"Hanya satu hari saja bisakah aku memilikimu"
Aku terdiam melihat kertas yang hanya ada satu kalimat. Dan aku melihat ke sekitar dimana Arka bersama Krystal pergi kekantin. Aku hanya menggeleng dan pergi ke arah sebaliknya.
Setelah kejadian kemarin, Arka sudah jarang mengangguku dengan perhatian atau berbagai hal manis. Aku pun hanya bisa melihat secarik kertas mengenai puisi yang di tulis Arka dengan ku.
Sepertinya yang aku lakukan benar, membuat Arka berfikir siapa sebenarnya yang ia sukai. Dan bukan aku, itu lebih baik di bandingkan menyakiti sesama wanita.
Liburan akan segera tiba dan aku seperti murid lainnya merencanakan liburan bersama keluarga, walaupun hanya dengan ibuku, itu adalah waktu berharga.
Dio seperti biasa meninggalkan ku terlebih dahulu, dan segera keluar bersama murid lainya. Sedangkan aku hanya terdiam memandangi bangku Arka yang memang sudah kosong sejak tadi.
Perjalanan pulang seperti biasa, di temani gerimisnya hujan, aku tetap berjalan ke apartemen sederhana ibuku, tetapi ada sesuatu hal yang membuatku mengerutkan keningku.
Terdapat mobil mewah yang terparkir di sana, bukan mobil yang membuatku heran tapi sosok Arka dan kedua orang tua, yang ku kira kedua orang tuanya bersama mamahku mengobrol tenang.
" Itu Ana" mamahku menunjuk ke arahku, dan aku terkejut menatap Arka yang memandangku dengan senyuman.
Aku terdiam, tak banyak bicara. Aku di kenal sebagai anak pendiam di sekolah tapi bukan di rumah. mamahku berulang kali menceritakan kisah kita berdua, kisah sedih setelah di tinggal papahku.
" Jadi ini rumah kamu?" tanya Arka yang kini sudah duduk di balkon bersama ku.
Aku memandanginya tak percaya, bagaimana bisa aku dan arka adalah teman kecil, dan kita berpisah karena rumah dinas ayahku sudah habis waktu.
" Aku sudah dapat jawabannya" ucapnya padaku, membuatku terkejut
" siapa yang aku suka" lanjutnya.Aku hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan, aku sudah tahu ia tak perlu beritahu aku.
" sepertinya aku menyukaimu"
Aku terdiam, dan menatap matanya yang menatapku. Aku tak percaya, bagaimana bisa ia mengatakan itu di saat ia menjalin hubungan dengan wanita lain.
" aku belajar dari puisimu. Bagaimana aku bisa mengetahui bahwa aku menyukai seseorang atau tidak"
" satu hari kan? Walaupun Cuma sehari aku bisa bareng kamu, rasanya aku tak mau egois untuk bisa bersama kamu sampai aku tua nanti. Rasanya aku senang bisa sama kamu walaupun Cuma satu hari. Bukannya itu yang namanya suka"
Aku terdiam dan menatapnya tak percaya.
Bagaimana bisa aku bersamanya Cuma satu hari, aku bahkan ingin bersama nya selama sisa hidupku di dunia.
THE END