Stage One

8.1K 675 213
                                    

What I Want to Do

***


"Awas!" Jimin mendengar teriakan itu. Dia juga melihat bola basket yang melayang cepat ke arah wajahnya, tapi sialnya dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia hanya berdiri kaku sampai bola itu mengenai wajahnya dan rasanya mematahkan hidungnya.

"Ah si bodoh ini! Park Jimin, kau ini bodoh sekali!" Sebuah teriakan terdengar setelah tubuhnya rubuh ke belakang.

Jimin hampir marah. Dia harus lebih sering mengingatkan Jungkook untuk memanggilnya 'hyung' dan berhenti meremehkannya dengan banmal. Dia lebih tua dua tahun daripada anak itu.

"Jungkook, hidungku berdarah!" Tapi Jimin malah meneriakan itu setelah dia mengusap hidungnya yang terasa remuk.

"Astaga! Kau itu jalan di sebelahku, kau bisa dengan mudah menghindar!" Jungkook hampir menjerit. Tipikal Jeon Jungkook saat kesal. Dia akan mengomel. Walaupun tidak cocok, karena wajahnya manis. 

Jimin cemberut. Dia kembali meratapi nasibnya. Kalau sudah begini Jungkook tidak bisa apa-apa. Dia hanya bisa membantu Jimin dan mengusap punggungnya.

"Siapa sih orang bodoh yang main basket pagi-pagi begini?" Jungkook mengomel lagi.

Jungkook benar. Sekarang masih pukul sembilan pagi. Siapa anak kurang kerjaan yang lebih memilih untuk main basket di kelas pagi? Pasti anak-anak yang mangkir dari kelas pagi. 

"Di mana bolanya?" Seorang anak laki-laki dengan suara berat mengomel. Jimin ingin sekali berbalik dan memarahi anak itu, tapi rasanya tidak perlu. Toh, hidungnya sudah berdarah.

Entah mengapa kata 'terlambat' dan 'terlalu lama' selalu melekat bersama Jimin hampir ke mana pun dia pergi. Bukannya dia tidak berusaha, dia selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam apa pun. Hanya saja, rasanya Dewi Fortuna sudah lupa namanya, atau mungkin membencinya.

Jimin tidak mau menjadi orang yang pesimis dan penuh pemikiran negatif, tapi setelah semua yang terjadi, mau tidak mau dia percaya, dia membawa kesialan.

Ini tahun terakhirnya di Kyunghee. Jika Jimin mau membuat daftar akan kesialannya setelah dia sampai di Seoul, mungkin butuh setahun lebih.

Contoh yang mungkin paling Jimin ingat adalah saat hari pertama dia masuk ke sini, di kelas pertamanya, kelas matematika dasar. Saat itu dia berusaha tidak datang terlambat, jadi dia sengaja datang hampir sejam lebih awal. Dia belum begitu mengerti jalan di Seoul jadi dia membaca peta yang ada di ponselnya. Lalu ada seorang pengantar ayam yang menabraknya. Padahal, dia berdiri di belakang garis kuning pejalan kaki. Dia berada di zona aman. Entah kenapa, si pengantar ayam tidak sempat berhenti hari itu. Padahal, ada lima orang mahasiswa lain yang berhenti di dekatnya, tapi hanya dia yang tertabrak. Mengenaskan. Akhirnya Jimin harus melewatkan satu minggu kuliah pertama karena dia harus menginap di rumah sakit.

Ibunya sempat memakinya habis-habisan. Ibunya adalah salah satu orang yang menentang dia kuliah di Seoul. Semua tahu alasannya, karena Jimin ceroboh. Bukannya dia tidak bisa mengurus dirinya atau apa, Jimin itu hebat. Dia perhatian dan teliti tapi entah mengapa, dia selalu terluka, terjatuh, tertinggal bus dan lainnya yang butuh satu hari jika harus disebutkan.

Lain lagi dengan ayahnya. Ayahnya percaya, jika Jimin akan lebih mandiri dengan berkuliah di Seoul. Sekali lagi, bukannya dia tidak mandiri, Jimin selalu bangun pagi, membantu ibunya membuat sarapan, membersihkan kamarnya, dia selalu membantu ibunya hampir dalam segala hal sampai memasak. Dia tidak akan kesulitan hidup sendiri karena dia memang sering melakukan semuanya sendiri. Tapi ini semua karena Dewi Fortuna melupakannya, bahkan setelah semua usahanya, dia merasa begitu sial dalam hidupnya. Ini karena ibunya takut Jimin tiba-tiba terjatuh dan tidak ada orang yang menolongnya. Jadi saat ibunya tahu Jungkook ikut pindah ke Seoul setelah beberapa tahun, ibunya gembira luar biasa. Ibunya pergi pagi buta ke Seoul dengan bus pertama hari itu dan membawa lebih dari lima belas kotak banchan. Ibunya memang luar biasa. Lalu ibunya juga memeluk mereka dan menasehati mereka selama dua jam penuh. Ibunya bercerita semua tentang kekonyolan Seoul dan bahayanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mean to Me (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang