Sudah berulang kali aku membasuh wajahku, menatapnya di cermin kamar mandi.
Kasihan. Wajahku yang memang sudah kasihan ini, kini lebih kasihan. Aku baru merasakan bagaimana rasanya sakit hati. Dan itu memang menyakitkan. Rasanya sesak dan aku malas melakukan apapun.
Bila bisa, mungkin menangis untuk menghabiskan hari ini itu lebih baik. Aku menengok saat 3 orang wanita masuk, dan menggeserku ke westafel paling pojok.
"Ku fikir kau masih mengejar Raka atau Kris, ternyata selama ini Arka yang kau incar?"
Aku melirik sekilas ke arah wanita tinggi dengan rambut sebahunya memakai lipbam di bibir tipisnya.
Aku pura-pura tak mendengar, sepertinya mereka pun tak menganggapku disini, dengan cepat membasuh wajahku kembali, dan mengeringkannya asal dengan sapu tangan yang ada di sakuku.
"Raka itu penyakitan, kau tahu terakhir kami ngedate, dadanya sesak. Membuatku malu saja"
Aku berhenti sesaat mendengar perkataan kasar dari seseorang di tengah mereka, Krystal, kekasih baru Arka, sedang merapihkan rambut panjang nya yang berkilauan terkena cahaya pantulan kaca.
"Sedang apa kau?"
Aku tersadar, sedari tadi diam memperhatikan mereka. Luna, gadis yang paling pendek di antara krystal dan Suli menatapku ingin tahu.
"Ti.. tidak"
Ucapku terburu-buru lalu keluar dari toilet sebelum mereka menggangguku.Tidak. aku yakin mereka bahkan tak mengenalku, aku hanya Ana, gadis pendiam yang hanya di anggap angin lalu saat aku berjalan.
Saking terburu-burunya di ujung koridor saat aku berbelok,aku menabrak seseorang, sapu tangan yang sedari tadi ku genggam jatuh begitu saja. Dengan seseorang yang ku tabrak terjatuh di hadapanku. Aku terkejut sebentar, sepertinya orang ini sangat lemah.
Mana mungkin dapat jatuh begitu saja, padahal aku menabraknya tak terlalu kencang.
"Maafkan aku.. kau baik-baik saja"
Aku mencoba membantu pria yang jatuh tersungkur itu, ia sedikit meringis dengan tangan memegangi dada. Aku menatap memohon pada para siswa yang berjalan untuk membantu kami,tetapi mereka hanya berbisik lalu pergi begitu saja tanpa ada niat membantu.
"Apa kau baik baik saja?"
Kini aku sudah membantunya berdiri, ia mendongakkan kepalanya dan tersenyum sangat manis. Aku terdiam sesaat. Senyuman manisnya mampu membuat seluruh rasa sakit yang tadi ku rasakan hilang begitu saja.
Matanya sayu, bibirnya gemetar. Mengeluarkan sedikit erangan saat ia memegang dadanya.
"Apa kau baik-baik saja kak?"
Ia hanya mengangguk dan berdiri di hadapanku. Aku tahu siapa dia, dia adalah Kak Raka, anggota Osis berwajah manis yang tadi di biacarakan oleh Krystal dan teman temannya.
" Aku baik baik saja, Astma ku sedang kambuh" Ucapnya sedikit meringis membuatku sedikit bersalah.
(^^)
Di kelas seperti biasa para murid sangat berisik saat jam kosong. Sam pun tak bisa banyak berkata kata, apalagi saat Jaka dan Leo biang onarnya.
Setelah berita mengenai Arka yang sudah punya pacar, semuanya jadi sedikit canggung di kelas. Banyak murid wanita yang kini enggan menganggungkan Arka kembali.
Apakah semuanya karena Krystal?
Tentu saja. Semuanya akan kalah bila di bandingkan dengan gadis cantik itu. Selain cantik gadis itu juga bukan murid biasa.
Jam pulang membuatku tersenyum pada akhirnya, hari ini benar benar membuatku lelah. Setelah berpamitan pada Dio yang sibuk dengan bukunya. Aku langsung melesat keluar.
" Ana "
Aku terdiam sejenak. tidak, tidak mungkin Arka memanggilku. Aku berjalan lurus kembali, tapi sebuah tangan membuatku berbalik dan benar saja Arka sedang tersenyum kepadaku.
" Ya?" Tanyaku heran, wajahku kini sudah memanas karena ia memandangku.
" Kamu lupa hari ini kita ambil buku tugas kita di bu guru?" Tanya nya santai, dan aku hanya mengerutkan keningku antara lupa dan heran.
Aku hanya mengangguk, dan mengikuti Arka yang sudah berpamitan dengan teman-temannya. Aku berjalan di belakang Arka, bukannya apa-apa. Aku tak mau menjadi bulan-bulanan Krystal bila ia melihat aku bersama kekasihnya berjalan bersama di koridor.
" Kenapa diam? Ayo masuk!" Arka menarik tanganku yang hanya diam saja di depan ruang guru.
" Oh Arka, Ana. Kebetulan kalian datang"
Aku dan Arka hanya saling pandang, bingung.
"Ada apa ya bu?" Tanya Arka santai
Aku dan Arka menghembuskan nafas dalam kembali setelah menyelesaikan tugas dari bu guru.Beliau menugaskan kami untuk mengembalikan buku sastra yang sudah di pinjam para murid untuk bahan pembuatan puisi.
Setelah buku terakhir, aku menjatuhkan tubuhku di kursi baca sedangkan Arka masih asik membuka buku yang belum di rapihkan.
" Seharusnya kita juga mencari buku rekomendasi seperti ini kemarin " Ucap Arka padaku yang hanya mengangguk.
Setelah mengembalikan buku terakhir, Arka pun duduk di hadapanku. Membuatku duduk tegak.
" Kau sepertinya tak pernah tak tegang di hadapanku?" Tanya Arka mmebuatku tertawa renyah
" mengenai puisimu itu.."
Aku tegang sesaat, mengapa Arka membahas puisi itu kembali. Sejak pembuatan puisi itu bersamanya, aku tahu Arka pasti merasakan sesuatu.
" Aku merasa itu pengalaman pribadimu " Ucapnya, membuatku menganga. Aku hanya bisa tertawa getir dan menatapnya.
" Tidak, itu.. itu sebuah judul lagu" Jawabku jujur.
" Itu adalah lagu boygroup asal Korea, judul lagunya Just One Day"Arka mengangguk dan menyuruhku untuk bersiap karena sudah larut.
" Jadi itu hanya sebuah judul lagu?" Tanyanya lagi, membuatku mengangguk tanpa memandang wajahnya.
" Tapi ku rasa penambahan setiap baitnya..."
Aku terdiam, berhenti melangkahkan kakiku. Ia pun menghentikan langkah kakinya dan menghadap ke arahku.
" berhentilah membahasnya" ucapku dingin
Aku menggigit bibirku kelu, bagaimana bisa ia tetap memberi pertanyaan mengenai puisi itu. Sudah lama semenjak puisi itu tapi masih saja ia membahasnya.
Apalagi setelah ia dan Krystal pacaran, ayolah jangan membuatku kesal.-TBC-