The Tree of Loyalty

6 1 2
                                    


Aku selalu bermimpi aku duduk dibaeah pohon besar. Begitu tenang dan nyaman. Disana aku bertemu dengan seorang wanita yang sederhana tapi mempesona seperti malaikat. Mimpi indah yang tak pernah kubayangkan. Aku bangun dan memulai aktivitasku. Nama ku Putra, seorang pria biasa dengan kehidupan yang normal seperti orang lainnya. Ini pacarku Mai. Aku adalah pria yang beruntung mendapatkan wanita yang populer di kampus.

Memang ku akui seringkali aku cemburu melihatnya dengan pria lain. Meskipun dia polos dan cantik, tapi aku takut akan kepolosannya itu dimanfaatkan orang lain. "Mai.." panggilku saat Mai sibuk sendiri dengan handphonenya. "Kau ingat hari ini hari apa?" Harapku sambil melihatnya. Aku ingin dia ingat bahwa hari ini adalah hari jadi kami yang ke 2 tahun. Ya ... tepat 2 tahun..

Kami pacaran sejak kami pertama kali di MOS kuliah. Cinta itu datang ketika kami sama sama di hukum dekat tiang bendera. Aku ingat saat rambutnya penuh dengan ikatan pita warna warni. Aku tak menyadari betapa cantik dirinya sampai dia membuka semua pita rambut itu.

"Mai..." panggilku lagi. Dia tak menoleh, dia hanya sibuk dengan handphone nya itu. "Mai, kamu ingat tidak hari ini hari apa??" Tanya ku lagi. "Hari ini hari Sabtu. Ada apa sih sayang? Kamu cerewet banget hari ini." Jawabnya sambil melihat hp nya tanpa melihatku.

Perasaanku kacau balau, kecewa, campur aduk. Aku kesal tapi aku tak bisa mengungkapkannya. Sudah kesekian kali dia melupakan hari jadi kita. Ada apa ini?? Tidak.. aku tak boleh berpikiran jelek. Aku mencintainya..

Setelah hari itu berlalu aku merasakan hal aneh pada Mai. Belakangan ini dia tak mau kujemput. Saat kutanya teman temannya Mai selalu pulang sendiri. Nomornya selalu sibuk setiap kali aku meneleponnya. Padahal biasanya Mai selalu menunggu telpon ku. Media sosialnya berubah. Dia menjawab dengan singkat atau kadang tak membalas sama sekali.

Ada apa ini?
Aku khawatir.

Lalu suatu saat pada hari ulang tahun ku yang ke 22 tahun. Aku mengajaknya jalan jalan ke bukit dimana kami sering santai dan bercerita. Aku senang mengajaknya ke sana. Dia adalah wanita yang pertama yang kuajak ke sana. Bukit itu adalah tempat dimana aku menangis dan mengenang mendiang ibuku.

"Angkat tanganmu dan gapailah bintang itu." Kata ibuku sambil mengangkat tangan kecilku. Aku ingat sekali dengan memori itu. Disana aku berkata pada ibuku bahwa aku ingin menangkap bintang sebanyak banyak nya dan memberikan nya pada ibuku. Tapi ternyata 5 tahun lalu ibuku sudah pergi ke tempat yang lebih baik.

Aku merangkul Mai yang sedang bersandar di bahuku. Dia terlihat nyaman dengan kehangatan yang kuberikan. "Aku kangen kamu.." kata kata Mai menganggetkanku, tapi itulah kalimat yang kurindukan dari nya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Summer HeartWhere stories live. Discover now