Aku sekarang berada di ujung Indonesia. Tepatnya di pulau Sumatra. Aku seorang traveller muda yang ingin mengelilingi Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Itu salah satu impianku.
Aku ini mudah mencintai apapun yang membuatku bahagia. Aku mencintai dunia travelling karena bisa membuatku senang. Aku mencintai hujan. Hujan itu seperti pembawa kabar gembira kepadaku. Dimana ada hujan pasti ada kebahagiaan.
Namaku Farah Alfiza. Aku suka K-pop. Aku suka warna purple. Aku suka pemandangan sunrise maupun sunset. Aku suka membaca.
Saat ini, aku sedang menikmati pemandangan pagi hari di Danau Toba. Udaranya terasa sangat sejuk. Tak ada polusi udara seperti di perkotaan. Ku foto danau yang indah itu dari kejauhan. Aku sudah banyak mengambil gambar semenjak aku tiba di Sumatra. Aku memang sudah memimpi-mimpikan untuk datang kemari. Aku masih kurang puas karena aku belum berfoto dengan latar belakang Danau Toba. Aku mencari seseorang yang kira-kira bisa dimintai bantuan.
"Excuse me, Sir. Can you help me?" tanyaku kepada seorang pria bule.
"Oh, tentu. Apa yang bisa saya bantu?" kata pria bule itu. Aku pun terpukau dibuatnya. Dia berbicara denganku memakai bahasa Indonesia.
"Anda bisa berbahasa Indonesia?" tanyaku kepada bule itu.
"Tentu. Saya besar dan lahir di Indonesia," ucapnya.
"Bisakah Anda memotretkan saya? Saya akan berdiri disana dan Anda mengambil gambar saya dari sini," ucapku kepada pria bule itu.
"Baiklah," ucapnya.
Aku pun bergaya di depan Danau Toba. Aku membentuk huruf 'V' dengan tangan kananku. Pria bule itu mulai menghitung mundur.
"Tiga, dua, satu." cekrek. Bule itu mengacungkan ibu jarinya mengisyaratkan bahwa hasil potretnya bagus.
"Satu kali lagi," teriakku kepada pria bule itu sambil mengacunkan jari telunjuk kepadanya. Dia mengangguk mengerti.
"Tiga, dua, satu."
Tepat dihitungan terakhir, aku melompat.
Aku berjalan menuju ke arah bule itu untuk melihat hasil potretnya. Hasilnya sangat bagus.
"Oh, iya. Kita belum berkenalan. Nama saya Farah," ucapku kepada pria bule itu sambil mengulurkan tangan kananku mengajaknya berkenalan.
"Nama saya David," ucapnya sambil membalas uluran tanganku.
"Thank you so much, David. Terima kasih banyak sudah mau membantu saya," ucapku berterima kasih.
"Youre welcome. Saya bisa pergi sekarang? Masih ada tempat yang ingin saya kunjungi," ucapnya.
"Oh, tentu. Bye, David. Nice to meet you," ucapku kepada David.
"Nice to meet you too, Farah," ucap David padaku kemudian berlalu pergi.
Setelah selesai mengelilingi Danau Toba, aku beranjak pergi ke tempat tujuanku selanjutnya. Aku tiba di rumah makan yang terletak tak jauh dari Danau Toba. Rumah makan itu tampak sangat ramai karena ini sudah tiba jam makan siang. Mayoritas orang-orang yang makan disini adalah wisatawan asing.
Rumah makan ini menyediakan prasmanan. Aku jadi lebih mudah untuk mengambil makanan sesuka hati. Setelah selesai makan, aku pun membayar ke kasir. Setelah selesai membayar makanan di kasir, aku pun melangkah menuju pintu rumah makan. Baru saja aku akan melangkah pergi dari rumah makan itu, tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya.
'Bagaimana bisa tiba-tiba hujan? Apakah sekarang di Sumatra sedang musim hujan? Bagaimana ini aku tidak membawa payung.' batinku.
Aku masih termenung menatap hujan yang terus-menerus turun. Aku berpikir bagaimana caranya bisa melewati hujan ini tanpa membasahi tasku yang berisi kamera. Akhirnya, tanpa berpikir lagi aku lebih memilih memeluk tasku erat-erat dan menembus hujan. Tepat saat aku melangkahkan kakiku pergi dari rumah makan itu, aku tidak terkena air hujan karena ada seorang pria yang entah darimana datangnya tepat berada disebelahku dengan payung kuningnya yang kecil sedang memayungiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAVELLER ✔
Short StoryCerita kelima~ by:dianpancasona Hujan. Aku punya cerita bersama hujan. Kebetulan-kebetulan yang ada terjadi saat hujan tiba. Saat hujan tiba, dia datang.