Part 8

1.8K 135 0
                                    

"(namakamu)?" suara perempuan jelas terdengar. Sontak membuat kedua insan kaget. Iqbaal segera membalikkan badannya, menatap si sumber suara itu.

"Cassie?" (namakamu) buru-buru menghampiri Cassie yang sedang berdiri di pintu. Takut kalau Cassie berpikiran yang tidak-tidak. "Katanya lo berangkat besok?"

"Gue maunya ngasih suprise. Jadi, tadi waktu gue nelpon lo, gue udah didalam taksi, perjalan kesini." Cassie memeluk (namakamu). Melepaskan rasa rindunya yang sudah memuncak. Bayangkan saja, mereka sudah berpisah sejah mereka berumur 16 tahun.

"Aaa! Cassie lo udah gede," (namakamu) merenggangkan pelukannya, menatap lekat-lekat tubuh Cassie. "Cantik lagi."

Cassie tersipu, "Lo juga. Dapet cowok yang ganteng lagi."

(namakamu) mengangkat sebelah alisnya. Maksud Cassie apa? Batin (namakamu). Jelas saat ini (namakamu) belum punya pacar. (namakamu) membalikkan tubuhnya, menatap Iqbaal yang kini tengah menjadi obat nyamuk '_'

"Ohh itu. Dia bukan pa--pacar gue." (namakamu) gugup. Iqbaal menatap (namakamu) kesal. Kesal karna tak diakui. Hey! Tapi tunggu dulu, bukankah benar, saat ini Iqbaal dan (namakamu) tak menjalin status apapun.

"Kenalin gue Iqbaal." dengan pede-nya Iqbaal berkenalan tanpa dipersilahkan. -,- Ia mengulurkan tangannya. Jadi, dengan cara ini ia memikat hati para gadis? Dengan over pede-annya.

"Cassie." Cassie tersenyum seraya membalas uluran tangan Iqbaal.

(namakamu) membulatkan matanya. Ia sudah menganggap Iqbaal adalah pria yang paling pede di dunia ini. Belum kenal aja udah sok tau!

"(namakamu) gue cabut dulu yah?" Iqbaal pamit, sedangkan (namakamu) lagi-lagi memutar bola matanya.

"Pulang aja sono!" (namakamu) mempersilahkan Iqbaal pulang dengan kata-kata yang cukup kasar.

***

"Sial! Telat." umpat (namakamu) sedari tadi ia terus menerus melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya.

Dari awah yang berlawanan terlihat seorang pria yang nampaknya juga kesiangan. Mereka berjalan dengan tergesa-gesa, sehingga saling menabrak satu sama lain tepat didepan kelas.

(namakamu) berusaha berdiri melalui uluran tangan pria itu--Iqbaal.

"Kok bisa barengan yah? Mungkin jodoh." Iqbaal mengucapkan kalimat itu santai. Seperti tak memiliki masalah saat ini.

"Lo gila yah!" (namakamu) melangkahkan kakinya, namun Iqbaal menghentikannya. Menarik tangan (namakamu) lalu...

'Cup'
Iqbaal mencium bibir (namakamu) sekilas. Mata (namakamu) membulat, ia tergeming. Jantungnya seakan berhenti berdekat. Sekilas namun...

Dengan lihai Iqbaal meraih tangan (namakamu) untuk digandeng, memasuki kelas.

Saat mereka sudah ada didalam kelas, semua mata tertuju pada mereka--Iqbaal dan (namakamu).

"Kalian dari mana saja?" Ucap Bu Alya. Iqbaal takut, seringai mata Bu Alya terlihat sangar. "Kalian tau, kalian telat berapa menit?"

"Tadi--tadi Bu--dijalan--macet--ya! Macet." Iqbaal gugup mengucapkan alaan itu. Mata Bu Alya tertuju pada gandengan tangan itu.

"Dasar anak muda! Ya sudah! Duduk!" pinta Bu Alya. Kini Iqbaal bisa bernapas lega. Beberapa gadis yang didalam sana merasa panas. Panas karena adegan gandeng-menggandeng tangan itu. Seolah-olah mereka tak terima, karena mereka semua juga ingin seperti itu termasuk Salsha, sahabat Iqbaal.

"(namakamu)! Lo sadar sih? Tadi Iqbaal gandeng tangan lo. Lo seperti cewek murahan tau!" Bisik Steffy saat (namakamu) sudah duduk disampingnya.

(namakamu) menatap tajam Steffy, sepertinya memang benar perkataan Steffy. Tetapi Iqbaal telah menyelamatkannya. Mungkin sudah impas.

***

(Namakamu) terus-menerus membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu bersama Iqbaal, si 'penyebut yang Sã♍å' *kalianmengerti?* mungkin dalam hal ini (namakamu) dianggap labil oleh Iqbaal.

"Gue serius." Entah mengapa kata itu terucap oleh bibir (namakamu).

Panas terik di siang hari ini tak menjadi penghalang (namakamu) untuk terus menerus menunggu taksi. Sedari tadi taksi tak ada yang lewat '_'

Dengan sigap (namakamu) mengambil ponselnya ditasnya. Mengaduk-aduk Iphone nya.

"Jemput gue sekarang."

***

Kini tujuan (namakamu) berdiri di yang notabenenya halte bukan lagi untuk menunggu kendaraan umum. Melainkan menunggu Iqbaal.

Iqbaal berhenti tepat didepan (namakamu). Bodoh! Mengapa Iqbaal memakai motor? Padahal (namakamu) saat ini sedang memakai rok.

"Kan gue udah bilang, pake mobil. Trus gue gimana?" Iqbaal memperhatikan dari ujung ke ujung(?) Penampilan (namakamu).

Dengan sigap Iqbaal melepaskan jaketnya, melingkarkan jaketnya pada pinggang ramping (namakamu).

Bau maskulin itu lagi-lagi tercium oleh (namakamu) ketika hidung (namakamu) menyentuh dada bidang Iqbaal.

"Naik!" Pinta Iqbaal. Ternyata Iqbaal sudah stand-by diatas motornya. (Namakamu) yang menyadari itu, buru-buru naik ke motor.

***

(Namakamu) turun dari motor Iqbaal ketika motor Iqbaal sudah stop didepan rumah (namakamu).

"Jangan lupa makan yang banyak, jadi nggak kurus." (Namakamu) terkekeh ketika menyebutkan kalimat-kalimat itu.

Iqbaal manyun. Merasa sebal atas perkataan (namakamu). Memang terkesan perhatian, namun ada sedikit hinaan.

(Namakamu) berjinjit. Menyesuaikan tinggi badannya dengan Iqbaal.

'Cup!'

(Namakamu) mengecup kening Iqbaal. Iqbaal sontak kaget. Biasanya Iqbaal yang memulai (?)

Iqbaal meraih tas yang disampirkan pada bahu (namakamu), bak pencopet yang sedang mencuri dengan paksa tas korbannya. Mengaduk-aduk isinya. Ternyata Iqbaal mengambil sebuah tissu. Iqbaal melap kening bekas kecupan (namakamu) dengan tissu. Why?

"Lipgloss. Lengket." Iqbaal menjelaskan alasannya. Kini (namakamu) yang manyun. Merenggut kembali tissu itu. Lalu melap bibirnya sampai lipgloss itu hilang dari permukaan bibirnya.

'Cup'

(Namakamu) mengecup kening Iqbaal lagi ._. Iqbaal tersenyum puas. Ternyata ini hanya akal-akalan Iqbaal untuk mendapat yang double (?)

"Masih lengket." Mata (namakamu) melotot. Iqbaal minta lagi. Triple '_'

"Gue masuk dulu. Ingat jangan minta lagi!" Peringat (namakamu). Iqbaal mengacungkan jempolnya pertanda ia mengerti.

***

"Baal! Gawat! Hosh.. Hosh.." Bastian datang dengan keadaan terengah-engah seraya mengelus dadanya.

Iqbaal dan (namakamu) yang sedang bersantai ria di taman kampus ikut panik. Ada apa dengan Bastian?

"Bella--Bella." Bastian masih terbata-bata karna napasnya belum teratur sempurna.

"Mending lo duduk disini," Iqbaal mendudukkan Bastian secara paksa didekatnya. "Sekarang, Bella kenapa?"

"Bella.. Masuk rumah sakit gara-gara mencoba mutusin urat nadinya," Iqbaal shock ketika mendengar pernyataan Bastian. "Dia ngelakuin ini mungkin karna lo. Karna semenjak lo putusin dia. Dia jadi kayak mayat idupp!"

(Namakamu) ikutan panik, tapi tak sepanik Iqbaal. Kini Iqbaal mendadak pucat. Diantara semua gadis yang ia putuskan, hanya Bella yang melakukan ini. Bodoh, umpat Iqbaal dalam hati."

"Dia sekarang dirumah sakitkan? Di rumah sakit mana?"

Bastian segera menjawab pertanyaan Iqbaal dengan menyebutkan alamat rumah sakitnya.

Common Denominator +idr✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang