“Good to say goodbye”
◑◑◑Minggu depan Andara berangkat ke US ditemani ayah. Devan siang ini datang, numpang makan siang lagi.
Pagi ini hujan, suhu begitu dingin hingga AC dikamar dimatikan. Selimut masih didekap, terlalu malas untuk bangun.
"ANDARA! BANGUN!" Kelvin berteriak dari lantai bawah.
Andara mendecak pelan, "Tenggorokannya merk TOA," gumamnya.
Gadis itu beranjak, membiarkan ranjang berantakan. Ia menyisir rambut sepunggung dengan jari-jari lentiknya, tubuh ramping berbalut piyama menuruni tangga.
"Iket rambutnya," kata Kelvin sambil menyerahkan tali rambut pada adiknya yang baru saja duduk di kursi makan.
Andara menerima, mengikat rambut tinggi-tinggi menjadi messy bun. Matanya menjelajahi segala yang ada di atas meja makan, sampai dia temukan roti isi alpukat.
Ia mengambilnya, bersamaan dengan Kelvin yang meletakkan semangkuk sereal dan oats dihadapannya.
"Makasih." Kelvin mengangguk lalu duduk di samping adiknya.
"Ayah, Bunda, kemana?"
"Pagi-pagi berangkat ke Bogor." Andara menoleh.
"Ngapain?"
Kelvin hanya menaikkan bahu. Andara menghabiskan sarapan, hari ini dia akan pergi jalan-jalan—sendirian.
Beli buku di Gramedia, mampir ke kedai es krim, berburu makanan di taman kuliner atau bisa juga main ke timezone.
"Kak Kelvin dirumah aja?"
"Gue ada satu kelas sore." Andara mengangguk.
Keduanya menyelesaikan sarapan. Andara membersihkan peralatan makan, lalu meminum vitamin. Gadis itu kembali ke kamar, membersihkan tubuh lalu bersiap jalan-jalan.
Berbalut blouse berwarna peach dan baggy pants berwarna hitam, Andara meraih sling bag yang berisi dompet dan ponsel.
Andara turun, meraih kunci mobil dan memakai sneakers berwarna senada dengan blousenya.
"Berangkat Kak!"
"Ya!"
Ia memasuki mobil, menginjak pedal gas dan keluar dari halaman dan menuju jalanan.
Sudah lama tidak menghabiskan waktu untuk diri sendiri. Andara tidak akan sia-siakan hari ini, tanpa Ali, Alwan apalagi Devan.
Jalanan hari ini juga lengang karena masih hari kerja. Andara sampai tiga puluh menit kemudian. Ia naik ke lantai lima setelah parkir di basement.
Andara menyusuri foodprint, masih menentukan akan makan apa untuk mengawali petualangan hari ini.
"Andara." Gadis itu menoleh.
Ah, Abrisam.
Ia tersenyum, "Hai Kak."
"Mau makan?" Andara mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devandara
Ficção Adolescente"I know, i'm not enough. So i let you go, because it hurts to be half loved." ... Written in bahasa [#151 in Teen Fiction 20.07.17]