Psychopath

304 11 0
                                    

Aku dan Sisca sedang semangat mendiskusikan acara kami minggu ini. Rencannya kami akan nonton bioskop bersama-sama. Apalagi liburan sudah ada di depan mata sehingga kami ingin merencanakan liburan penuh untuk bermain bersama.

Pagi sekali kami sudah sampai di sekolah. Jadi suasana masih sepi. Bahkan hanya ada kita dan petugas kebersihan. Alasan kami ingin berangkat pagi, supaya aku dapat mencontek PR Sisca.

"Pinjem PR mat lo dong" aku memberikan senyum manis sambil mengadahkan, mataku berkedip-kedip, seperti anak anjing.

Sisca hanya mendengus sebal, tapi dia juga tetap mengasih buku pr kepadaku. Senyumku semakin lebar.

"Kemana Ara?" Tanya Sisca.

Ara adalah salah satu sahabat kita, dari kelas X hingga kelas XII ini, dia mempunyai pacar yang bernama Edo.

Aku mengedikan bahu, tidak tahu "Entahlah mungkin sama pacarnya" jawabku acuh.

Semenjak pacaran Ara sangat jarang kumpul dengan kita. Bahkan tidak jarang juga aku sendirian, Sica sama Ara ke pacaranya masing-masing. Nasib Jomblo. Eh bukan... maksudku single.

"Mungkin masih molor kalik di tempat pemakamaan" canda Sisca.

Aku tertawa terbahak. Sering kali kita membuat candaan dan melakukan hal-hal yang gila untuk menghilangkan kebosanan kami.

Mendapatkan sahabat gila seperti mereka seperti mendapatkan hadian undian di Mall. Tidak mungkin dapat dan hampir mendekati kata mustahil.

Aku mulai menulis ulang pr Sisca ke buku tugasku. Dengan kekuatan bulan aku menulis seperti orang kesetanan.

Brak!

Pintu kelas terbuka keras. Mengagetkanku yang masih menulis, bahkan mencoret buku tugasku. Sialan.

Di depan pintu Menampakan Ara dengan tangisan dan mata sudah meneteskan air mata. Sebelumnya aku ingin memaki-maki orang itu, tapi aku mengurungkan niatku saat melihat dia dengan penampilanyang kacau. Dan aku rasa kesedihannya ada sangkut pautnya sama Edo.

"Lo kenapa?" Tanyaku cemas. Padahal sebelumnya dia tidak pernah menangis seperti ini.

Aku dan Sisca mencoba menenangkannya, Sisca memeluk tubuh Ara. Aku juga sedih kenapa dia bisa nangis seperti ini. Sisca membawanya duduk dibangku.

Setelah tenang Sisca mencoba berbicara dengan Ara. "Kenapa lo?"

"Kemarin gue habis putus dari Edo. Katanya dia udah gak cocok lagi sama gue. Terus dia mutusin gue begitu aja" Ara mulai bercerita. Sementara aku dan Sisca hanya mendengarkan dengan seksama.

"Lo tau gak. Kemarin dia itu chatan sama si cabe. Kata Edo dia gak pernah chatan sama si cabe. Tapi buktinya apa! Emang bajingan tuh anak"

Sekedar pemberitahuan Cabe yang di maksud oleh Ara itu adalah Cindy, Larana, dan Angguna. Mereka sering kita sebut sebagai cabe sekolah, karena dandannya yang luar biasa untuk anak sekolah.

Aku hanya bisa mengatakan kalimat sabar, tidak tau harus menenagkan dengan kata apa lagi.

Tanganku tanpa sadar mengepal kuat. Seolah itu mukanya Edo. Aku jadi merasa sebel dengan dia. Pingin rasanya aku bunuh dia saat ini juga.

***

Setiap hari kita nenjalankan rutinitas seperti biasa, tapi sering kali kita dicibir oleh gerombolan si Cabe. Saat pertama-tama sih biasa aja tapi kalau terus menerus kita juga hilang kesabaran.

Ara pernah mencoba menemui Edo, meminta keterangan kenapa dia memutuskannya seperti itu, tapi malah Edonya sudah pulang. Mana mutusinnya lewat medsos lagi. Dasar cowo banci.

PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang