Chapter 8 : Hujan

3.1K 252 5
                                    

Hujan deras mengguyur kota Surabaya di sore hari. Namun di tengah suara hujan deras, terselip suara tangis dari kamar Selvi, anak kedua Bu kos. Sehingga suara tangis itu membuat Zahra dan Mimin yang saat itu berada dalam kamar menjadi penasaran tentang hal apakah yang membuat Selvi menangis histeris seperti itu.

"Dari tadi, Selvi nggak berhenti nangis tuh! Kira-kira kenapa, ya?" tanya Zahra pada Mimin.

"Mungkin putus ama pacarnya!" tebak Mimin asal-asalan.

Di tengah pembicaraan, tiba-tiba Vera memasuki kamar kos dengan sekujur tubuh yang basah kuyub. Vera tampak senang sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Entah apa yang membuatnya seperti itu.

"Abis dari mana?" tanya Zahra sambil melihat Vera yang tengah menghangatkan diri dengan handuk Merah yang tergantung di belakang pintu kamar.

"Abis cari info dari kamar Selvi!" jawab Vera dengan wajah bahagia.

Mimin juga mengamati Vera yang berperilaku agak aneh di matanya. "Wajah lo tampak bahagia gitu! Kenapa? Apa lo dapat info yang menggembirakan?" tanyanya.

Tiba-tiba saja Vera tetawa terbahak-bahak. "Ya iyalah, Min!"

"Selvi menangis berjam-jam. Terus, apa hubungannya dengan info yang menggembirakan?" tanya Zahra semakin keheranan. "Bukankah seharusnya jadi info yang menyedihkan?" lanjutnya bertambah heran.

"Ya ampun Zahra! Bodoh banget sih lo!" hina Vera. "Si Selvi abis putus ama kak Julian! Bukankah itu kabar baik buat gue?" sambungnya.

"Vera! Bahagia di atas penderitaan orang lain itu nggak baik tau!" seru Mimin dengan mata melotot.

Vera sama sekali tidak mempedulikan perkataan Mimin. Ia dengan santainya memeras air dari rambutnya dengan penuh senyum ceria. Baginya, tidak ada kabar baik kecuali mendengar kabar bahwa Julian tengah menjomblo.

"Gue jadi heran ama kak Julian! Kenapa dia bisa jadi cowok super playboy kayak gitu?!" tanya Zahra agak kesal.

"Ceritanya panjang!" sahut Mimin. "Dulu, kak Julian bukan orang seperti itu," lanjutnya.

"Benarkah?" tanya Zahra tak percaya.

"Dulu kak Julian punya sahabat wanita. Namanya Queenera. Walau matanya sipit, tapi ia sangat cantik, kaya, dan pandai," sambung Vera.

-----00-----

Kilas balik cerita Julian dan Queenera

Sore hari yang sangat indah. Julian sudah lama menunggu Queenera di bukit belakang sekolah. Hingga akhirnya Queenera datang dengan senyuman manisnya yang membuat Julian terpaku sesaat.

"Maaf, gue telat lagi." Queenera meringis.

"Lo selalu telat!" seru Julian mencoba menahan perasaan.

Tanpa menghiraukan perkataan Julian, Queenera langsung duduk di atas rerumputan sambil menunggu matahari tenggelam. Angin berhembus sepoi-sepoi hingga membuat rambut panjang Queenera terbelai angin. Dan membuat Julian semakin terpaku akan kecantikan Queenera. Tak lama mengamati wajah cantik Queenera, Julian pun juga duduk di atas rerumputan bukit, tepat di samping Queenera.

"Julian!" panggil Queenera.

"Hm?" sahut Julian.

"Gue udah putus ama Geo."

Julian terkejut mendengar perkataan Queenera. Namun, ia mencoba santai dalam menanggapi. "Oooh!" ucapnya.

"Apa sih kurangnya gue? Kenapa dia menduakan gue?"

"Lo nggak kurang apa-apa, Queen!"

Queenera agak terkejut dengan perkataan Julian. Matanya beralih pandang dari matahari yang akan tenggelam ke Julian yang berada di sampingnya lalu tersenyum. "Gue emang bodoh! Kenapa gue terima cinta Geo, padahal gue nggak cinta ama dia."

Wonderful Heart ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang