2 | Gusti Putri (1)

647 112 48
                                    

"Kakanda, ke manakah Ananda Putri? Mengapa belum datang untuk sarapan bersama?" tanya Permaisuri Purwakanti yang duduk berhadapan dengan Prabu Anggabaya.

"Sepertinya masih tidur. Ananda Putri pasti kelelahan karena pesta kemarin," jawab Prabu Anggabaya santai.

"Bagaimana bisa Ananda Putri masih tidur ketika matahari sudah terbit? Dia seorang Putri. Harus bisa memberikan contoh yang baik," balas Permaisuri Purwakanti yang mulai kesal.

"Sudah sedari dulu Ananda Putri sulit dibangunkan. Mungkin kali ini dia benar-benar lelah."

"Kakanda terlalu memanjakan Ananda Putri. Bagaimana Ananda Putri bisa menjadi panutan bagi rakyatnya jika kebiasaan buruk dipelihara terus-menerus?"

"Adinda, jangan terlalu keras padanya. Ananda Putri masih kecil. Dia masih membutuhkan waktu untuk bermain. Belum tepat memberikan tugas-tugas yang berat padanya. Biar Ananda Putri menikmati masa kecilnya seperti anak-anak yang lain."

Setelah memberi penjelasan dan menenangkan Permaisuri Purwakanti, Prabu Anggabaya memanggil seorang dayang. Dengan sigap dayang tersebut datang menghampiri Prabu Anggabaya dengan kepala tertunduk dan menempelkan kedua telapak tangan memberi hormat.

"Hamba, Gusti Prabu," ucap sang dayang.

"Tolong bawakan sarapan ke kamar Ananda Putri. Ananda Putri pasti lapar ketika bangun tidur nanti."

"Baik, Gusti Prabu."

Setelah menerima instruksi, dayang tersebut undur diri. Kakinya lekas melangkah ke dapur dan menyiapkan makanan sesuai perintah sang Gusti Prabu.

"Kakanda memanjakannya lagi," lanjut Permaisuri Purwakanti dengan nada sebal karena pemikirannya tidak dihiraukan.

"Setelah selesai sarapan, bagaimana jika kita berjalan-jalan ke taman belakang istana? Bunga-bunga flamboyan sedang bermekaran dengan indahnya."

"Apakah Kakanda sedang mengalihkan pembicaraan?"

"Tidak. Aku sedang menghiburmu. Adinda tampak lelah akhir-akhir ini. Jadi, Kakanda pikir akan lebih baik jika Adinda beristirahat sejenak dengan melihat pemandangan dan menikmati udara segar di taman."

Permaisuri Purwakanti tidak membalas. Hanya sikap diam yang ditunjukkannya. Hal itu membuat Prabu Anggabaya menyunggingkan senyuman.

"Seiring berjalannya waktu, Ananda Putri akan tumbuh sebagaimana mestinya. Dengan menyandang status sebagai seorang bangsawan, Ananda Putri pasti bisa menyesuaikan diri. Ananda Putri pasti akan menjadi panutan yang baik bagi rakyatnya. Kakanda janji akan menjaga Ananda Putri agar tidak bertindak di luar batas yang tentunya dapat merugikan dirinya sendiri maupun kerajaan. Percayalah. Adinda tidak perlu khawatir."

**********

Setelah mandi dan berpakaian, aku melihat seorang dayang melangkah masuk ke dalam kamar beserta baki di tangannya. Kakinya menapak perlahan. Kepalanya tertunduk menunjukkan penghormatan padaku.

"Apa itu?" tanyaku penasaran.

"Mohon ampun, Gusti Putri. Ini adalah hidangan makan pagi untuk Gusti Putri. Gusti Prabu memerintahkan hamba untuk membawanya ke kamar Gusti Putri."

"Mengapa tidak di meja makan? Aku bisa menyantapnya bersama Ayahanda dan Ibunda di sana."

"Itu karena ..." Sang dayang menggantung ucapannya.

"Karena aku belum bangun," tuturku melanjutkan ucapan sang dayang yang tertuduk ketakutan.

"Hamba mohon ampun, Gusti Putri." Nada suara sang dayang gemetar semakin ketakutan.

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang