangkat, sudah 3 kali Mark lakukan, tetap tidak diangkat. Ia meletakkan ponselnya diatas meja. Sambil menikmati pemandangan pagi pada sebuah rumah yang terletak dekat danau, suasana desa itu membuat Mark sedikit tenang dan melihat Letalia bermain dengan Pearl di tepi danau tersebut. Malam itu, Mark mendapat pesan darurat dari Heru untuk segera pergi dan ia segera membereskan beberapa perlengkapan dan pakaian yang penting, serta pada malam itu juga ia pergi ke Bandara untuk ke tempat yang disuruh oleh Thanitha. Desa Karya.


"Asyik sekali yang disana." Sahut Mark, sambil menompang dagunya pada tangan kanannya yang disandarkan ke kusen jendela.

"Hehe, aku tak tahu kau sudah bangun." Kata Pearl. "Kami menangkap rebon."

"Aku mau merasakan masakanmu dari bahan itu." Mark sedikit cengengesan. "Lagipula aku sudah bangun dari tadi, dan memang sengaja berada di kamar saja."

"Ih, pemalas!" sahut Pearl. "Letalia, jangan seperti papamu ya!"

"Ya!"

"Ah kau ini." Kata Mark. "Sekali-kali dapat liburan selain hari minggu kan enak."

"Tapi kau habiskan dengan tidur." Kata Pearl sambil tertawa. "Ayo kita memancing ikan."


Mark memperhatikan Pearl dan Letalia asyik sendiri. Ia terlihat sangat mengantuk, tapi sebuah hal yang belum ia selesaikan membuatnya terjaga. Untuk mengobati perasaan itu, ia sangat terhibur dengan keberadaan istri dan anaknya yang turut menjadi sebuah obat alaminya. Mark kemudian mendapat pesan dari Heru untuk meneleponnya segera. Ia menahan nomor Heru dan menekan tombol "Call the contact".

Agak lama, namun dari jauh diangkatlah panggilan tersebut.


"Kemana saja kau?" kata Mark tanpa babibu. "Sudah kutelepon 3 kali ke base tapi kau tak angkat."

"Aku dan Thanitha memang tidak kesana."

"Apa?! Bagaimana dengan – "

"Tenang. Bukan itu yang kami maksud, jadi.."

"Apakah ada sesuatu yang buruk? Katakan!"

"Begini... ada suatu kejadian yang bakal tidak mengenakkan. Yah, kau tahu lah."

"Tidak mungkin..." desah Mark.

"Kau pasti berkata hal yang demikian."

"Kira-kira, apakah Arusu akan datang kesana atau tidak, itu tergantung mereka. Tapi, akan pasti mereka datang karena aku dan Thanitha kenal dekat."

"Mereka siapa?"

"Mereka adalah pemimpin suatu organisasi, kau akan kenal."

"Masa? Polisi saja kewalahan, mereka juga... sepertinya tidak kukenal. Ya sudahlah, apakah kau mau menanggung mereka bernasib sama?"

"Ayolah! Aku jadi tak yakin Arusu dan lainnya bakal bisa menyelesaikannya!"

"Anggap saja ini Mission Impossible."

"Gayamu!"

"Eh serius, aku ka – "

Sebuah bunyi ledakan terdengar dari ponsel Mark. Suaranya pasti bersumber dari titik Heru berada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CatastrophyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang