Akhirnya Najip bangun, setelah seharian dia tidak sadarkan diri. Apa langsung membuka percakapan.
"Najip, mengapa kau membahayakan dirimu? apa menyesal mengizikan kau membeli motor besar" Apa mendengus panjang.
"Maafkan Najip pa, Najip berjanji tidak akan balap lagi", sambil melihat kondisi kaki kirinya yang patah.
"Kau harus pandai-pandai berteman. Apalagi di rantau, jangan mengikuti perangai teman kau yang tak baik". Apa menasehati Najip sambil melihat anaknya dengan iba.
"Pa, siapa yang mengantarkan Najip?"
"Seorang ustadz, yang telah membawamu ke rumah sakit. Teman kau itu tak satupun membesuk kau".
Najip teringat teman-temannya sama pembalap, mereka hanya menyelamatkan dirinya masing-masing, tanpa peduli dengan dirinya kini.
"Siapa nama ustadznya, pa? Najip mau berterimakasih kepada beliau." Tanyanya terbata-bata.
"Ustadz Abdul Latifh, beliau mengajar di pondok pesantren, Bogor. Beliau sangat baik, sampai menunggu kau semalaman disini. Najip, kita harus bersyukur kepada Allah, kau masih diberi kesempatan olehNya. Istirahatlah dulu, jika kau sudah kuat, baru kita temui beliau."
***
Najip dan apa mengunjungi ustadz Latifh di pondoknya. Najip mulai merasakan suasana seperti di aliyahnya dulu, yang begitu menentramkan dan hangat. Berbeda dengan kondisinya sekarang, yang terlalu jauh dari Allah, karena pengaruh pergaulan yang tidak baik di Ibu Kota."Silakan duduk pak dan nak Nazhif." ustadz mempersilakan ayah dan anak tersebut duduk di ruang tamu pondok yang sederhana.
"Makasih ustadz. Begini ustadz, maksud kedatangan kami kemari, Najip ingin berterimakasih langsung kepada ustadz". Jawab apa dengan sungkan.
Beliau tersenyum dan memperhatikan kaki Nazhif "Bagaimana kondisi kaki Nazhif sekarang?
"Alhamdulillah, sudah berangsur pulih ustadz, kadang-kadang terasa ngilu. Ustadz, saya mau menyampaikan terimakasih banyak kepada ustadz yang telah menolong saya". Ujar Najip.
"Nak, berterimakasih lah kepada Allah, karena Dia yang menggerakkan hati saya untuk melihat kerumunan di jalan malam itu, semoga engkau lekas sembuh nak" selepas berkata, beliau memegang pundak Najip.
"Aamiin ..., makasih ustadz" sahutnya.
"Kuliahmu bagaimana nak? tanya ustadz lagi.
"Saya mengambil cuti semester ini ustadz, karena tidak memungkinkan dengan kondisiii ...", sambil mununduk menyesali perbuatannya.
Kemudian Ustadz berkata: "Kalau begitu, mondoklah disini nak selama cuti kuliah, semoga engkau menemukan cahayaNya".
Tanpa pikir panjang apa langsung menjawab, "Kalau saya mengizinkan Najb mondok disini ustadz. Anak ini sekarang berbeda dengan dia di MAN dulu, sekarang dia sudah brandalan."
Dengan sengaja, Najip menyengol tangan apa dan kelihatan malu kepada ustadz akan perkataan apanya tadi. Kemudian Najip merenung, mengepalkan kedua tangannya dan memutuskan suatu hal yang akan merubah drastis hidupnya dimasa depan.
"Insyaallah, saya bersedia mondok dan dibimbing oleh ustadz" jawabnya tegas.
"Alhamdulillah" serentak apa dan ustadz mengucapkannya.
🌛🌙🌛
KAMU SEDANG MEMBACA
Setoples Mimpi (COMPLETED)✔️
EspiritualWarning !!! Naskah cerita ini sudah ditolak penerbit terkenal ⛔ Percayakah kamu dg kekuatan mimpi? Percayakah kamu dg dahsyatnya cinta? Shakilla, siswi aliyah yg jago silat berasal dari nagari nan indah, Pandai Sikek, Sumatera Barat, telah membukti...