Aku selalu suka dengan senja. Bagiku, melihat matahari terbenam dengan indahnya yang perlahan-lahan merangkak meninggalkan bumi. Lantas menyisakan cahaya kemerahan. Adalah hal yang menakjubkan. Sungguh, memandang senja sangatlah menyenangkan. Meski aku harus berkutat dengan melawan kenangan-kenangan yang hadir tanpa dapat kutampung lagi.Yaitu mengingat kenangan-kenangan sesak bersamamu. Dimana saat itu kamu hanya memalingkan wajah sayumu dariku. Jelas betul wajah itu sedang dibasahi airmata yang mengucur. Suaramu bergetar getir. Aku yang mendengarnya sudah kacau, seakan hancur pertahanan hati. Sungguh, tidak menyangka bahwa kamu yang kukira mencintaiku harus berkata demikian. Gagal mencintaiku, bagimu adalah masalah. Tapi bagiku, bersamamu saja sudah menyenangkan. Mencintaimu saja sudah membahagiakan. Duduk memandang senja bersama-sama, saling bercerita tentang kehidupan. Bagiku, sangatlah menggemberikan.
Aku pernah berpikir untuk bisa memilikimu, hidup bersama-sama menghadapi kejamnya dunia. Tapi jika itu salah, aku akan mencoba sanggup untuk tidak berharap lagi. Mengapa kamu beri harapan, jika pada akhirnya aku harus melupakan. Mengapa tidak melangkah pergi, sebelum tumbuh rasa cinta di hati. Mengapa tidak mencoba menghilang, sebelum lahir rasa sayang. Dan mengapa kamu biarkan aku nyaman dalam kebersamaan kita. Apakah aku yang salah, atau kah kamu?. Mungkin yang salah adalah kita berdua. Kamu seolah-olah memberikan sejuta harap, dan aku salah menempatkan harap.
Aku selalu suka dengan senja. Indah memang, meski terkadang ada sejuta kenang yang tidak bisa membuatku tenang. Namun aku selalu berusaha untuk mengenang tanpa airmata yang menggenang. Tanpa sedih-sedih dan sesak-sesak. Sebab melupakan tidak harus melupakan. Cukup melupakan rasa yang pernah ditanam. Tanpa harus melupakan kamu seutuhnya. Jika pada akhirnya aku gagal melupakanmu. Tolonglah mengerti seperti aku yang memahamimu yang gagal mencintaiku. Dan mungkin kebersamaan kita hanyalah membuang-buang waktu berhargamu, dan waktu berhargaku.
Pilihanmu sangatlah tepat untuk pergi dan tak kembali lagi. Padahal, kamu punya seribu alasan untuk memilih siapa yang kamu jaga hatinya. Tapi kamu pergi untuk menjaga hati keduanya. Dan jika pada ujungnya kamu lelah untuk melangkah. Pulanglah kepadaku. Tapi mungkin hatiku bukan milikmu lagi saat itu.
*Demi Kamu

KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poesie(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...