8 | Gusti Putri (1)

293 52 11
                                    

Sebelas tahun telah berlalu. Hutan ini sama sekali tidak berubah–tetap menakutkan seperti dahulu. Sampai sekarang aku masih belum berani menginjakkan kakiku lagi di sana. Peristiwa mengerikan yang kualami bersama Ibunda membuatku kembali merasa takut. Aku takut jika ingatan-ingatan itu kembali menghantuiku. Tetapi, bagaimana dengan rusa itu? Rusa itu sudah berlari masuk ke dalam hutan sejak beberapa waktu lalu meninggalkan aku yang terus berpikir di sini.

Aku berusaha menelan salivaku melawan rasa takut. Aku sudah terlanjur sampai di sini. Jadi, aku harus menyelesaikannya.

"Kita masuk ke dalam hutan, Yodha. Ini perintah."

Walau Yodha terus memaksaku kembali, tetapi aku bersikukuh untuk mengikuti rusa itu ke dalam hutan. Sepertinya aku akan sedikit terlambat datang latihan karena ini. Patih Danadyaksa pasti akan mencariku. Tak apa. Aku akan menjelaskan alasanku terlambat karena mengejar rusa itu. Aku yakin Patih Danadyaksa pun belum pernah melihatnya dan ingin tahu lebih lanjut mengenai rusa aneh yang kutemukan.

Akhirnya, Yodha mengikuti perintahku meski kutahu Yodha terpaksa melakukannya. Kaki-kaki Yodha mulai berjalan selangkah demi selangkah membawaku memasuki hutan. Ternyata, penampakan hutan pada malam itu benar-benar berbeda sekarang. Tidak menakutkan seperti pemikiranku sebelumnya. Suasananya tenang dan sejuk. Pohon-pohon pinus menjulang tinggi seakan mampu menggapai langit dengan bias-bias sinar mentari menerobos di antaranya–melakukan pertunjukkan romantis di depan mataku. Lumut-lumut hijau menyelimuti bebatuan besar. Hamparan rumput tumbuh subur. Suara serangga terdengar saling bersahutan–menunjukkan jati dirinya sebagai simfoni hutan yang sangat indah.

Tiba-tiba, angin lembut berhembus menerpa wajah dan tubuhku seolah menyambutku datang. Aku tersenyum menikmati semua keindahan ini. Entah ke mana perginya rasa takutku itu, aku sudah tidak merasakannya lagi. Yang ada kini hanyalah perasaan bahagia.

"Ini indah sekali. Bagaimana hutan yang menakutkan itu bisa berubah menjadi sangat indah seperti ini?"

Perjalananku berlanjut mencari rusa itu sembari terus menikmati keindahan. Tak terasa, kami semakin jauh masuk ke dalam hutan. Aku menyadarinya. Namun, semua keindahan ini bagai sihir yang membuatku tak ingin kembali. Sampai akhirnya, aku mendengar suara lengkingan yang sangat tinggi, bahkan mampu membuat bulu kudukku berdiri.

"Suara apa itu?" Aku mengedarkan pandangan ke sekitar. Suara lengkingan itu seakan dapat menjangkau setiap sudut hutan–menggema hingga hatiku terasa bergetar. Tanpa kuminta, Yodha yang sedari tadi terus berjalan langsung berhenti karena suara itu. Sepertinya Yodha juga merasakan hal yang sama.

Aku terdiam beberapa detik. Kupusatkan pikiranku pada keadaan. Aku tidak tahu suara apa itu dan dari mana asalnya. Siapapun itu dan apapun itu, aku harus terus waspada. Mungkin saja itu pertanda buruk yang akan datang menyerang. Setelah lama menunggu, tidak ada yang terjadi. Tak ada serangan seperti yang kucurigai.

"Ayo jalan lagi," perintahku pada Yodha sambil terus mengawasi keadaan. Yodha dengan sigap mengikuti perintahku dan berjalan santai seperti sebelumnya. Suasana hutan yang sunyi membuat pendengaranku semakin tajam, bahkan pada suara sekecil apapun. Selain suara serangga saling bersahutan dan dedaunan yang bergesekan, ketukan langkah kaki Yodha juga terdengar sangat jelas.

Tak lama kemudian, langkah kaki Yodha terhenti kembali. Suara lengkingan itu terdengar lagi. Kali ini aku yakin itu bukanlah sesuatu yang berbahaya. Aku ingin memastikan dari mana asal suara itu. Konsentrasi penuh kulakukan dengan terus menajamkan pendengaranku. Aku berusaha melakukannya dengan cepat. Jangan sampai suara itu kembali menghilang.

"Di sana." Aku menemukan asal suara itu. Kepalaku menoleh menuju deretan pepohonan yang terletak lebih tinggi dari tempatku dan Yodha sekarang. "Yodha, jalan ke sana. Ke arah barat."

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang