Setibanya Anin di Australia, waktu sudah menunjukkan pukul 8.00 malam. Ibunya langsung membawanya ke tempat makan malam disebuah restaurant, setelah itu beristirahat sejenak di hotel yang sudah dipesankan Ibunya Anin. Mereka menginap di hotel semalam, setelah itu keesokan paginya langsung menuju universitas yang akan menerima Anin sebagai salah satu muridnya.
"Wow.." itulah kesan pertama Anin saat menginjakkan kaki di universitas yang akan dia tinggali.
Luas, rindang, asri, dan bersih. Kata-kata tersebut cukup jelas mendeskripsikan kompleks universitas di sana. Lingkungan yang sangat nyaman, anak-anak mengobrol dengan santainya kesana kemari, duduk-duduk sambil memainkan alat musik di bawah pohon rindang, semua ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Anin. Rasa bersemangat untuk cepat-cepat memulai semester baru mulai muncul di hatinya.
Anin memilih untuk kuliah dijurusan multimedia, orang sering menyebutkan DKV (Desain Komunikasi Visual). Satu gedung besar yang terletak di sebelah selatan area kampus menjadi tujuan kelasnya, yang akan menemaninya hingga 4 tahun kedepan.
Gedung multimedia, gedung berlantai 4 yang terlihat megah namun masih ada beberapa bekas estetika bangunan lama yang dicampur dengan teknologi modern. Kesan yang pertama kali dialami Anin saat masuk adalah bahwa gedung multimedia, merupakan gedung dengan perkumpulan orang-orang yang banyak bergerak di bidang IT, dan biasanya adalah orang-orang jenius kelas kakap. Banyak anak dari berbagai bidang seperti teknologi informatika, desain grafis, dan masih banyak lagi yang mengambil jurusan ini. Dan seketika mentalitas Anin menurun drastis.
§
Setelah siang itu selesai tur keliling kampus, Anin diajak untuk ke asramanya, yang terletak di gedung 3 lantai 6.
Lebih terlihat seperti apartemen, dari pada asrama. Dengan lebar kamar 20x40 meter yang cukup luas atau mungkin sangat luas untuk ukuran sebuah kamar asrama.
Kamar asrama Anin dilengkapi dua buah kamar yang terpisah, satu pantry, sebuah kamar mandi, dan ruang tamu yang bisa sekaligus difungsikan sebagai ruang televisi.
"Aku tinggal sendiri?" tanya Anin kepada petugas asrama yang mengantarkannya.
"Untuk selama kamu kuliah disini, kamu mendapat kesempatan khusus yang sangat langka untuk dapat kamar di sini. Ini merupakan sebuah kehormatan untuk mendapatkan ruang asrama disini bertempat tinggal sendiri." ucap pegawai asrama tersebut.
"Oh, ya sudah, terima kasih kalau begitu," jawab Anin singkat yang dibalas senyuman simpul dari petugas asrama yang bernama Betty tersebut.
Betty lalu memberikan Anin dua buah kunci kamar asrama, setelah itu pergi dan meninggalkan Anin sendiri di ruang asramanya.
"Waktunya gue bersih-bersih," gumam Anin sambil berkacak pinggang melihat sekeliling ruangan asramanya yang luas tersebut.
Tak terasa Anin selesai membereskan asrama barunya pada pukul 9 malam, kemudian dia langsung berbaring di atas sofa-yang-cukup-empuk di ruang tamu miliknya.
§
Niat hanya rebahan, namun akhirnya kelewatan hingga tidur lelap beneran. Keesokan harinya Anin bangun dan terkejut ketika melihat jarum jam menunjukkan pukul setengah sembilan dan sesi kelas Anin mulai tepat pukul sembilan pagi.
Dengan penuh tergesa-gesa, Anin menyiapkan seluruh barangnya dalam waktu sepuluh menit, dan menghabiskan waktu mandi hanya lima menit. Kemudian Anin pergi menuju kampusnya yang jaraknya sekitar 500 meter dari asrama miliknya.
"Gusti, gue hari pertama udah telat, salah apa hamba ya gusti," omel Anin yang mempercepat langkahnya menuju kampus.
Kelas Anin berada di lantai empat, dan salah satunya cara untuk menggapai kesana adalah dengan menaiki tangga. Ada sekitar 800 anak buah tangga yang harus didaki Anin untuk mencapai kelasnya.
Dengan segenap tenaga yang tersisa, Anin akhirnya sampai di kelasnya.
Namun kelasnya kosong.
Setiap murid baru, yang sendirian tanpa ada kenalan ataupun teman pun pasti akan kebingungan. Sama halnya dengan Anin.
Ini hari pertama dan cobaan rasanya sudah cukup berat bagi Anin.
"Ampun ini gimana??" tanya Anin dengan dirinya sendiri.
Dengan segala kepanikan yang ada, Anin kembali berlari menuruni tangga menuju pojok informasi yang ada di gedung multimedia.
"Permisi, kelas jurusan DKV kenapa kosong ya?" tanya Anin kepada penjaga front desk.
"Tunggu sebentar," ucap penjaga tersebut sambil membolak-balikkan sebuah map berwarna merah yang berisi jadwal kelas di gedung multimedia.
"Atas nama siapa?" lanjut petugas tersebut.
"Triani Anindya Devandra."
"Oh murid baru, kelas Mr. Adrian Moresby hari ini di cancel dan di undur menjadi besok."
"Oh gitu ya kak, yaudah terima kasih banyak ya," jawab Anin sambil mengeluarkan senyuman masam.
Kemudian dia berbalik badan dan menghela napas panjang.
"Apa emang hidup gue harus jadi introvert selama kuliah? Gue ga punya temen sama sekali," gerutu Anin.
Karena ini masih pagi, dan kebetulan juga Anin belum sarapan, kaki Anin secara refleks berjalan menuju area kantin yang letaknya di gedung tak jauh dari gedung multimedia.
'Tapi temen siapa?' Anin terus memikirkan bahwa dia harus mencari teman, paling tidak satu.
Membawa satu potong sandwich dan juga sebotol root beer, Anin memilih untuk memojok di bangku luar kantin, yang letaknya terbuka berhubungan langsung dengan taman, dan juga menghadap ke gedung multimedia.
Anin mengeluarkan hp dari dalam tasnya, yang dari tadi malam dalam mode mati.
Ada satu email masuk dari sekolah yang isinya tentang pengunduran jadwal hari ini. Emailnya diterima kemarin malam, pukul 8.00.
'Sial! Tau gitu gue ngecek hape dulu pagi ini,' batin Anin.
Anin memasangkan headphone nya, kemudian mengeluarkan sebuah sketchbook dan mulai menggambar sambil mendengarkan lagu di bawah pohon yang cukup rindang.
Selama Anin bersantai dan menikmati hari pertamanya, ada seorang laki-laki bertubuh bongsor dan berbadan atletis, yang memandangnya dari kejauhan.
Tanpa Anin sadari, Anin sedari tadi di intai oleh pria yang menggunakan pakaian hitam tersebut yang sedang duduk sambil mengeluarkan laptopnya tak jauh dari tempat Anin duduk.
Another chapter! Ada yang tau siapa cowo itu? Wait until the next chapter.
Hopes this makes ya happy @mrsdevandra!
Love as always,Peachykittenz
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Heaven Knows
Teen FictionSerumit apapun perjalanan hidup, akan kembali ke apa yang sudah ditentukan. "Apakah kau janji?" "Ya, saya janji."