Part 17

764 58 2
                                    

"Hanya Lorenzo? Kau yakin tidak ada orang yang datang selain dia?" tanya Marc.

Levitha mengangguk pasti. Tetapi ia bingung apa maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang Marc lontarkan.

"Ah, sudahlah. Lupakan tentang itu. Mari kita bicarakan topik utamanya," ucap Marc.

"Jadi, sedari tadi kau belum membicarakan hal penting?"

"Hei, kau tidak membalas pesanku dan membuatku menunggu selama satu jam juga hal penting. Waktu yang terbuang akibat menunggumu itu memangnya tidak penting?" sahut Marc.

"Whoa ... calm, dude. Aku hanya bertanya."

Marc menghela napasnya sambil mengalihkan pandangan ke arah Alex yang sedang duduk di meja lain. Lalu, ia kembali menatap Levitha.

"Perjanjian itu ... akan berlaku selama satu musim balapan tahun ini," ujar Marc.

Levitha berkedip, ia melongo. Apakah ia salah dengar? Satu musim katanya?

"Bukankah aku hanya menjadi umpan untuk mantan wanitamu itu selama satu kali race saja? Kenapa perjanjiannya berubah?"

"Siapa yang bilang perjanjian itu hanya berlaku selama race Catalunya saja? Di dalam syarat perjanjian itu 'kan tidak tertulis batas berlakunya. Dan itu berarti, keputusannya tergantung pada diriku." Levitha seketika berubah menjadi kesal. Bagaimana ia bisa dibodohi oleh perjanjian itu? Memang salahnya juga karena ia tidak membaca betul-betul syarat yang tertera. Itupun akibat ia terlalu terfokus dengan perasaannya yang akan terlibat.

"Jadi, aku akan terus bekerja sebagai Umbrella Girlmu?" tanya Levitha.

Marc terkekeh. "Kau tidak perlu bekerja seperti itu lagi. Yang perlu kau lakukan hanyalah duduk manis di pit, mendukungku saat balapan, dan membangun chemistry saat momen bersama."

Leviha terdiam, memahami ucapan Marc.

"Are you understand?" Levitha mengangguk.

Marc tersenyum lalu mengacak pelan rambut Levitha. Pipi Levitha berubah merona dalam sekejap dan degub jantungnya sangat cepat.

Apakah dia tahu bahwasanya hal kecil seperti ini saja sudah membuat kesehatan jantungku terguncang? Ah, aku tidak tahu. Ini hanyalah permulaan, bagaimana aku bisa bertahan untuk satu musim?

"Kau bisa tersipu ternyata," ejek Marc.

Levitha menatap sinis Marc. Lalu membuang pandangannya ke arah luar café.

"Ah ya, bolehkah aku ikut mengantarmu pulang? Aku ingin tahu rumahmu. Jadi, kalau aku ingin mengajakmu jalan, aku tidak akan banyak bertanya lagi."

Levitha mengusap tengkuknya. "Itu ... boleh saja. Tapi, kau harus membicarakannya dengan adikmu."

"Ck, untuk apa aku harus meminta izinnya? Dia bukan ayahmu ataupun pacarmu. Jadi, aku tidak perlu berbicara dengannya," sahut Marc dengan kesal.

"Tapi 'kan, kau akan menumpang di mobilnya," ucap Levitha.

"Dia adikku, dan sebaiknya adik harus menuruti kehendak kakaknya," kata Marc.

Dasar! Sikap penguasanya sangat menjengkelkan. Masa iya dia harus bersikap seperti itu kepada adik kandungnya sendiri?

"Ah, sudahlah. Terserah kau saja." Levitha bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Alex yang sedang meminum coffee miliknya.

"Ya! Wait me," ucap Marc. Ia berjalan menghampiri Levitha.

Am I Wrong If I Love You ? (Marc Marquez FanFiction) (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang