Story [Your POV]

37 4 0
                                    

"Dan akhirnya, Devity tertidur untuk selamanya" Cerita nenek-ku lagi. Ia selalu menceritakan itu kepada-ku dan tak tahu kalau aku bosan dengan itu.
"Oh, ayolah nek. Aku sudah berkali-kali mendengar itu!" Kesal-ku.
"Tapi kau selalu mendengarku, bukan?" Aku mendengus pelan.
"Tapi... bukankah sampai sekarang kristal itu belum ditemukan?" Tanyaku.
"Itu hanya cerita sayang. Mana mungkin itu nyata?"

Tiba-tiba ingatan waktu masa lalu kembali...

Flashback

Author POV

Seorang anak kecil berumur 1 setengah tahun berjalan ke arah pantai tanpa pengetahuan orangtuanya.

"Wua"  Katanya takjub. Ia mendekat ke arah laut dan laut itu membuat jalan untuk-nya.
"Huh?" Ia mengambil kerang yang terdampar di pasir itu sampai benda hijau itu mengambil perhatian *YN*. Sontak, ia menjatuhkan semua kerang yang telah ia ambil dan menarik benda itu dari air lalu mengusap benda itu pelan.
"*YN*!" Ayahnya berteriak mencari *YN*.

Air laut itu mengembalikan *YN* dengan selamat tetapi tidak dengan kristal yang jatuh itu.

"Oh ya Tuhan, kau kemana saja? Ayah khawatir" Ayahnya menggendong *YN* menjauh.
"Jangan pernah kesana, it's dangerous"  Ayahnya memperingati dan menuntun *YN* kembali ke rumah.

Flashback off

"Nek, bolehkah aku pergi ke laut?" Mohon-ku.
"Jangan izin padaku. Izin dengan ayah dan ibu-mu" Menyebalkan!

Aku berlari menuju ayah dan ibuku

"Mom, dad. Aku ingin mengatakan sesuatu" Aku duduk di kursi meja makan.
"What it is, sweetie?" Tanya ibu-ku.
"Aku ingin pergi ke laut" Mereka terdiam.
"Apa?! Laut?! Itu berbahaya! Jangan kau berani kesana!" Emosi ayah-ku meluap.
"Why? What's wrong with ocean?!" Aku ikut emosi.
"Kau tidak tau bagaimana bahaya-nya disana. Kau hanya boleh disini" Ia pergi meninggalkan-ku.
"But, dad..."  Aku terdiam.
"Biarkan dia sendiri dulu" Ibu menenangkan-ku.
"Aku benar. Ayah tidak pernah mengerti aku"  Aku berlari ke pohon tumbang dekat laut dan duduk di atasnya.

Apa alasan-nya ayah tidak mengizinkan-ku untuk pergi ke laut? Apa salahnya? Bahkan laut adalah sumber dari segalanya disini.

"Hey, kau sedang apa disini?" Aku menengok ke sumber asal suara. Dia Jungkook.
"Tidak ada. Hanya..."  Ia memotong perkataan-ku.
"Kau bertengkar lagi dengan ayah-mu? Kulihat ia sedang menggerutu di dekat rumah-ku"
"Ya, dia tidak pernah mengerti diri-ku. Hanya mementingkan diri sendiri. I believe i can fly~"  Aku bernyanyi sedikit.
"Bisakah semua orang disini tidak bernyanyi satu hari saja?! Aku muak dengan ini!" Ya, dia memang seperti itu. Benci dengan semua hal yang menyangkut bernyanyi dan menari. Walaupun aku tidak tau alasan yang jelas.

Aku kembali ke rumah-ku dan langsung tidur mengabaikan makan malam dan omelan ibu-ku karena aku tidak mau makan.

Morning~

Aku berlari dengan penuh semangat menemui para pelayan. Hari ini aku akan melihat berapa banyak ikan yang mereka dapat dari kemarin. Aku tercengang. Semuanya kosong.

"Apa yang terjadi?" Tanya-ku agak panik.
"Semua ikan menghilang"

Menghilang? Bagaimana bisa? Dan kemana mereka pergi?

"Ada apa disini?" Ayah-ku menghampiri disusul dengan ibu-ku.
"Maaf, tapi semua ikan tidak ada" Nelayan itu tertunduk.
"Baiklah, cari ke tengah laut!" Perintah-ku.
"Tidak ada juga. Kami sudah mencari-nya ke seluruh penjuru laut"

Apa ada hubungan-nya dengan Devity? Aku harus menaklukkan-nya.

Aku berlari menuju rumah Jungkook. Aku mengetuk pintu-nya.

"Apa yang kau mau?" Suara-nya tepat dibelakang-ku.
"Oh! Aku ingin meminta bantuan-mu" Aku membisik-kan rencana-ku.
"Apa yang kudapat jika membantu-mu?" Aish! Orang ini!
"Kau harus membantu-ku jika tidak-" Ia memotong ucapan-ku.
"Jika tidak apa?" Ia menantang.
"We don't talk anymore~" Aku bernyanyi.
"Baiklah! Temui aku nanti disini"
"Deal!" Aku berlari dengan penuh semangat dan menyiapkan semua yang kuperlukan.

.....

Juga untuk pria aneh bermarga Jeon itu.

18.35

"Aish! Dimana pria menyebalkan itu sih?!" Aku sudah lama berada disini tapi dia tidak kunjung datang.
"Ayo kita berangkat"
"Aish! Kenapa kau selalu mengagetkan-ku?! Kenapa kau lama sekali?! Kau tau aku-" Dia menaruh jari telunjuk-nya di bibir-ku.
"Lebih baik kita berangkat" Ia menarik-ku ke dalam perahu...... miliknya.

Bersambung...

Lonely HelpersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang