Part 13

2.9K 184 11
                                    

'Kebersamaan'

Sempat terdiam beberapa saat ketika berdekatan, Reova yang sadar akan terlalu dekatnya mereka langsung memundurkan wajahnya dan bersender di kursinya.

"Sorry." Ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Kembali lagi, keheningan menyelimuti kecanggungan mereka berdua, sampai dewi batin Reava mencemooh dengan berkata, kalian berdua tuh udah pernah 'tidur' bareng, lah sekarang, gak sampe ciuman aja udah salting sebegitunya. Alay ah!

Sialan!!! Umpat Reava kepada dewi batinnya yang mengejeknya terang terangan.

"Mm.. Ayo masuk, Kak." Ucapnya setelah keduanya termenung dalam diam cukup lama. Reova membuka pintu mobil dan menutupnya lagi, membuat Reova tersadar dari lamunannya.

"Cantik." Ucapnya pelan lalu mengambil bungkusan makanan cepat saji dan turun mengikuti Reava yang sudah membuka pintu rumahnya.

"Mmm.. Sorry kalo rumah aku kecil Kak." Ucap perempuan itu sembari menundukkan kepalanya tidak percaya diri.

"Gapapa kok. Yang penting rumahnya bersih." Kata Reova menepuk sekilas kepala Reava. Reava semakin menunduk dalam dengan wajah seperti kepiting rebus.

"Re.."

"Re!! Woy.. Kenapa ngelamun sih." Ucap Reova tidak sabar. Membuat Reova sadar dengan tepukan tepukan yang diberikanya di bahu perempuan itu.

"M-maaf.. Mejanya disana." Reava menutup pintu lalu berjalan mendahului Reova ke arah meja makan. Sedangkan Reova hanya geleng geleng melihat tingkah aneh Reava.

★★★★★★★★

Keesokan paginya, saat memakai sepatu dan hendak menghampiri sepedanya untuk dikayuh menuju ke sekolah, Reava menepuk dahinya keras.

"Bego! Sepeda lo kan di apartemen Reova. Gimana sih!" Serunya dengan panik pada diri sendiri. Tepat saat itu, Reova datang dengan sepedanya.

"Morning, Re. Ini sepeda lo. Kita berangkat barengan ya.." Ucap Reova, bukan berupa pertanyaan, namun pernyataan.

"Kok kakak gak bawa mobil?" Ucap Reava spontan. Wajah Reova berubah dingin. "Lo berharap kita naik mobil setiap saat? Berasa supir gue."

"E-eh.. Gak gitu, Kak. Maksudnya.. Kakak bisa aja dikerumunin fans. Trus kita gak jadi masuk sekolah, malah masuk rumah sakit gara gara kelakuan fans kakak. Kan gue liat di majalah sama TV kalo fans bisa beringas banget." Ucap Reava terburu buru. Sebenarnya alasan lain dia tidak mau berangkat boncengan adalah agar tidak timbul salah paham antara dirinya dengan Evelyn. Nanti dikira nikung sahabat sendiri, lagi. Batin Reava dalam hati.

"Gak masalah itu. Gue pake masker sama topi kok. Udah... Ayo, keburu telat." Ucap Reova. Dengan segera Reava mendekati Reova dan menatap Reova ragu.

"Mau kita telat, nih?" Tanya Reova saat Reava tak kunjung naik ke sadel belakang. Reava hanya terdiam bimbang.

"Yaudah gue tinggal." Ucap Reova santai dan mulai mengayuh sepeda itu. Reava menghentikannya dengan menahan lengan Reova.

"Iya iya, Kak. Sabar dong. Kakak gak takut jadi omongan sekolahan. Kalo kita bareng gini?" Tanya Reava hati hati.

"Gak. Cepetan naik." Ucap Reova singkat. Reava segera naik ke sadel belakang tanpa banyak bicara lagi.

"Pegangan dong." Ucap Reova. Pipi Reava langsung memerah mendengar perkataan Reova.

"Gak usah deh, Kak. Nan--- KAK!!! Gila ya!" Reava refleks memeluk perut Reova saat sepedanya tiba tiba digerakkan oleh Reova.

"Nah, sekarang ayo berangkat." Ucap Reova tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Reava segera melepas pegangan dari perut Reova dan berganti memegang kemeja sekolah Reova dengan wajah memerah.

Sampai di sekolah, benar saja, mereka menjadi pusat perhatian seluruh sekolah. Terlihat dengan adanya pandangan pandangan dan bisikan dari siswa siswi sekolah.

"Duh, gue malu Kak." Ucap Reava pelan sambil menunduk dalam ketika ada beberapa geng perempuan penggosip yang memotret mereka berdua dengan HP -yang seharusnya tidak boleh mereka bawa ke sekolah-.

"Stay cool aja. Kita kan gak lebih dari temen. Kenapa harus malu?" Kata kata yang tampaknya sangat spontan diucapkan Reova, tetapi berarti dan menghujam hati Reava.

Baru kemarin gue sadar kalo gue suka sama lo, dan sekarang, belum nyatain perasaan aja gue udah ditolak. Makasih banyak ya, Kak. Ucapnya miris dalam hati.

"Gue ke kelas dulu, ya! Nanti pulangnya sama gue lagi. Gue kan gak bawa kendaraan." Ucapnya sambil tersenyum, lalu berlalu untuk mendatangi teman temannya.

"Lo gak ngegebet gebetan gue, kan?" Ucap Alan sengit. Reova terkekeh.

"Gak. Lo tenang aja. Gue udah suka sama seseorang kok." Reova tersenyum miring. Lalu mereka bertiga berjalan beriringan menuju koridor kelas 12. Sementara itu Reava berjalan sendirian kearah kelasnya.

"Woy!! Lo berangkat bareng siapa tuh, Re?" Goda Olivia. Sementara Evelyn hanya menatapnya dengan senyuman palsu. "Lo gak suka sama Reova, kan?" Tanya Evelyn pelan.

"Eng-enggak kok." Dusta Reava.

"Masa sih?" Tanya Evelyn tidak percaya. "Trus kalo gak suka, kenapa bisa sampe berangkat bareng?" Lanjut gadis yang hari ini rambutnya diikat satu tersebut.

"Tadi emm.. Itu... Gue ketemu Kak Reova yang mobilnya berhenti di jalan. Mogok katanya. Dan dia gak mau telat. Makanya dia bareng sama gue. Mm.. Pulangnya juga nanti. Tapi... Beneran deh, ini cuma karena gue nolongin dia. Ev.. Jangan marah dong. Yaa?" Mohon Reava. Dia tidak mau Evelyn tau perasaannya kepada Reova.

Setelah terdiam, Evelyn menghembuskan nafas panjang. "Iya deh. Gue cemburu tau gak sih, lo bisa dapet kesempatan gitu sama Reova." Ucapnya mengeluh. "Yaudah. Mending ke kelas. Gue minjem PR Mat dong." Ucap Evelyn menunjukkan peace dengan telunjuk dan jari tengah.

"Dasar pemalas lo " Timpal Olivia sambil menepuk dahi Evelyn. Evelyn hanya tersenyum lebar.

Mungkin yang keliatan deket emang gue. Tapi, yang punya hati dia cuma lo. Deket gak selalu memiliki, kan? Sakit banget tau kenyataan itu.

"Re... Ayo masuk kelas. PR gue belum dikerjain... Bisa abis gue jam pak kumis itu kalo gak kerja PR." Celoteh Evelyn ngeri. Mengingat guru matematika yang berkumis tebal dan tidak segan memberi hukuman bagi pelanggar aturan membuat Evelyn menggidikkan bahu. Sayangnya, pelajaran pak kumis itu tidak ada jelas jelasnya sama sekali bagi sekumpulan manusia berotak udang pada jam matematika sepertinya. Ingat, dia hanya kurang dalam matematika saja.

"Ayo." Reava hanya terkekeh dan masuk kelas disusul kedua sahabatnya.

Di koridor kelas 12, Devan, Reova, dan Alan yang sedang mengobrol santai mendapat pandangan kagum dari banyak anak. Dulu, Alan yang risih dengan hal itu pernah sampai membentak siswa siswa untuk tidak menatapnya seperti itu. Tetapi, karena tidak mempan, akhirnya Alanpun harus terbiasa dengan hal itu.

"Eh, Re. Secret admirer lo udah jarang kirimin lo surat ya belakangan ini?" tanya Devan.

"Bener juga sih, setelah dipikir pikir, gue gak pernah dapet surat lagi sekitar dua minggu ini dari dia." Ucapnya sambil mengernyitkan dahinya.

"Capek kali dia, nungguin lo peka." Ucap Devan asal, yang membuat Reova mendengus kesal.

"Mungkin aja dia gak masuk atau lupa kali. Udah biarin aja." Ucap Reova pura pura tidak peduli, padahal dalam hati dia menantikan pengirim surat itu menampakkan dirinya. Orang yang selalu menyemangatinya dalam keadaan apapun.

★★★★★★★★

Selamat Hari Kartini kawan kawan.. Semoga kesederajatan kaum perempuan yang diperjuangkan Ibu Kartini bisa membuat perempuan perempuan lebih berkualitas dan dipandang baik dari segi manapun yaa..😁🎊🎉

Vomments yang banyak yaa.. Biar aku semangat nulis:D

Callista

Reova & ReavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang