Part 2

3.2K 218 1
                                    

‘Ting… Tong…’ *ceritanya suara bell.

Gadis itu menuruni anak tangga dengan cepat tatkala mendengar suara bell. Dengan tampilan memakai tanks top berwarna abu-abu dan short pants berwarna hitam. Ia sengaja memakai pakaian gitu karna lagi dirumah ‘_’

‘Ceklek’

(namakamu) membuka kenop pintu, dan dibalik pintu ada Iqbaal. Oh no! Iqbaal melihatnya berpakaian begitu.

“Lo masuk dulu, gue mau ganti baju. Ohya, lo kerjain sebagian aja. Di situ udah ada kertas sama pensilnya.” (namakamu) segera berlari memijak anak tangga dengan gesit. Sementara Iqbaal duduk dengan tenang di sofa.

Rumah ini sepi, orang tua (namakamu) bekerja diluar negri. (namakamu) adalah anak tunggal.

Iqbaal menatap seisi ruang tamu (namakamu). Darisana terlihat seorang pembantu membawakan segelas minum.

“Silahkan diminum,” ucap pembantu (namakamu) sebut saja Bi Inah.

Iqbaal mengangguk. Kemudian meminum minuman yang telah disediakan.

“Pacarnya (namakamu) yah?” pertanyaan Bi Inah membuat Iqbaal kaget.

“Bukan. Teman doang kok.” Bi Inah mengangguk dan hanya meng’oh’kan perkataan Iqbaal.

“Kalau gitu saya pamit kebelakang dulu. (namakamu) sebentar lagi akan turun kok.” Ucap Bi Inah pamit kemudian meninggalkan Iqbaal.

Iqbaal teringat sesuatu, kemudian menatap kertas yang masih kosong itu. Ia lupa tugasnya duduk di sini, mengerjakan tugas itu sebagian. Sebagian? Padahal itu tugas menggambar *belibet*

Tangan Iqbaal mulai bergoyang diatas kertas itu, sebuah gambar gadis tengah melukis. Gambar itu indah.

“Gimana udah selesai?” (namakamu) tiba-tiba datang, kontan membuat Iqbaal terkaget.

“Ngg- iya. Nih udah selesai.” (namakamu) melangkahkan kakinya menuju Iqbaal yang masih berkutat dengan kampas itu.

“Ini lo yang gambar?” ujar (namakamu). “bagus, udah selesaikan? Tinggal tugas gue yang mewarnai.” (namakamu) merampas kertas itu kemudian mewarnai dengan terlaten.

Iqbaal mencoba mencuri-curi pandang wajah (namakamu). Lekukan wajah (namakamu) sangat diperhatikan oleh Iqbaal.

“Bidadari.” Lirih Iqbaal, hamper tak terdengar.

“Bidadari? Siapa?” ternyata telinga (namakamu) sangat tajam. Mungkin setajam silet -__-

“Pacar lo? Yang keberapa?” tentu pertanyaan (namakamu) seperti mengolok-ngolok Iqbaal yang dijuluki ‘playboy’

Iqbaal bungkam, ia tetap memperhatikan (namakamu) yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

“Nih, udah.” (namakamu) menatap Iqbaal. Iqbaal membuang pandangannya kesembarang arah.

“Kalau gitu gue cabut dulu.” Iqbaal pamit, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu.

“Lo mau balapan?” Pertanyaan itu membuat langkah Iqbaal terhenti. “Gue juga nanti mau kesana, gue mau nonton sama Steffie.

“Yaudah sekalian aja.” Iqbaal berbalik, kemudian tersenyum simpul.

***

“Baal! Jangan sampai setelah ini gue nonjok elo!” teriak (namakamu), suaranya nyaris tak terdengar akibat suara deruman mobil yang jelas terdengar. Iqbaal mengemudi mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, lebih tepatnya membalap.

“Lo tenang aja!” Iqbaal mencoba menenangkan (namakamu) yang panik setengah mampus (?)

'Srrttt..'

Ban mobil menjerit disekitar area, dan terdapat puluhan orang yang menunggu menyaksikan balapan mobil sore ini. Jeritan ban mobil itu bak sebuah kicauan merdu ditelinga para penonton.

“Hosh, hosh.” (namakamu) mengelus dadanya, napasnya terengah-engah. Ia masih mengatur napasnya.

Iqbaal membukakan pintu untuk (namakamu). Ketika (namakamu) keluar dari mobil, penonton bersorak-sorai. Dari sekian banyak nya penonton, kebanyakan itu pacar Iqbaal yang nonton kalau Iqbaal lagi lomba gini.

Mereka sibuk bergossip, yang mereka gossipkan adalah Iqbaal dan (namakamu). Kebanyakan dari mereka berpikiran kalau Iqbaal menambah pacarnya lagi -___-

“Gue gak mau jadi bahan gossip kampus.” (namakamu) menggeleng.

“Lo kesana, nanti Steffie ada disana. Gue mau tanding dulu.” Iqbaal membuka pintu mobilnya lalu masuk kedalamnya.

Sementara (namakamu) ia melangkahkan kakinya ke area penonton. Sorak-sorai penonton kembali terdengar.

Gadis berbusana sexy telah ada ditengah jalan membawa bendera hitam putih seperti papan catur.

‘1, 2, go!’

Suara decitan ban mobil kembali terdengar. Sementara (namakamu) hanya berdiri mematung menunggu Steffie, bukan kah itu tujuannya?

***

Lagi-lagi Iqbaal memenangkan balapan ini. Lomba balapan ini baru saja selesai sekitar 25 menit yang lalu.

Sementara (namakamu) masih berdiri di area penonton, Steffie tak datang.

“Mau gue anter pulang?” suara itu mengagetkan (namakamu).

“Gue gak mau dianter sama lo! Entar jantung gue loncat keluar cuman gara-gara dianter sama lo!” jawab (namakamu), sekarang ia sedang berbincang dengan Iqbaal.

“Tenang, kalau jantung lo loncat keluar gue bersedia donorin jantung gue demi lo.” Iqbaal mencoba menggombali (namakamu). Akan tetapi gombalan itu tidak mempan untuk (namakamu).

“Udah deh, gue mau pulang naik taksi aja.” Ketus (namakamu) meninggalkan area itu, mencoba mencari taksi.

Iqbaal hanya menatap lekat-lekat punggung (namakamu) yang sudah menjauh dari hadapannya.

“Gue rasa permainan ini sulit.” Iqbaal tersenyum menatap kepergian (namakamu). Kemudian mengemudikan mobilnya, dengan kecepatan diatas rata-rata mobil Iqbaal hilang ditelan tikungan.

Common Denominator +idr✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang