Aku melihat seorang laki-laki yang sepertinya tersesat. Aku menghampirinya lalu menepuk pundaknya, membuatnya menoleh kepadaku. "Kau kenapa?" tanyaku seraya menebak usianya. Ku pikir, dia seusiaku.
"Ah, begini, aku tersesat dari rombonganku. Hansol imnida." ujarnya seraya mengulurkan tangannya.
Aku menerima uluran tangannya, "(y/n) imnida. Hansol-ssi, sebaiknya kau ikut ke rumahku. Ku rasa, sebentar lagi akan turun hujan. Nanti akan ku bantu mencari teman-temanmu."
Dia langsung melihat langit yang terlihat mendung, "Ah, kamshahamnida, (y/n)-ssi."
Kami berjalan bersama menuju rumahku.
· SVT ·
"Ini, silahkan diminum Hansol-ssi." ujarku seraya memberi segelas teh hangat kepadanya.
"Ah, khamsahamnida, (y/n)-ssi." dia mulai meneguk teh hangatnya.
Ada satu hal yang mengusik pikiranku. Apakah aku harus menanyakannya? Tanyakan saja, lah. "Hansol-ssi," dia berdeham menjawabnya, "ku rasa kau bukan orang Korea asli, tapi kenapa kau sangat mahir berbahasa Korea?"
Hansol tersenyum, "Ayahku dari Korea. Aku juga sempat tinggal di Korea selama beberapa tahun lalu pindah ke New York. Sekolahku mengadakan study tour ke daerah sini lalu aku kehilangan jejak teman-temanku." ujarnya sedikit lirih di akhir kalimat.
Aku tersenyum dan menepuk pelan bahunya, "Aku yakin, mereka pasti mengkhawatirkanmu."
Dia hanya tersenyum menanggapinya lalu menyesap tehnya lagi. "(y/n)-ssi, aku ingin bertanya." ujarnya setelahnya, membuatku menoleh padanya.
"Ah, ku rasa, tak usah formal seperti ini, Hansol-ah. Apa yang ingin kau tanyakan?"
"(y/n)-ya, mana orang tuamu?"
Ah, sudah ku duga, dia akan menanyakan ini. "Orang tuaku adalah orang yang cukup berpengaruh di wilayah ini, tapi mereka tak pernah memperdulikanku. Aku kabur dari rumah sejak setahun yang lalu, hanya adik laki-lakiku yang tahu aku tinggal di sini."
"Ah, jeosonghamnida. Aku tak bermaksud untuk--"
Ucapannya terpotong karena suara ketukan pintu.
"Sebentar, Hansol-ah. Ku rasa, adikku berkunjung." aku segera menuju pintu rumah sederhana ini lalu membukanya, menampilkan adikku yang sedang menutup payungnya. "Chan-ie, kenapa kau ke mari?" tanyaku.
"Salahkah jika aku ingin mengunjungi kakakku sendiri?" sindirnya.
"Aish, bukan begitu maksudku. Hanya saja, sekarang sedang hujan, kenapa kau repot-repot ke mari?"
Dia tersenyum lalu menepuk pelan kepalaku yang memang sedikit lebih pendek darinya, "Aku hanya takut Nunna belum sampai rumah. Nunna tak mau mempersilahkan ku masuk dan membuatkanku teh hangat?" tanyanya seraya melihat ke dalam rumahku.
"Ah, ayo masuk, Chan! Kebetulan aku mendapat tamu laki-laki--"
"Nunna mendapat tamu laki-laki dan tak memberitahuku?!" tanyanya seraya memaksa menerobos masuk, "Minggir, Nunna! Aku tak mau Nunna kenapa-napa!"
Aku berusaha menenangkannya yang emosi, "Gwaenchana, Chan-ie. Dia hanya turis yang tersesat." aku menggiring Chan agar masuk ke dalam dan bertemu Hansol. "Chan-ah, kenalkan, dia Hansol." ujarku mengenalkan Hansol ke Chan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ | Imagine With SEVENTEEN
FanfictionLet's imagine w/ SEVENTEEN! ·-·-·-·-·-·-·-·-·-· SEVENTEEN imagine by pplvphile