Langit gelap menyelimuti ibukota. Terang lampu menerangi setiap jalanan dan gedung-gedung serta pemukiman di sekitarnya. Banyak orang menggunakan sisa waktunya di dalam rumah bersama sanak keluarga, ditemani berbagai sajian cemilan dan minuman teh hangat. Membuat suasana malam tersebut terasa lebih hangat.
Di sudut kota tersebut, di tempat yang lumayan jauh dari keramaian pusat kota. Sebuah rumah sederhana berdiri kokoh dekat dengan aliran sungai. Rumah yang tak terlihat mewah dan memiliki dua tingkat lantai, namun masih layak untuk ditinggali seseorang. Tidak ada yang istimewa di sekitar halaman rumah tersebut. Hanya terdapat taman kecil disana.
Menelisik masuk ke dalam rumah, tepatnya di ruang tamu. Semua terlihat biasa saja, seperti pada rumah kebanyakan, hanya terdapat sofa ukuran sedang, dua kursi kayu, dan sebuah meja. Namun, yang membuat ruangan tersebut sedikit istimewa adalah, bingkai foto yang terpajang di dinding, memperlihatkan seorang pria yang sedang merangkul wanita di sebelahnya. Kedua ciptaan Tuhan itu tampak serasi.
Beralih ke lantai dua. Tidak terlihat istimewa, hanya terdapat pintu berwarna putih disana. Pintu itu sedikit terbuka, tapi tidak begitu jelas apa yang ada di dalam sana. Jika dilihat pintu itu banyak sekali dengan noda-noda cokelat dan kering, seperti noda darah yang dibiarkan menempel begitu saja sekian lama. Pintu tersebut diapit oleh dua dinding dengan di bagian kanan dinding terdapat satu jendela kecil yang terbuka.
Angin berhembus masuk dengan kencang melalui jendela yang terbuka tadi. Angin membuka pintu bercak noda darah itu. Perlahan-lahan ruangan di balik pintu tersebut terlihat. Cahaya lampu mulai terlihat menyelimuti seisi ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar. Di dalamnya terlihat seorang pria sedang memeluk seorang wanita di atas ranjang. Tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya, mereka tampak larut dalam kehangatan yang mereka ciptakan.
Peluh membasahi tubuh dua insan yang sedang terbuai dalam kehangatan duniawi. Nafas mereka tersengal, mencoba mengatur masuknya oksigen dibalik derita nafsu dunia. Sang wanita semakin mempererat pelukannya pada sang pria di hadapannya. Ditatapnya kedua bola mata pria itu lekat-lekat. Perlahan, tetesan air jatuh dari kelopak matanya, memberi isyarat sebuah penyelasan dari lubuk hatinya.
"Kenapa sampai sejauh ini?" tanya sang wanita dengan wajah sembab.
Sang pria meresponnya dengan mempererat pelukannya hingga tubuh mereka berhimpitan. Diusapnya punggung mulus sang wanita dengan lembut, guna memberi ketenangan pada dirinya.
"Sudah terlanjur untuk mengembalikannya lagi. Semua akan baik-baik saja. Kamu tenang saja," ucap sang pria dengan penuh keyakinan.
"Kamu yakin?"
"Of course." Sang pria meregangkan pelukannya, lalu menatap lekat kedua mata sang wanita. "Trust me, Desy."
Tidak ada kebohongan dibalik tatapan sang pria. Yang ada hanyalah tatapan sejuk penuh dengan ketenangan, membuat timbulnya rasa percaya dari dalam diri sang wanita bernama Desy. Benar yang dikatakan sang pria, semua akan baik-baik saja.
Desy kembali memeluk pria di hadapannya. Bulir air mata semakin jatuh membanjiri pipinya yang memerah. Matanya sembab, senyum terukir dari balik bibir manisnya, menandakan bahwa ia merasa lega dengan yang diucapkan sang pria.
Sang pria membalas pelukannya dengan erat. Dielusnya punggung mulus sang wanita di balik rambut panjangnya guna memberi ketenangan dan rasa percaya pada dirinya.
"Dengan hubungan kita yang sejauh ini, apa kamu akan membunuh banyak orang lagi?" tanya Desy seraya melepas pelukannya dan menatap sang pria.
Sang pria membalas tatapan wanita di depannya. Kemudian dia mulai berucap, "Mungkin iya. Karena jika tidak, aku tidak akan bisa bertahan hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Detected (HIATUS)
ФанфикSetiap manusia pasti mempunyai sisi gelapnya masing-masing, termasuk kalian. Entah kapan sisi gelapnya akan keluar dari dalam diri kita. Dan tanpa kalian sadari, kalian sudah melakukan sebuah tindakan tanpa akal sehat. Catatan: Cerita ini mengandung...