=>2. Nggak seksi tuh! Biasa aja.<=
Mulmed: Adara
Adara pov.
Hari ini jadwal belanja bulanan. Kebetulan Hana sedang tidur saat aku tinggal ke supermarket dekat dengan apartment. Nggak tega setengah takut kalau-kalau Hana bangun, tapi mau gimana lagi? Kalau aku nggak belanja, kami nggak makan. Dan Ken jelas nggak akan peduli dengan hal seperti itu. Palingan dia bisanya Cuma marah kalau nggak ada makanan.
Aku nggak pernah berharap Ken berubah jadi suami idaman yang membuat semua cewek tergila-gila dengan dia. Dengan dirinya yang sekarang, rasanya cukup. Selama dia nggak main cewek, aku nggak akan protes.
Aku juga nggak papa belanja sendiri seperti sekarang, nggak berharap Ken bisa menemani, atau berlaku romantis seperti orang lain.
Walau capek, dan rasanya lelah, tapi aku nggak akan menyerah dengan Ken.
Setelah berbelanja, aku kembali ke apartment. Meninggalkan kantong belanjaan di meja dapur, aku pergi ke kamar Hana. Aku menghela napas, Hana itu anak baik. Dia tau kalau aku capek jadi nggak rewel, dia tidur dengan nyenyak.
"Ra!"
Aku melirik jam di meja, biasanya Ken selalu memanggilku seperti itu saat pulang dari kuliah ataupun kerja.
"Ra, kamu di mana?!" teriaknya lagi dari lantai satu. Aku keluar kamar dan melongokkan kepalaku ke bawah, terlihat Ken yang sedang menenggak air putih langsung dari botolnya di depan kulkas.
"Nggak usah teriak!"
"Kamu juga teriak, dasar!"
"Kan kamu yang mulai," ucapku nggak mau kalah. "Lagian kenapa jam segini udah pulang? Biasanya agak sorean."
Ken menaruh botol minuman di meja, dan langsung kupelototi. Aku paling nggak suka kalau dia jadi seenaknya. Dia itu nggak suka minum air mineral biasa, dia pasti marah-marah kalau nggak ada air dingin di kulkas. Dan seringnya, dia menaruh air itu di meja setelah minum tanpa mengembalikan ke tempatnya semula.
"Iya, ini baru mau taruh kulkas, Ra. Galak amat sama suami sendiri," gerutunya sambil menaruh botol air itu kedalam kulkas.
"Kamu itu kebiasaan tau! Nanti yang kena marah aku, kalau nggak dingin ngamuk. Emosi melulu, cepet tua tau rasa!"
"Alah, kalau aku tua kamu juga bakal tua, Ra. Lagian kamu nggak akan tega ninggalin aku walaupun nanti aku tua kan? Nah, jadi masalahnya dimana? Tua itu wajar. Kalau nggak tua malah nggak wajar tau!"
Aku mendengus. "Ngeles aja, Pak!"
Dia terkekeh, lantas duduk di meja makan. "Aku nggak ngeles sayang."
Bodo amat! Palingan ngomong sayang ada maunya.
Aku mengabaikan ucapannya. Nggak mau menimpali karena nggak ada ujungnya, pasti akan berakhir mesum! Dia itu raja mesum kalau kalian mau tau.
"Gimana kuliahnya?" tanyaku setelah aku mendudukkan diri di depannya.
"Biasa aja. Bosen, pengen buru-buru wisuda," ucap Ken.
Aku cuma bisa menghela napas, terkadang kasihan juga. Gara-gara aku dan Hana, Ken jadi nggak bisa main seperti anak kuliahan pada umumnya. Nggak bisa hang out bareng cewek-cewek, nggak ngerasaian bebasnya masa-masa kuliah.
"Kamu mikir apa sih Ra? Mikir mesum ya?" godanya.
Aku cemberut, dia kali yang mikir mesum. Aku sampai bela-belain minum pil penunda kehamilan buat nyenengin dia, kurang perhatian apa coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
ChickLitMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...