"Mengapa Ibunda menyuruhku cepat-cepat tidur? Aku belum mengantuk sama sekali," gerutuku sambil menurunkan kedua kaki dari tempat tidur. Tak lama kemudian, samar-samar aku mendengar suara dari luar kamar.
"Suara apa itu? Mengapa ada suara berisik malam-malam seperti ini?" tanyaku penasaran. Aku menajamkan pendengaranku. "Apakah itu suara Kakanda Balakosa dan Kakanda Bhadrika yang berniat mengerjaiku lagi? Mereka pasti merencanakan sesuatu yang jahat padaku. Lihat saja! Aku tidak takut! Aku akan melawan mereka!"
Dengan tekad kuat dan keberanian yang tinggi, aku beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamar. Aku sangat yakin mereka pasti ada di balik pintu–menungguku lengah ketika keluar dari kamar. Untuk kali ini aku tidak akan kalah. Mereka pikir aku bisa ditipu berulang kali? Jangan remehkan aku. Itu tidak mungkin terjadi.
Ketika langkahku sebentar lagi sampai di pintu kamar, aku terlonjak kaget melihat pintu di hadapanku terbuka dengan tiba-tiba. Mataku membulat seketika. Tubuhku kaku seolah terpaku di tempatku berdiri. Ternyata, bukan kedua kakandaku yang membuka pintu melainkan Ibunda.
"Aku terbangun karena mendengar suara berisik di luar. Aku hanya ingin memastikan suara apa itu. Kumohon, maafkan aku, Ibunda. Aku janji akan langsung tidur setelah ini," pintaku dengan degup jantung semakin cepat karena ketahuan tidak menuruti perintah Ibunda sebelumnya.
Anehnya, Ibunda tidak bicara apa-apa. Ibunda justru langsung berlutut menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan tinggi tubuhku yang mungil. Wajahnya memucat. Bibirnya gemetar. Matanya menunjukkan kecemasan yang amat besar. Kedua tangannya bergerak mengusap tubuhku dari ujung kepala sampai kaki seperti sedang memeriksa apakah telah terjadi sesuatu padaku.
"Mengapa wajah Ibunda pucat? Apakah Ibunda sakit?" tanyaku polos.
"Kau tidak apa-apa?" Ibunda berbalik bertanya.
"Aku baik-baik saja. Sebenarnya ada apa, Ibunda? Mengapa Ibunda nampak cemas?"
"Kita harus cepat pergi dari sini."
"Pergi ke mana, Ibunda? Ini sudah malam. Ibunda memintaku untuk cepat tidur. Aku janji akan cepat tidur dan tidak main-main lagi."
"Dengarkan Ibunda. Sudah tidak ada waktu lagi. Kau harus ikut Ibunda keluar dari istana."
Tak berlangsung lama, aku dan Ibunda dikejutkan oleh api yang muncul tiba-tiba dari jendela kamarku. Dengan cepat, api tersebut menjalar ke berbagai benda mulai dari meja, kursi, hingga tempat tidurku pun tak luput olehnya. Hembusan angin kencang yang masuk dari jendela kamar membuat api semakin membesar dan berlanjut membakar langit-langit kamar.
"Ibunda, apa yang terjadi?" tanyaku ketakutan dan mulai menangis.
Ibunda tidak menjawabku sama sekali. Tangannya menggenggam erat tanganku, kemudian menarikku berlari keluar kamar. Konstruksi istana termasuk kamarku yang didominasi kayu membuat api mudah menjalar ke segala tempat. Sejauh mata memandang, api tampak berkobar di mana-mana. Keganasannya seolah tak ingin melewatkan apapun.
Selama berlari, Ibunda terus melindungiku dari jatuhan puing-puing benda yang perlahan hancur dilalap api. Dalam rasa takut yang terus menyelimuti, mataku menangkap sesuatu di lengan Ibunda. Itu adalah luka akibat menepis batang kayu yang baru saja akan menimpaku.
"Ibunda," ucapku perlahan sambil mendongak melihat wajah Ibunda yang tampak tegar dan waspada pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan hanya melindungiku dari kobaran api, Ibunda juga melindungi pandanganku agar tidak melihat para dayang dan para pengawal yang tewas bergelimpangan tertancap anak panah maupun tebasan pedang.
Kumulai merasakan napasku tidak biasa. Sesak sekali. Aku berusaha mengambil napas, tetapi dadaku terasa semakin sesak. Kepungan asap pun semakin pekat. Aku bahkan tidak bisa melihat benda-benda di sekitarku. Ibunda juga merasakan yang sama. Terdengar suara Ibunda terbatuk-batuk karena menghirup asap, tetapi sekali lagi Ibunda tidak menunjukkan rasa sakitnya. Kakinya terus bergerak membawaku mencari celah untuk bisa keluar dari istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get In Touch (TAHAP REVISI)
FantasiJudul awal : Loving Princess [Genre : Comedy - Romance - Fantasy] Kamala Wikrama Indurasmi, seorang Gusti Putri suatu kerajaan seribu tahun yang lalu. Bukan hanya cantik dan anggun, Kamala juga seorang gadis tangguh yang menguasai keahlian berperang...