Part 8

5 0 0
                                    

Suara pijakan kaki kian menggema seantero rumah. Afi menuruni tangga sambil sesekali menghentakan kakinya dengan kesal. Gadis itu mati dimakan bosan ketika jam di kamar Rea tak juga berputar cepat. Afi lelah menunggu Rea yang tak kunjung pulang hingga akhirnya ia memutuskan untuk turun ke bawah, lebih tepatnya ke halaman samping rumah.

Afi mendudukan bokongnya di sebuah ayunan rajut dengan tatapan lurus ke depan. Gadis itu melamun memikirkan sebuah cara untuk kembali ke raganya. Dua hari menjadi orang asing benar-benar membosankan.

Dulu memang Afi sempat berpikir untuk menjadi orang lain namun justru saat keinginannya itu terkabul, penyesalan datang menghampirinya.

Afi takut jika ia tidak bisa kembali lagi ke raga aslinya. Ia takut jika raga yang dipakainya saat ini adalah raga orang yang sudah meninggal. Karena itu akan mendatangkan masalah baru nantinya. Mungkin masalah seperti keluarga raga orang yang sudah mati itu merasa aneh dengan anggota keluarganya yang kembali hidup. Jangan sampai itu terjadi.

Afi ingin kembali. Afi ingin pulang. Ia merindukan keluarganya. Ia takut ibunya sedih karena kepergiannya. Seharusnya ia tak meninggalkannya. Seharusnya Afi tetap tinggal di rumah bukan pergi ke apartement temannya.

Afi menyesal!

Gadis itu tenggelam dalam pikirannya hingga tak menyadari awan hitam di atas sana mulai menggumpal mengantarkan gerimis hujan yang kian membesar. Rintikan itu menerpa wajahnya dan anginpun menerpa kasar helaian rambutnya.

Dinginnya alam sama sekali tak membuat Afi goyah untuk beranjak dari saja. Afi benar-benar mematung di tempat sampai sebuah lengan menariknya kasar.

"Apa yang kau lakukan di sini, Gadis Bodoh?" dan saat itu juga kedua bola mata Afi terbuka lebar saat dilihatnya sosok itu menatapnya tajam. Bibirnya kaku hendak berucap ketika mata itu menatapnya seolah siap menerkam mangsanya. 

"Ri-rio?" Rio tak mengacuhkan. Pria itu berlalu begitu saja meninggalkan Afi yang masih membelalakan matanya.

"Rio, tunggu!" teriak Afi ketika kesadarannya kembali menghampirinya. Gadis itu berjalan cepat menyusul Rio yang sudah memasuki pintu rumah.

"Rio, tunggu sebentar!" Afi menahan nafas saat dilihatnya Rio menatapnya tajam. Pria itu mencoba melepaskan cekalan lengannya yang tak sengaja Afi cekal.

"Lepasin tangan gue!" pinta Rio datar yang langsung membuat Afi melepas cekalannya dengan kikuk.

"Maaf." Ucap Afi yang tak dihiraukan. Rio melengos pergi begitu saja hingga membuat Afi menghela nafas panjang sebelum akhirnya memilih beranjak dari sana.

Afi melangkahkan kakinya menuju kamar Rea. Gadis itu tak mau ambil hati dengan sikap Rio yang sama sekali tak ingin tersentuh olehnya. Dalam artian, Rio tak ingin berteman baik dengannya. Rio seperti menjaga jarak darinya.

"Rea, kau mau ke mana lagi?" Rea tersenyum simpul saat dilihatnya Afi mulai menghampirinya. Rea baru saja mengganti seragamannya dengan dress hitam selutut.

"Aku ada acara dengan teman kelasku." Ucap Rea sambil menyisiri rambut hitam sepundaknya.

"Maaf, Fi, aku harus meninggalkanmu sebentar. Kau sudah makan siang?" Afi menggeleng pelan.

"Kalau begitu aku pesankan makanan sekarang."

"Tidak usah, aku akan memasak sendiri." Tolak Afi saat dilihatnya Rea mulai meraih ponselnya.

"Memangnya kau bisa masak?" tanya Rea yang dibalas anggukan kepala oleh Afi.

"Sedikit."

"Baiklah, aku harus cepat pergi. Pulang nanti kita akan melakukan sesuatu untuk membebaskanmu." Afi mengerutkan dahinya tak paham.

GIA'FY LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang