***Suara teriakan serta pecahnya piring terdengar begitu jelas dikepala Teana, seperti petir yang menyambar dirinya ketika melihat seorang yang paling ia sayangi dipukuli dan ditendangi oleh lelaki yang 'katanya' menyayangi keluarganya itu.
"Mama!" teriak gadis kecil berumur 10 tahun itu. Ia berlari menghampiri Ibunya yang tengah menangis,
"Teana, kamu ikut sama ayah!" bentak lelaki yang memegang sebuah tongkat baseball. Teana jelas menggeleng dengan kuat,
"Nggak! Teana nggak mau ikut sama Ayah! Ayah jahat," mendengar perkataan anak gadisnya ia menendang gadis kecil tersebut dan langsung mengambil tas dan koper yang sudah ia persiapkan.
"Teana!" Jerit Yuna--ibu Teana-- ia mencoba bangkit dan menghampiri Teana. lelaki itu menghampiri istrinya, dan langsung menghempaskan satu tamparan di pipi Yuna.
"Aku, nggak pernah sekalipun sudi nikah sama kamu! Ini semua gara-gara ibumu yang gila harta itu, dasar wanita gila! kamu sama ibumu nggak ada bedanya!" Lelaki itupun pergi bersamaan dengan derasnya hujan serta bantingan pintu yang keras.
"Mah...."
"Mamah!!" Teana mendapati pipinya sudah basah akan air mata, kejadian 7tahun lalu selalu menghantuinya dan tidak akan pernah bisa ia lupakan. Ia mengusap wajahnya, tak lama pintu terbuka dan muncul seorang perempuan paruh baya yang sedang mengambil baju kotor milik gadis itu.
"Teana, kamu ini perempuan loh. Kenapa baju kotor ada dimana-mana? Ini lagi, segala kaos kaki kemaren ada dibawah meja. Mamah kan udah bilang langsung taro cucian, kamu suka banget sih buat mamah marah-marah mulu, heran deh---" ucapan Yuna terpotong karena tiba-tiba anak gadis berumur 17tahun itu memeluk dirinya dari belakang.
"Ana sayang Mama,"
"Kenapa? Kamu mimpi lagi ya?"
Teana hanya diam sambil memalingkan pandangannya, Yuna sudah paham jika Teana seperti ini berarti gadis itu habis memimpikan kejadian hebat yang terjadi 7tahun lalu.
"Kamu mau diterlambat sekolah lagi? Udah jam 7,"
"HAH? MAMA KENAPA GA BILANG?"
"Loh kirain udah tau, lagian pagi-pagi udah drama aja,"
"Ish, tau ah." Teana langsung bergegas mengambil handuk dan mandi.
*****
Seperti yang diperkirakan, Teana telat hari ini karena kesiangan di tambah kejadian drama tadi pagi membuat dirinya di jemur dibawah sinar matahari, untung saja sekarang pelajaran yang tidak ia sukai.
Namun tetap saja, berada di ruang kelas lebih baik daripada berada dibawah teriknya matahari seperti ini. Apalagi ditambah Teana menjadi pusat perhatian siswa lain yang mengintip dari jendela kelas, karena dirinya tengah berdiri dengan seorang lelaki terpopuler di antero sekolahnya. tapi Teana tetaplah Teana, ia sama sekali tidak mengenal lelaki yang berada disebelahnya ini walaupun para siswi perempuan meneriaki nama lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER ( CHO SEUNGYOUN PDX101)
JugendliteraturAlter (verb) : mengubah suatu hal dengan cara yang kecil namun berdampak besar. *** Bagi Teana, tidak ada orang yang lebih baik dari Ibunya sendiri. Hidup berdua sampai tua nanti adalah impian Teana. Ia sudah tidak peduli dengan orang lain, masa lal...