BAB 4 {In The Evening}

11 4 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__

"Siapa yang tahu kalau pertemuan ini adalah awal dari pertemuan-pertemuan berikutnya antara kita."

***

Angin berhembus teratur memasuki ruangan ketika dua sayap pintu kaca bergeser mundur, memberi jalan untuk keluar. Aroma pinus menyeruak masuk melalui indera penciuman siapapun yang menghirup kesejukannya. Suara gemersik dedaunan kering yang berserakan di tanah pun menambah kesempurnaan suasana di sekitar De Canadie Resto. Selain mendapatkan kenyamanan di dalam restoran, juga mendapatkan hiburan gratis berupa pemandangan setelah keluar dari bangunan kayu tersebut. Sungguh kekuatan alam yang luar biasa.

"Jangan lupa besok pukul empat sore di sini. Sudah hafal kan lokasinya?" tanya Dimas pada Peach, seraya mengantar gadis itu kembali ke mobilnya.

"Kalau tidak sibuk ya?"

"Ck, masih anak kuliahan aja bawa-bawa kesibukkan. Lebih sibuk kalo udah kerja nih." Dimas mengarahkan ibu jari ke dadanya.

"Jangan meremehkan anak kuliah yang bener-bener sibuk! Kalau kamu ga sibuk pas kuliah juga ga bakal jadi chef sukses kayak sekarang."

"Ah, serius mulu. Bercanda buat selingan."

"Sorry, ga bakat jadi pelawak."

Dimas pun menepuk punggung Peach beberapa kali, namun gadis bermata gelap nan tajam itu menanggapinya dengan satu alis terangkat sebelah, "Apa nih, maksudnya?" tanyanya curiga.

"Biar tenang lagi, ga emosi." Cengiran lebar diberikan Dimas pada Peach yang kini menghela nafas panjang.

__

Lantunan music kembali berputar di ruangan kerja Peach. Ia mulai membesarkan volume speaker hingga instrumental Kiss The Rain dari Yiruma memenuhi isi ruangan putih tulang berpadu warna soft cream.

Di buka nya dua jendela yang terpisah oleh tembok di tengah-tengahnya, memberi penerangan alami dari terik sinar pagi, memantul pada meja kerjanya. Ia sengaja tak menghidupkan lampu ketika sinar di pukul 8-10 pagi masih cerah. Ia juga memanfaatkan udara pagi yang masih mengandung harum petrichor, membiarkannya masuk ke dalam ruangan. Ruang kerja itu dibuat senyaman mungkin, karena tempat itulah yang akan memberi inspirasi ide-ide untuk bahan rancangannya. Dibanding kondisi kamar, ia lebih memprioritaskan keadaan ruang kerja terlebih dahulu. Oleh karena itu, ruang kerja yang berada di lantai satu rumahnya ini terletak di dekat taman. Beraneka macam bunga tertanam disana. Sehingga wanginya menyeruak masuk ruangan saat berbunga. Ada jalan setapak yang memberi jarak antara jendela ruang kerja Peach dengan lokasi taman. Meski begitu, ia memberi area di dekat kedua jendela ruangannya untuk menyimpan tiga pot tanaman hijau. Setidaknya untuk membuat ruangan lebih segar.

Layaknya ruangan seorang designer, di dalamnya ada dua patung mannequin, satu cermin, empat meja yang di tata memutar, tentu diatasnya penuh dengan sisa-sisa kain bekas membuat pola lebih seperti kain perca. Dibalik cermin yang tingginya 180 cmn, terdapat gorden berwarna ungu muda yang tersingkap. Di sana merupakan markas dari segala aksesoris, peralatan menjahit, bahkan berbagai jenis kain warna-warni dan semuanya tersimpan rapih dalam sebuah etalase dan almari. Beberapa sketsa rancangan busana nya terpasang rapih di dalam figura berwarna emas dan digantungkan di beberapa sisi dinding ruangan. Dari beberapa sketsa yang terpajang, 10 diantaranya telah mendapatkan penghargaan di tingkat nasional maupun internasional, selama hampir satu tahun kuliah. Peach memang belum menjadi seorang designer, tetapi melalui pengaturan ruangan bah designer professional lah yang akan memberi energi positif dan motivasi kuat untuk dirinya mencapai cita-cita sebagai designer.

Peach & BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang