PART 4.

13.5K 671 43
                                    

Kesal sekaligus tak kuasa menahan letupan aneh yang ada di dalam dirinya, Julie memilih untuk berlari ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar tidurnya, "Sial! Siapa yang menyuruhnya mencuri ciuman pertamaku dengan cara yang begitu awkward seperti ini, Tuhan?! Aku benar-benar benci dengannyaaa...!" lalu tentu saja sejumlah gerutuan ia lontarkan di sana.

Sungguh kulit wajahnya yang putih pucat, kini terlihat sangat merah seperti buah Rasberry yang hampir masak, dan itu semua tentu saja karena pikirannya kembali memikirkan tentang Divo.

Hanya sekilas menatap kaca yang terpampang di lemari pakaian miliknya, sekarang Julie sudah membanting tubuhnya di atas tempat tidur.

Tak jelas memikirkan tentang apa, tiba-tiba saja Julie bangkit berdiri untuk membuka apron yang masih melekat di tubuhnya, "Kurasa pergi Pike Place Market akan jauh lebih baik. Biarkan saja mereka mengerjakan pesanan dari wedding organizer itu sendiri, dan saat aku pulang nanti, semua hal tentang ciuman gila itu sudah harus aku lupakan. Aku ingin membeli roti dari beberapa vendor yang sangat mengiurkan di sana, lalu makan sampai kenyang sebelum pulang membawa ikan, buah dan beberapa sayuran segar untuk Mommy," kemudian bergumam sembari membungkus kamisol yang ia pakai dengan sebuah kemeja lengan panjang berwarna broken white.

Topi pink bergambar pizza pun ia sambar secepat kilat sebelum menutup pintu kamar, "Aku akan menghabiskan hari ini di Pike Place Market, Mom. Aku juga akan pulang sendiri, jadi jangan khawatir dan jangan menyuruh siapa pun untuk mencariku!" dan ia juga menyempatkan diri menemui ibunya yang sedang mencatat rincian belanja hari ini.

Sayangnya Divo sudah lebih dulu mendengar semua perkataan Julie, "Untuk apa dia pergi ke Pike Place Market? Apa karena ciumanku tadi?" sehingga ia pun membatin demikian.

Dengan tangan yang masih berlumur cream isian Macaroon, Divo segera berbalik menuju ke ruangan dessert lagi, "Tanggal berapa sekarang? Bukankah festival Pike Place Market baru akan di mulai saat musim semi? Untuk apa dia ke sana saat musim dingin seperti sekarang ini? Astaga! Dia hanya mengenakan kamisol dan kemeja lengan panjang saja. Di mana mantel bulu kesayangannya?" namun sekali lagi ia tidak bisa berkonsentrasi dengan Macaroon wedding cake yang sudah hampir selesai dikerjakan.

Divo bahkan lupa jika ia ingin menyodorkan sample Macaroon untuk dicicipi oleh nyonya Clarinet, dan terus saja menyusun sejumlah Macaroon untuk dijadikan wedding cake sesuai dengan pesanan.

Sementara di halaman parkir Delicious La Fonte Resto, Julie segera membuka pintu bagian tengah mobil untuk mengambil mantel bulu miliknya, "Tujuh derajat Celcius, sepertinya tidak masalah jika menyetir tanpa harus menggunakan mantel? Nanti saat sudah sampai saja baru dipakai. Well, lets go!" namun tidak jadi ia kenakan, ketika layar ponselnya menunjukkan prakiraan cuaca di kota Seattle.

Kemeja lengan panjang ia rasa sudah cukup untuk satu mengemudi ke Pike Place Market selama satu jam ke depan, kemudian nanti setelah sampai barulah mantel bulu itu akan dipakai.

Lokasi Pike Place Market yang berada di Dermaga Elliott Bay dan membentang dari Pike Street ke Virginia Street di barat laut adalah alasan utama mantel itu harus Julie pakai, kendati tempat tersebut selalu dipadati oleh pengunjung.

Benar saja. Gerutuan gadis itu pun keluar setelah hampir satu jam mengemudi, "Ya Tuhan! Di mana aku akan memarkir mobil sialan ini? Lihatlah, Julie. Pike Place Market masih satu kilometer lagi, tapi mereka sudah berjalan kaki dengan membawa keranjang sebesar itu. Apa ada festival bulan ini?" sebab apa yang ia pikirkan ternyata sangat jauh berbeda dengan realita yang ada.

Jalan menuju ke pintu masuk Pike Place Market memang masih berada satu kilometer dari tempatnya sekarang, tetapi banyak sekali pengunjung yang berjalan kaki karena jalanan itu sudah tak dapat dilewati dengan mobil lagi.

