PART 3

15.5K 798 49
                                    

Pagi-pagi sekali, Divo sudah bangun dan membantu Jamie untuk menyiapkan semuanya. Kendati Chef tampan asal Indonesia bermaksud untuk pergi dari Delicious La Fonte Resto hari ini, namun ia masih punya hati untuk tidak meninggalkan tanggung jawabnya.

"Bagaimana, Jamie? Kau sudah membangunkan yang lain?"

"Sudah, Div-- egh, Chef. Kami bahkan sudah memulainya sejak tadi," ujar Jamie bernada sindiran.

Alih-alih merasa tersinggung, Divo malah berceloteh panjang lebar tanpa diminta, "Bagus. Aku akan merekomendasikan kau saja untuk menggantikan posisiku bersama Destiny, jika aku berhasil membujuknya untuk kembali ke sini. Aku akan mulai membuat macaroon wedding cake-nya. Tolong jangan mengganggu aku dengan segala hal yang tidak penting, karena aku akan berubah fikiran untuk merekomendasikanmu pada Nyonya Clarinet."

"Jangan terlalu banyak bercanda, Chef. Cinta dan benci adalah dua hal yang tidak berbeda jauh, jika digabungkan. Kau sudah mencoba moon cake yang pernah kuberikan sebagai oleh-oleh saat aku baru pulang dari Guangdong bukan? Jika kau tidak merendam biji teratai itu dengan air abu, maka rasanya tidak akan semenarik tampilan luarnya," sampai membuat Jamie pun ikut melontarkan apa yang ada di dalam pikirannya.

Akan tetapi Divo tak sedikit pun ingin mengalah dengan Jamie, "Aku sudah memakannya sejak duduk berumur tiga tahun, Bodoh. Bukankah sudah berulang kali kukatakan padamu? Ganti topik lain jika ingin bertanding denganku. Kau bisa kalah dengan Destiny jika pikiranmu hanya terus membayangkan moon cake dan moon cake saja," hingga ia memilih untuk menyeret langkahnya terus menuju ke ruangan dessert.

Dengan tergesa ia memisahkan putih telur dengan kuning telur dan memasukkan ke dalam wadah mixer, bersama dengan gula halus. Ia lalu menyalakan mesin pencampur bahan adonan kue, itu mengatur waktu dengan tombol yang berada di bagian atasnya dan meninggalkan benda tersebut bekerja sendiri.

"Di mana loyang yang sering aku pakai itu? Bukankah benda itu selalu kutempatkan paling depan di rak ini?" namun sesuatu membuatnya menjadi kesal.

Ia menduga jika Jamie yang sudah masuk dan memindahkan loyang tersebut, "Akan kupatahkan tanganmu jika nanti dia--"

Brak

"Oh, masih di sini? Aku pikir kau sudah pergi. Baguslah jika kau masih ingat dengan janjimu sebelum meninggalkan Delicious La Fonte Resto. Karena aku bisa menuntutmu jika sampai kau pergi tanpa sempat memberiku rincian belanja untuk pesanan dari wedding organizer itu," tetapi suara tenor Julie sudah lebih dulu terdengar dan membuat Divo berhenti menggerutu.

Arah pandang koki asal Indonesia itu, tentu saja langsung tertuju pada sebuah loyang kue kesayangan yang terapit di antara lengan dan tubuh bagian depan Julie, "Akan kuberikan perinciannya nanti, setelah kau kembalikan dulu loyang kue milikku itu. Aku akan membuat macaroon wedding cake-nya, dan tolong jangan menggangu dengan segala alasanmu sebelum semua pekerjaanku selesai!"

"Aku yang akan membuat Macaroon Wedding Cake itu, Divo. Bukan kau!"

"What?!" lalu satu kata itulah yang keluar dari pita suara Divo, dengan tubuhnya yang sedikit condong ke depan.

Akan tetapi Julie nampaknya tak memedulikan tatapan mata lebar dari Divo, "Hei! Apa yang kau lakukan dengan membuka pakaian di sini?" bahkan ia mulai melepas sweater yang dikenakannya. Menyisakan kamisol bertuliskan sebuah brand terkenal asal Paris, Prancis.

