"Lena bawakan air itu untukku!!!!!"
Yah wanita itu berteriak lagi,lagi, dan lagi. Hampir setiap hari aku mendengar teriakannya, tapi aku sudah biasa. Jika saja aku tidak berbaik hati untuk tetap mendiamkannya, ugh pasti aku sudah membantingnya ke lantai seperti yang ku lakukan satu minggu yang lalu.
"Kau punya kaki bukan? Kenapa tidak ambil sendiri saja 'kakak'. Jangan bertingkah seperti orang cacat."
Aku berteriak membalas ucapan 'kakak' ku eum maksudku kakak tiri. Hidupku, Alena Medivalien gadis berumur 17 tahun dengan rambut cokelat dan bermata biru seperti ayahku Aleandro Felux Medivalien. Tapi sayangnya beliau sudah meninggal begitu juga dengan Ibuku Hanamella Medivalien ia meninggal karena sebuah penyakit.
Setelah itu ayah menikah lagi dengan nenek sihir itu agar nenek sihir itu bisa menjagaku, tetapi malah berakhir seperti ini. Menyedihkan bukan?
Ngomong-ngomong setelah ayahku pergi menghadap Sang Kuasa hidupku terasa seperti Cinderella, hidup dengan nenek sihir euh, maksudku ibu tiri dan kedua antek-anteknya Kelly dan Crasenda. Benar-benar seperti Cinderella, tetapi aku tidak seperti Cinderella kau tau? Hanya hidupku, biar kukatakan sekali lagi hanya HIDUPKU bukan KEPRIBADIANKU!
Jadi berhentilah berfikir jika aku selalu menuruti perintah mereka seperti Cinderella, kau tau Cinderella terlalu baik jika disandingkan denganku karna, pertama aku selalu membantah omongan nenek sihir dan antek-anteknya. Kedua Cinderella tidak pernah berkata kasar pada keluarga (tirinya), dan ketiga tidak ada Cinderella yang pernah membanting 'kakaknya' ke lantai dengan jurus bela diri terbaru. Kupikir Cinderella terlalu kejam untuk itu.
Dan sekarang di sinilah aku bersantai di kamar besarku sembari mendengarkan alunan musik yang menenangkan, setidaknya saat ini aku merasa berada di surga. Dan tiba-tiba perutku berdemo meminta untuk di isi. Ah aku lupa jika aku belum makan sejak tadi karna aku sangat-sangat sibuk dengan tugas sekolahku.
Aku mengambil jaketku dan mengancingkannya. Membawa kekasih setiaku yaitu ponsel! Kalian boleh berpikir bahwa aku gila karna berpacaran dengan sebuah ponsel.
"Ibu aku pergi mencari makan malam, karna masakanmu sangatlah tidak enak. Dan kau tidak bisa melarangku terima kasih!"
Aku berteriak didepan pintu, hingga aku mendengar nenek sihir itu berteriak seperti orang gila. Tapi siapa yang peduli?
Aku melangkah di trotoar, merapatkan jaketku. Sungguh malam ini sangat dingin sekali, sedingin hatiku. Ups, tapi serius ini benar-benar dingin tidak seperti biasanya. Apakah ada...?
Lena lupakan, tidak ada yang namanya hantu. Lupakan, yang harus kau pikirkan saat ini adalah makanan apa yang akan kau beli sesampainya disana?
*****
"Selamat datang, apa pesanan anda nona?"
Aku menatap wanita muda di depanku, menurutku dia sangatlah cantik. Jarang sekali ada wanita secantik dia yang bekerja sebagai kasir di restoran cepat saji. Tapi tunggu matanya, benar-benar indah sekali. Bola matanya berwarna kelabu, eum mungkin dia menggunakan apa itu? Ah iya lensa kontak.
"Nona?" aku mengerjapkan mataku kaget, rupanya aku melamun.
"Bisa satu burger ukuran besar,kentang goreng, dan sebotol Fanta."
Wanita itu tersenyum kecil, aku melirik kearah name tag yang terpasang di baju kerjanya itu dan namanya adalah Malta Khuersian. Nama yang cukup unik.
"Fanta di malam hari? Apa kau yakin tidak akan menggantinya seperti air mineral nona?"
Aku hanya tertawa geli sembari menggelengkan kepalaku. Ah mata itu, mungkin besok aku akan membeli lensa kontak dengan warna yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aloertha
FantasiAku tidak menyangka jika takdir akan sekejam ini. Semua berawal dari mimpi yang tidak logis lalu berlanjut ke kejadian aneh yang terus menghampiri ku setiap harinya. Hingga aku bertemu dengannya pertama kali, aku menyebutnya 'Penghuni Toilet'. Kej...