Raisa sedang bersiap-siap di kamarnya, karena hari ini ia akan jalan bersama Matthew. Tiba-tiba handphone-nya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Raisa mengambil handphone-nya dan membuka pesan tersebut yang ternyata dari Matthew
Matthew: Sa, kayaknya kamu tunggu di depan gerbang perumahan kamu aja, soalnya aku takut kena macet, kan kamu tau arah ke perumahan kamu sering macet
Matthew menyuruh Raisa untuk menunggu du gerbang perumahan karena takut terkena macet dan kalau sampai ia terkena macet itu akan menyita banyak waktu belum lagi harus menjemput Raisa di rumahnya
Raisa: ok deh kalo gitu aku tunggu di depan
Raisa: kamu lagi di mana?
Matthew: aku masih di rumah sih, tapi ini udah mau otw
Raisa: ohh yaudah, aku jalan kedepan ya
Matthew: gak kelamaan nunggunya?
Raisa: gapapa agak lama, biar nanti kalo kamu dateng bisa langsung berangkat
Setelah menjawab pesan dari Matthew, Raisa langsung turun dari kamarnya lalu berpamitan pada mamanya dan langsung berjalan menuju gerbang perumahannya yang bisa di bilang tidak terlalu jauh
"Mendung" gumam Raisa saat berjalan menuju gerbang perumahannya
Sudah sekitar setengah jam jam bahkan mungkin lebih, Raisa menunggu Matthew datang namun, Matthew tidak menunjukkan kehadirannya
Raisa akhienya memutuskan untuk mencoba menelfon Matthew namun tidak ada jawaban "yah gak diangkat" ucap Raisa. Sampai akhirnya hujan pun turun
"Yah ujan" ucap Raisapada dirinya sendiri, sekarang bajunya sudah mulai basah oleh air hujan
"gak ada tempat neduh lagi" ucap Raisa yang melihat sekeliling, tidak ada tempat untuk berteduh di sekitarnya kecuali pos security yang kecil dan di sana juga terlihat dua orang security yang berjaga
"Kayaknya mendingan gue pulang aja deh" ucap Raisa, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya, ia berjalan sampil memeluk dirinya sendiri karena merasa kedinginan
Langkahnya terhenti saat ada mobil yang berhenti di sampingnya, terlihat sang pengemudi turun dari mobilnya sambil membawa sebuah payung
"Lo ngapain ujan-ujanan" tanya orang tersebut
Raisa menautkan alisnya bingung "Dalvin?" Tanyanya bingung kenapa Dalvin ada di sini?
"Lo ngapain ujan-ujanan?" Tanya Dalvin lagi dengan setengah berteriak karena hujan yang cukup deras "kayak anak kecil lu"
"Gue gak ujan-ujanan"jawab Raisa sambil menunduk
"Nih pegang" ucap Dalvin menyerahkan payung yang ia pegang kepada Raisa
Raisa pun mendongak danlangsung mengambil payung tersebut dan Dalvin langsung melepaskan jaket yang ia kenakan dan menyampirkannya ke bahu Raisa dan menutupi punggungnya
"Emang gak terlalu ngebantu sih, soalnya baju lo udah basah tapi seenggaknya biar lo gak terlalu kedinginan" ucap Dalvin
"Gue anter lo pulang ya?" Tawar Dalvin
Raisa hanya mengangguk, setelah itu Dalvin mempersilahkan Raisa untuk masuk ke dalam mobilnya
"Hmm gue mau tanya tadi lo kenapa ujan-ujanan?" Tanya Dalvin yang sedang menyetir
"Kan udah gue bilang, gue gak ujan-ujanan"
"Ya terus lo ngapain tadi?"
"Nanti aja ceritanya, mending lo cepet deh, gue udah kedinginan nih"
"Iya iya"
Terkadang sikap Dalvin tidak bisa di tebak dia bisa bersikap dingin tapi sikapnya juga bisa berubah menjadi hangat bagaikan. Di saat tertentu ia bisa bisa menjadi dingin seperti es namun terkadang ia juga bisa menjadi selimut yang hangat
"Vin, belakangan ini lo kok kayak marah sih sama gue. Gue ada buat salah ya? Kalo gue buat salah gue minta maaf deh" Raisa sudah benar-benar penasaran mengapa akhir-akhir ini Dalvin bersikap seolah-olah ia sedang marah
"Lo gak ada buat salah kok dan maaf ya karena akhir-akhir ini sikap gue gak baik ke lo"
"Gapapa kok, Vin. Lo itu ternyata bukan orang yang angkuh ya, maksud gue lo gak kayak cowok kebanyakan yang buat bilang maaf itu susah banget"
"Nih ya Sa, mungkin bukan cowok doang yang susah untuk minta maaf tapi cewek juga tapi yang harus lo tau gak semua dari mereka punya sikap yang angkuh dan susah untuk mengatakan kata maaf melainkan ada hal yang membuat mereka takut untuk mengatakan kata maaf, takut karena apa mereka akan di maafkan? Jadi, bukan berarti mereka tidak ingin mengatakan kata maaf melainkan mereka terlalu takut untuk megatakannya"
Raisa hanya diam dan menampilkan sebuah senyuman di wajahnya karena mendengar perkataan Dalvin yang terdengar berbeda dengan sosok Dalvin yang ia kenal yaitu, Dalvin yang di kenal murid yang sering membolos dan sering melanggar tata tertib sekolah
Tidak terasa, mereka sudah sampai dan depan gerbang rumah Raisa dan Dalvin pun menghentikan mobilnya "Udah sampai" ucap Dalvin menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Raisa
"Makasih ya udah anterin gue" ucap Raisa berterima kasih "oiya ini jaket lo" ucap Raisa hendak melepas jaket milik Dalvin
"Simpen aja sama lo dulu"
"Oh yaudah, ini udah kedua kalinya loh lo minjemin barang lo ke gue, sebelumnya lo minjemin gue hoodie lo"
"Oiya ya, kan waktu itu lo balikin hoodie gue dalam keadaan bersih dan wangi. Nah, nanti balikin jaket gue di cuci dulu ya" ucap Dalvin sambil cengengesan
"Yeuhh, bilang aja minta di cuciin sekalian, lo kira gue tukang laundy"
Dalvin terkekeh "yaudah sana masuk, abis itu mandi, makan dan istirahat biar gak sakit"
"Tau gak? Lo ternyata lebih cerewet dari mama gue"
"Serius? Berarti gue cocok ya jadi emak-emak?" Tanya Dalvin. Setelah itu mereka tertawa bersama
"Nih pake payung keluarnya, masih ujan" ucap Dalvin menyodorkan payung yang di letakkan di kursi belakang
"Ok, makasih ya"
"Iya"
setelah itu Raisa membuka pintu mobil Dalvin dan keluar, ia langsung membuka payung yang dipinjamkan oleh Dalvin tidak lupa untuk menutup pintu mobil Dalvin baru setelah itu ia memasuki gerbang rumahnya
***
Leave comment and vote in this chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurts
Teen Fiction(COMPLETE) (Still revision, so i'm sorry for some chapters that are still weird or something...) I didn't know how to loving someone, until I met her Dalvin Alvaro Smith I'm so afraid to fall in love, because I thought love will make me hurt, until...