Masih tak peduli ketika melihat Divo sekilas dengan kedua matanya sebelum membalikkan tubuh, "Aku hanya tidak ingin sweater ini terkena ciratan adonan Macaroon itu, Chef. Lagi pula aku akan memakai apron nantinya. Apa kau lupa bagaimana apron yang kau rekomendasikan untuk Delicious La Fonte Resto setahun sebelum kepergiaan ayahku, hem? Bentuknya tak berubah jauh seperti sebuah baju tidur. Well, untuk apa aku menggunakan sweater lagi jika akhirnya aku harus memakai apron lucumu itu?" Julie akhirnya bersuara juga.

Sangat paham dengan sikap Julie yang tidak ingin mengalah, "Kau tahu wedding organizer siapa yang sedang membuat pesanan ini, Bukan?" Divo berusaha bersikap tegas dengan mengambil loyang yang Julie letakkan di atas meja kayu.

"Jika kau tidak mengizinkanku sekarang dan pergi setelah ini selesai, lalu apa yang bisa aku lakukan untuk besok? Kau sengaja ingin menertawakanku? Apa kau senang melihat kehancuran Delicious La Fonte Resto? Apa itu tujuan utama yang ingin kau capai sekarang? Kau benar-benar kejam, Divo! Aku memben-- Hemphhh...! Div-- Hemphhh..." lalu terjadilah apa yang tidak Julie inginkan.

Divo yang berada di puncak amarah, melumat habis bibir pedas Julie, bahkan ia seperti tak peduli ketika pasokan oksigen di paru-paru sudah sangat menipis.

Prankkk...

Alhasil Julie pun terpaksa mengigit bibir Divo dengan keras, "Arghhh..." hingga akhirnya ciuman tadi terlepas, bahkan membuat loyang pun terjatuh dan berbunyi keras di lantai.

Tanpa berkata sepatah kata, Julie segera berlari ke arah pintu sembari membenarkan pakaiannya yang kusut.

"Julie, maafkan aku," lalu meninggalkan Divo yang begitu menyesal dalam hati, karena telah melakukan hal panas tadi.

Tik tok tik tok tik tok tik tok

Selama kurang lebih tujuh menit, Divo tetap berada pada posisi berdiri tanpa berbuat apa-apa.

"Maaf, Chef? Chef Jamie meminta saya untuk mengantarkan ini," namun di menit berikutnya, seorang pekerja datang dan mengantarkan contoh pasta yang baru saja selesai dibuat.

"Bawa kembali. Aku akan ke sana sepuluh menit lagi untuk melihat hasil kerja kalian," akan tetapi Divo segera menyuruh pekerja itu pergi.

Setelah ia sudah benar-benar sendirian lagi, ia mulai menundukkan tubuhnya untuk mengambil loyang besi yang jatuh tergeletak di tanah dan mencucinya sampai bersih kembali.

Dengan tujuan agar ia bisa kembali fokus menyelesaikan macaroon wedding cake, headset dari dalam saku celana pun ia keluarkan dan playlist musik rock juga segera terdengar.

"Shit! Aku bisa mati jika terus seperti ini, Julie! Kau harus segera kumiliki! Aku tidak peduli bagaimana pun juga caranya!" namun tetap saja bayangan bibir Julie yang sempat terbuai dan membalas ciumannya, tak bisa dengan mudah ia abaikan.

Secepat kilat tangan Divo mengayak tepung almond ke dalam adonan yang sudah tercampur di dalam mixer. Ia kembali menghidupkan mesin itu sekitar tiga puluh detik agar tepung almond tercampur dengan rata, lalu mengambil plastik segitiga untuk mengisi bahan dari dalam mixer.

Sempat kesal akibat mencari gunting yang lupa Divo simpan kembali di meja, ia lalu menggunting ujung kertas segitiga dan mulai menekan adonan hingga membentuk lingkaran kecil.

"Sekarang saatnya membuat isiannya, selagi menunggu kue sedikit berbentuk selama satu jam ke depan. Lakukan dengan cepat, dan enyahkan Julie untuk sementara waktu dari pikiranmu!" lalu pekerjaan pun berlanjut kemudian.

Divo yang biasanya sangat gesit di pantry, harus berjuang melawan rasa aneh dalam dirinya, namun ia juga berusaha memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan Julie selain dari rencananya yang kemarin.

Ia tak ingin gagal lagi, dan ingin kembali merasakan rasa manis dari bibir ranum seorang Julie Ashley.

🥞🥞🥞🥞🥞🥞🥞🥞🥞🥞🥞🥞

To be continue...

SEATTLE, LOVE & FOOD [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang