Trevie
Semenjak itulah aku mulai mengerti apa itu cinta. Miracle membuatku ingin mencari tau seperti apa rasanya dapat mencintai seseorang.
"Note my words," kata Miracle, "isi buku ini cuma lo yang tau, dan usahain tetep begitu."
Aku hanya mengangguk dan membuka halaman pertama dari buku yang ditempatkan dalam sebuah box yang ada kuncinya.
"Buku ini bakal menceritakan semua tentang gue dan semua yang udah gue lewati," kata Miracle.
"Semuanya?" tanyaku.
"Dari umur 6 tahun," jawabnya, "ketika gue masih ga ngerti apa yang sebenernya gue tulis. Lo bisa mulai baca dari 21 Juli 2016."
"Awal masuk kelas 9."
21 July 2016
So.. hari ini adalah hari pertamaku balik lagi ke sekolah. Kelas 9. Akhirnya.. aku jadi kakel di SMP.
...
...
...16 November 2016
Aku yakin semua orang sadar. Aku berubah. Butuh waktu yang cukup lama bagi diriku sendiri untuk menyadari bahwa aku tidak sama seperti dulu lagi. Kehidupan sekolah telah membuatku lebih mengampangkan kehidupan. Jadi populer membuatku lebih merasa hebat. Walaupun aku tau seharusnya tidak begini, tapi aku menyukainya seperti ini.
"Jadi di sini lo mulai jadi queen bee?"
"The book says it all."
7 December 2016
Jadi cowo ini, dia itu adalah kenalanku yang sekolah di sekolah kakakku. Dari dulu emang udah kenal. Dia itu... adalah temen mainku pas kecil saat nunggu kakakku yang ga keluar-keluar dari kelasnya.
Minggu lalu kita baru ketemu lagi. Dan ya... aku merasa menjadi anak kecil lagi saat bersamanya. Banyak memori kita lewati bersama dan kita bawa kembali minggu lalu. Semenjak saat itu, aku dan dia semakin sering chat dan ngobrol lewat line, imessage, bahkan call. Aku ngerasa, kalo dia itu emang cowo yang tepat dan udah pasti orang yang cocok.
30 December 2016
Saat semuanya terasa baik dan benar, saat di mana aku akan mendapatkan happy ending of a fairytale, saat di mana aku akan merasakan happily efer after, semuanya hancur dan sirna sekejap.
Memang waktuku masih panjang dan masih banyak masalah yang akan datang untuk menuntut diselesaikan.
"Hah? Kok gantung gini?" kataku.
"Pokoknya semua yang ada di otak gue saat itu, itulah yang tertulis di buku itu. Ga peduli bakal jadi cliche," ucapnya dan memasukkan kembali buku itu ke dalam boxnya.
Hujan telah reda. Akhirnya aku bisa pulang dari tempat ini. Aku sudah menunggu sekitar 3 jam dari bel pulang di perpustakaan. Tapi aku tidak mengeluh dan menyesal. Tanpa disangka, aku menghabiskan waktuku dengan Miracle. Sudah lagi, aku bisa mengetahui cuplikan kecil problema hidupnya dari buku itu.
"Trev!" panggil Miracle kepadaku yang sudah berjalan menuju pintu keluar perpustakaan.
"Ya?"
"Gue mau buku ini lo simpen dan silahkan lo isi," katanya dan menyerahkan buku itu padaku.
"Tapi... kenapa? Kenapa ga lo aja yang lanjutin? Kenapa gua?" tanyaku.
"Cerita gue udah selesai. Happily ever after itu ga ada. Sekarang giliran lo buat nulis After The Book Ends."
"Tapi kenapa gua?" tanyaku lagi.
"Karena lo doang yang gue percaya buat ngasih tau tentang buku ini dan gue juga ga mau nyimpen buku itu lebih lama lagi."
"Jadi lo buang di gua?"
"Have you ever heard about re-cycle?"
Aku menjawabnya dengan seulas senyuman dan pergi membawa buku itu.
***
Ayo dong! Bacanya jangan sampe sini doang! Di chapter" selanjutnya bakal jauh lebih seru dan 'dapet feelnya' karena kalian akan memasuki inti cerita ini.
Sama jangan lupa vote dan comment apapun, mau kritik atau saran, tetap diterima!
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Book Ends : Re-cycle
Teen Fiction[BAHASA] Buku Miracle tidak berakhir happily efer after, karena sebenarnya happy ending yang selalu ada pada dongeng itu tidak ada di kehidupan nyata. Lalu bagaimana dengan kehidupannya sekarang? Tidak mungkin kehidupan seseorang hanya menggantung s...