Satu

16 0 0
                                    

.
.
.

Masih banyak typo bertebaran, harap maklum,,
Happy reading ^^

Jgn lupa vomment yaa~

*******
.
.
.

"Bu Lin, ini lemper, pastel, sama kue lapisnya masing-masing sepuluh buah ya!" Kata seorang gadis manis berkuncir dua itu dengan terburu-buru.

Sulinah, wanita paruh baya yang lebih akrab disapa Bu Lin itu sedang melayani pembeli di warung sarapan miliknya ketika gadis manis itu datang.

"Ya, taruh aja disitu, Neng. Sama ini uang yang kemarin belum diambil sama ibu kamu."

Si gadis manis yang sudah bersiap-siap di atas sepedanya itu menoleh dan berseru, "Nanti aja pulang sekolah saya ambil, Bu Lin. Saya buru-buru, udah telat nih. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam." Jawab Bu Lin sambil tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat Si gadis manis mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga.

"Itu Aliya anaknya Bu Indah kan ya, Bu Lin?" Tanya salah satu pembeli yang ada di warung itu.

Bu Lin mengangguk sembari tangannya dengan cekatan menata titipan jajanan tadi di baki yang telah tersedia. "Iya bu, itu Neng Aliya anaknya Bu Indah."

"Oh, jadi jajan yang suka saya beli disini itu titipannya Bu Indah?" Tanya pembeli yang lain.

Bu Lin mengangguk sambil tersenyum dan menjawab, "Iya, Bu Joko. Tiap pagi Neng Aliya selalu titip jajanan disini sekalian berangkat sekolah. Rajin banget itu anak, pagi-pagi udah bangun bantuin ibunya bikin jajanan buat dijual. Enak-enak lagi jajanannya."

Bu Joko tampak menganggukkan kepalanya. "Kalau Bu Indah saya mintain tolong bikin jajan buat arisan minggu depan mau nggak ya, Bu Lin?"

"Bu Joko coba tanya langsung aja sama Bu Indah. Tapi kayaknya sih mau bu, rejeki kan." Jawab Bu Lin.

"Iya deh, habis ini saya langsung ke rumahnya Bu Indah aja. Mudah-mudahan orangnya belum berangkat ke pabrik ya."

Bu Lin yang sedang membungkus nasi rames pesanan Bu Joko menoleh, "Oiya bu, biasanya Bu Indah berangkat ke pabriknya nggak lama setelah Neng Aliya berangkat sekolah."

"Ini Bu Joko nasi ramesnya tiga bungkus jadi sembilan belas ribu." Kata Bu Lin sembari menyerahkan plastik hitam berisi bungkusan nasi rames.

Bu Joko menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan dan selembar uang lima ribuan dari dalam dompetnya. "Sekalian saya ambil pastelnya dua sama kue lapisnya satu, Bu Lin."

Bu Lin memasukkan dua buah pastel dan sebuah kue lapis ke dalam plastik belanja Bu Joko. "Berarti semuanya jadi dua puluh lima ribu, Bu Joko. Uangnya pas ya, bu."

Bu Joko mengangguk. "Kalau gitu saya langsung ke rumahnya Bu Indah ya, Bu Lin. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

*******

Aliya Sani, gadis manis berkuncir dua itu membelalakkan matanya ketika melihat dari kejauhan, Pak Asep, satpam sekolahnya baru saja menutup pintu gerbang sekolah. Diapun mengayuh sepedanya lebih cepat lagi.

Setelah sampai di depan gerbang sekolahnya dia pun segera turun dari sepedanya, dan menghampiri Pak Asep di pos satpam.

"Pak Asep, tolongh..bukhain..gherbangnya dongh.." Pinta Aliya dengan napas yang masih ngos-ngosan setelah bersepeda gila-gilaan ngebutnya.

Pak Asep yang sedang menyeruput kopi panasnya jadi tersedak mendengar panggilan Aliya. "Uhukk..uhukk.. aduh Si Neng ngagetin aja. Maap atuh Neng, ini udah lewat jam tutup gerbang, jadi bapak nggak bisa bukain gerbangnya. Si Neng juga tumben banget telat?"

Lovely AliyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang