Beberapa hari telah berlalu. OSPEC pun selesai. Kini saatnya Zahra bergegas menuju aula kampus lantai tiga gedung F. Walaupun hari ini adalah hari minggu yang biasa dikenal dengan hari libur. Dengan cepat, Zahra mengayuh sepedanya agar tidak terlambat sesuai janji. Seperti biasa! Ia memarkir sepedanya di ujung parkiran paling kanan. Dengan membawa beberapa buku tebal yang ia pinjam dari perpustakaan, ia berlari menaiki tangga menuju lantai tiga.
"Assalamu'alaikum, kak!" salam Zahra ketika ia mendapati Julian sudah menunggunya di dalam aula kosong.
Julian menoleh ketika mendengar Zahra menyapanya. Mukanya nampak serius seperti biasa. "Lo terlambat 10 menit!" ujarnya tanpa menjawab salam Zahra.
Zahra tersenyum malu. "Sorry."
Tanpa basa-basi, Zahra pun mendekat. Ia langsung duduk di depan Julian. Lalu, ia membuka laptop jadulnya yang bermerk murahan. Melihat hal itu, Julian tersenyum geli sesaat.
"Kenapa kakak tersenyum? Apanya yang lucu?" tanya Zahra heran.
"Pakai laptop gue aja!" kata Julian tanpa menghiraukan pertanyaan Zahra. Lalu, ia mengeluarkan laptop canggih dari dalam ranselnya dan memberikannya kepada Zahra.
"Huuuhhh! Orang ini benar-benar sombong sekali! Bilang saja mau pamer laptop canggih dan mahal dengan merk terkenal! Sama-sama laptop! Apa bedanya dengan laptop milik gue? Toh Cuma dipakai buat ngetik kan?" pikir Zahra ketika ia mencoba mengira-ngira dengan apa yang ditertawakan oleh Julian.
"Pasti lo mengira kalau gue mentertawakan laptop jadul lo itu, kan?" tukas Julian.
"Nggak kok!" kilah Zahra.
"Lo itu bodoh atau dungu sih?!"
Zahra bertambah kesal saat mendengar apa yang dikatakan Julian. Ia hanya bisa menatap Julian dengan tampang lugunya tanpa bisa menegur Julian yang sangat arogant itu.
"Gue bukan mentertawakan laptop jadul itu!" papar Julian. "Gue mentertawakan tingkah laku lo yang bodoh itu!"
"Maksudnya?" tanya Zahra keheranan.
"Di laptop gue, udah ada salinan file penelitiannya. Tapi nggak selengkap file penelitian gue yang di flashdisk."
"Oh gitu?!" ucap Zahra tersenyum malu.
Zahra pun mulai mengetik apa yang dikatakan oleh Julian dengan tabah. Tak terasa waktu berlalu dengan cepatnya. Satu jam pun tak terasa sudah terlewatkan. Jari-jari Zahra mulai memerah karena terus mengetik tanpa henti dan tanpa istirahat. Zahra tidak berani mengeluh. Ia sadar bahwa ini adalah hukuman baginya karena kecerobohannya. Satu jam berlalu lagi. Hari semakin terik. Sang surya tampak semakin sombong. Adzan dzuhur pun terdengar dari kejauhan. Sementara itu, jemari Zahra semakin memerah. Hingga akhirnya Julian tahu kalau Zahra sudah lelah.
"Lo boleh istirahat," ucap Julian dengan ekspresi acuhnya.
"Kalau begitu aku izin ke toilet dulu," sahut Zahra.
Julian hanya mengangguk.
Di dalam toilet, Zahra berwudlu. Lalu, ia melangkahkan kakinya ke Musholla yang bersebelahan dengan toilet. Di Musholla, ia tak sengaja bertemu dengan Bagas, anak Bu kos. Tanpa enggan, Zahra pun menyapanya.
"Kak Bagas?" ucap Zahra agak heran mendapati Bagas berada di kampusnya.
"Zahra?"
"Kenapa kakak ada di kampus ini? Bukankah kakak adalah Mahasiswa kampus tetangga?" tanya Zahra semakin heran.
Bagas tersenyum. "Aku merangkap kuliah," jawabnya.
Zahra melotot. "Merangkap kuliah? Kakak jurusan apa emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Heart Zahra
SpiritualBerawal saat Zahra tidak sengaja tertabrak dengan seorang cowok bernama Julian Prasega yang merupakan idola kampus. Tabrakan itu membuat Flash disk penting milik Julian rusak sehingga Julian menuntut Zahra untuk bertanggung jawab atas file-file y...