Saat Julie keluar dari mobil dengan mantel bulu yang siap ia pakai, "Julie?"

"Egh, Justin?! Kau di sini juga?" Julie bertemu dengan Justin Edwards, mantan kekasihnya ketika masih di Senior High School dulu.

"Iya. Aku baru saja pulang dari New Jersey. Aku ingin melihat pesta kembang api yang sebentar lagi akan digelar, maka itu aku datang ke sini dengan Mommy," lalu mereka pun memulai pembicaraan hangat bertiga, tatkala ibu kandung Justin muncul.

Julie sama sekali tidak mengetahui jika Pike Place Market sedang mengadakan pesta kembang api tahunan di sana, dan sungguh itu merupakan sebuah kejutan untuknya.

Selain bertukar informasi tentang tempat tinggal baru Justin di New Jersey, pria itu juga sibuk mencari tahu tentang siapa kekasih Julie saat ini, dan menjanjikan sejumlah kenyamanan lagi seperti dahulu.

"Maaf, Justin. Kita sudah pernah membahas hal ini saat tidak sengaja bertemu di koridor Tacoma Airport bukan? Aku belum memikirkan apa pun tentang pernikahan, dan sampai saat ini pun begitu," sahut Julie, ketika Justin melancarkan rayuan mautnya.

"Please, Julie. Perasaanku masih sama seperti yang dulu, walaupun kita sudah berpisah hampir lima tahun lamanya," mohon Justin, "Kita hanya kehilangan kontak satu sama lain, Julie. Bukan menyerahkan hati kita untuk orang lain," sembari terus menyeruput kopi hitam miliknya.

Beruntung Nyonya Madeline Edwards datang dengan sejumlah bunga Tulip di tangannya.

"Bunganya bagus sekali, Mrs. Edwars. Di mana Anda membelinya," sehingga Julie pun dapat segera mengeluarkan topik pembicaraan baru dari pita suaranya.

"Aku membelinya di dalam, Miss Ashley. Kau suka juga dengan bunga? Aku pikir kau hanya suka dengan roti, pasta dan juga hal lainnya yang berbau makanan," dan Nyonya Madeline Edward semakin larut di dalamnya.

Jika tidak Justin mungkin akan terus memaksa Julie untuk menerimanya kembali sebagai kekasih, sebab selama satu tahun bersama dulu, ia adalah tipe pria pemaksa.

Akan ada banyak cara yang Justin pergunakan untuk meloloskan keinginannya dulu, namun entah apakah sekarang ia masih memiliki sifat dominan seperti itu atau tidak.

📲🎵🎶 "I'm trying to realise. It's alright to not be fine on your ownnn... Now I'm shaking, drinking all this coffee. These last few weeks have been exhausting." 🎶🎵📲

Kala itu ponsel Julie juga sedang berbunyi dan memperdengarkan lirik lagu Jeremy Zucker dengan judul comethu' di sana, sehingga gadis itu memiliki alasan kuat untuk sedikit menepi dan melepas rasa kekesalannya pada Justin untuk yang kedua kalinya.

Sayang sekali yang ia lihat di layar ponselnya adalah nomor kontak Agradivo Chaniago, "Hallo?"

"Kau di mana? Aku ada di halaman parkir Pike Place Market. Nyonya Clarinet menyuruhku membawamu pulang karena hari sudah sore. Ia sedang tidak enak badan dan kau diminta untuk pulang sekarang juga," namun ia tidak bisa menolak sambungan telepon tersebut, sebab hanya itulah jalan satu-satunya untuk bisa menghindari Justin Edwards.

Akan tetapi bukan Julie Ashley namanya jika ia tak dapat mendapatkan kembali rasa nyamannya, "Aku ada di The Coffee Cafe. Kau datang saja ke mari, karena aku baru akan pulang ketika pesta kembang api itu sudah selesai. Aku sedang digoda oleh Justin Edwards lagi, jadi terserah kau saja jika tak ingin masuk ke sini. Klik," hingga akhirnya sekali lagi ia terpaksa membuat Divo begitu kesal, dengan cara demikian.

Menurutnya tak ada salahnya berdua dengan Divo menikmati pesta kembang api yang akan berlangsung beberapa jam lagi di Pike Place Market, sebab nyatanya sekarang ia sudah membayangkan kembali rasa bibir Divo jika adegan itu terulang kembali di bawah cahaya letupan kembang api.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

To be continue...

SEATTLE, LOVE & FOOD [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang