Sadness

4.2K 291 0
                                    

Disarankan membaca part ini sambil mendengarkan lagu:  

jung seung wan - if it is you. 😘😘









Hari ini adalah peringatan kematian Raja dan Ratu terdahulu Winter Kingdom. Ya, kedua orang tua Kiara. Semua pejabat dan rakyat berkumpul di halaman istana yang bertabur salju, menunduk dan mendoakan roh Raja dan Ratu mereka. Sedangkan Kiara sendiri tidak ikut dalam upacara yang sudah dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Menurutnya, sangat tidak pantas melakukan upacara seperti itu disaat jenazah kedua orang tuanya bahkan tidak pernah ditemukan. Gadis itu menatap sekumpulan orang yang terlihat sangat aneh baginya. Mereka berbondong-bondong berlutut dihalaman istana dengan pakaian hitam.

Setetes air mata Kiara jatuh melihat orang-orang yang menangis untuk kedua orang tuanya itu. Kenapa mereka seperti ini? Apa mereka juga menganggap orang tuanya sudah mati? Tidak adakah dari mereka yang masih percaya kalau Rajanya masih hidup?

Gadis itu meremas gaunnya kencang, menahan isakannya. Ia tidak boleh menangis. Kalau ia menangis, itu artinya orang tuanya sudah meninggal. Kiara hanya boleh menangis jika kedua orang tuanya sudah kembali dari negeri sebrang, dia akan menangis sambil memeluk kedua orang tuanya. Bukannya menangis sendirian seperti ini.

"Kiara." Panggil Adelardo yang berdiri didepan pintu kamar gadis itu sedari tadi, Adelardo tidak habis pikir. Sebenarnya gadis ini benar-benar kuat atau hanya berpura-pura? Sungguh, Adelardo bingung. Padahal sudah cukup lama ia bersama dengan gadis ini tapi baru sedikit yang diketahuinya tentang Kiara.

Kiara menghapus air matanya. "Ada apa?"

Adelardo terkekeh, suara Kiara bahkan terdengar serak. Gadis ini memaksa dirinya sendiri untuk tidak menangis. Dengan langkah besarnya Adelardo menghampiri Kiara dan memeluknya, seolah memberinya ketenangan. Tubuh Kiara menegang. Ia tidak tahu harus membalas pelukan ini atau tidak. "Jangan berpura-pura kuat. Karena kau sangat tidak pandai menyembunyikan perasaanmu."

"Menangislah. Keluarkan semua yang kau simpan selama bertahun-tahun didalam hatimu yang keci-" belum selesai Adelardo berbicara Kiara memeluknya dan menangis meraung didada calon Raja kerajaan Bulan itu. Dengan senyum kecil di bibirnya Adelardo mengeratkan pelukannya.

"Mereka belum mati, 'kan?!" wajah putih gadis itu sudah berubah menjadi merah padam. Adelardo terus merangkul gadis itu. Ia menekan kepala Kiara agar semakin mendekat kepadanya.

"Adelardo! KATAKAN PADAKU KALAU MEREKA BELUM MATI! MEREKA BELUM MATI ADELARDO! HENTIKAN SEMUA ORANG BODOH ITU! SIAPA YANG MEREKA TANGISI, HAH?! ORANG TUAKU MASIH HIDUP!!!! Kumohon hentikan mereka." Racau Kiara. Gadis itu melepas pelukannya pada pinggang Adelardo, tapi tidak dengan pria itu. Adelardo tetap mempertahankan Kiara dalam pelukannya. Karena kalau tidak, gadis itu pasti jatuh terperosot.

"Dengarkan aku, kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi Kiara." Adelardo mencoba memberi pengertian pada gadis itu. Tapi Kiara yang sekarang berada dipelukan Adelardo bukanlah Kiara Ratu dari Winter Kingdom. Kiara yang ini adalah seorang gadis rapuh yang belum bisa merelakan kepergian orang-orang yang dicintainya.

Kiara memberontak. "Lepaskan aku! Kalau kau berpikiran seperti itu sebaiknya kau bergabung dengan orang-orang bodoh itu! Jangan disini bersamaku! Aku tidak memerlukanmu dasar bodoh!"

Adelardo menggeleng. Ia mendekatkan bibirnya ketelinga Kiara. "Kau memerlukanku. Karena itu aku disini Kiara. Tidak peduli seberapa keras usahamu untuk mengusirku. Aku tidak akan pergi." Kiara masih memberontak.

Pria itu menatap langit yang terlihat dari jendela tempatnya berdiri sekarang. "Dan nanti, ada saatnya dimana kamu tidak ingin aku pergi dari sini. Tapi dimasa itu juga aku tidak akan bisa tinggal disini, tidak peduli seberapa besarpun keinginanmu untuk menahanku." Adelardo menunduk, menatap kedua mata Kiara yang memerah.

Kiara menghapus air matanya kasar. "Hari itu tidak akan datang!"

Benarkah? Adelardo terkekeh, ia melepas pelukannya dan saat itu juga Kiara mengangkat gaunnya dan berlari keluar kamarnya meninggalkan Adelardo yang sedang memikirkan ucapannya barusan.

"Dasar idiot! Apa-apaan dia itu. Kurang ajar sekali!" Kiara terus memaki Adelardo sepanjang perjalanannya sejak ia tidak melihat seorangpun di kawasan istana dalam. Semua orang sedang berkumpul dihalaman. 

Queen of Winter and The Moon Prince (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang