I Don't Know

370 50 24
                                    

Verkwan ft. Minghao.

(Bacanya sambil denger lagu di mulmed, ya!)

Read nicely!

Me ft. loveedensor

***********

Let's go in for a bit

A room where you can hear the sharp sounds of a sensitive clock

Questions that are quiet short

Compared to the amount of curiosity

It breaks the silence in between our conversation

Full of feelings of dissatisfaction

It's overflowing, can't do this anymore.

-------------

Seungkwan tahu, di balik pintu yang setengah terbuka itu, ada dua orang yang teramat disayanginya dalam hidup setelah kedua orang tuanya berdiri.

Seungkwan tahu, mereka sedang berdiri di sana dengan bibir dan badan yang menempel erat.

Seungkwan bahkan bisa mendengar bunyi-bunyian, yang menyakitkan untuk telinganya, untuk hati, dan jiwanya.

Seungkwan tahu, ia tak seharusnya beranjak terlalu jauh dari tempat sebelumnya ia berdiri. Tidak pada rumah ini, maupun pada hatinya sendiri.

Seungkwan tidak menangis, apalagi saat melihat bayangan kekasihnya, yang memeluk sahabatnya.

Seungkwan mengerti, ia paham dan tidak seharusnya menangis. Maka ia tidak menangis, karena ia mengerti.

Pintu terbuka dan menampakkan dua orang yang masih saling menyentuh satu sama lain.

Seungkwan masih menatap lurus ke sana, sampai pandangannya tertangkap oleh netra sahabatnya,

"K-kwan.." Lirih pemuda itu, langsung melepas pelukan dari kekasih Seungkwan.

Seungkwan tersenyum, tipis sekali dan hampir tidak terlihat.

Seungkwan mengalihkan pandangannya, ke segala arah, asal bukan kepada kekasihnya yang kiri sudah berbalik, ikut menatapnya dengan wajah terkejut yang parah sekali.

"Kwan, k-kau lihat?"

Hampir saja Seungkwan terbahak jika ia tidak ingat situasi dan kemampuan motoriknya yang terasa lumpuh total.

Lalu Seungkwan tersenyum lagi. Kali ini lebih lebar.

"Iya, iya, aku lihat, dan aku mengerti 'kok, hehe." Jarinya menyentuh tengkuk, menggaruk di sana tanpa perasaan gatal.

"Aku sebaiknya pulang," ia menunjuk kikuk pintu keluar yang tadi -ia masih ingat betul- ditutupnya dengan perasaan gembira. Lalu tanpa berkata apapun lagi, kakinya berjalan cepat. Meninggalkan dua orang tersebut.

Ia berjalan pelan tak tentu arah, hingga netranya menangkap pemandangan di sekitarnya. Tanpa sadar kakinya membawanya ke taman, ia mendudukan diri di bangku. Mengamati bunga yang sedang bermekaran cantik di depannya. Ia tersenyum.

"Aku senang kau bermekaran, tidak sepertiku, yang lebih dini berguguran." Gumam Seungkwan sendu.

Ia tidak ingin menyalahkan siapapun. Karena inilah salahnya. Memprioritaskan seluruh tugas-tugasnya tanpa memperdulikan kekasihnya begitu lama. Membiarkan ia mencari hal yg dirindukan dari sahabat Seungkwan sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Don't Know ↔ VerkwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang