Selepas dari taman hiburan, Azura dan yang lainnya pergi makan malam di sebuah restaurant Jepang yang sudah menjadi langganan Langit sejak lama. Setelah itu barulah Langit melajukan mobilnya ke rumah Azura.
Tadi mereka semua berangkat menggunakan mobil yang dibawa Langit, sementara motor Dion dititipkan di rumah Azura.
Sekitar pukul delapan lebih beberapa menit akhirnya mereka sampai, Langit memutuskan untuk langsung pulang karena Alya sudah terlelap di sebelahnya. Bocah itu pasti sangat kelelahan setelah bermain seharian. Ditambah perutnya yang sudah kenyang membuat tidurnya semakin lelap.
Sementara itu Azura tak langsung masuk ke rumah, dia berbincang dulu sebentar dengan Dion. Setelah Dion pergi barulah dia dan Kalan beranjak masuk.
Merogoh kunci dari saku jeansnya, lalu memasukan kunci itu ke dalam lubang kunci pintu rumahnya. Azura terkejut kala ia menemukan rumahnya dalam keadaan tidak dikunci. Seingatnya tadi ia tidak lupa mengunci pintu.
"Masa iya gue lupa ngunci pintu?" gumam Azura heran. Namun ia tak ingin ambil pusing dan segera membuka pintu itu lalu menyeret Kalan masuk ke dalam.
"Akhirnya lo dateng juga!" Seruan seseorang langsung menyambutnya dari dalam.
Mata Azura melotot saat melihat kakak tirinya yang sudah duduk cantik sambil melototi layar televisi.
Pantas saja pintu rumahnya sudah dibuka, tapi darimana kakaknya mendapatkan kunci rumah ini?
"Ngapain lo di sini?" Azura bertanya dengan nada ketus. Kehadiran kakaknya adalah salah satu hal yang paling tidak Azura harapkan.
"Jadi gitu cara lo nyambut kakak lo?" Manda, kakak tiri Azura menoleh dan menatapnya sinis.
"Cuih najis gue ngakuin lo sebagai kakak gue!" kata Azura. Sudah menjadi hal yang wajar cewek itu berbicara sarkas kepada kakaknya, begitu pun sebaliknya.
Azura dan Manda memang tidak pernah mengenal kata akur. Keduanya seolah ditakdirkan untuk saling bermusuhan juga menjatuhkan.
"Ngomong-ngomong siapa tu bocah?" Tatapan Manda beralih kepada Kalan yang sudah bersembunyi dibelakang Azura. Bocah itu terlihat ketakutan tapi Azura bisa memakluminya. Dulu juga dia sering merasakan takut saat beradu tatap dengan Manda.
Meski terlihat cantik dan anggun, Azura selalu bisa merasakan aura negatif yang dipancarkan kakak tirinya. Wajah polos Manda berbanding terbalik dengan kelakuan minusnya. Setidaknya itulah penilaian Azura terhadap kakaknya.
Tiga detik setelah Manda mengajukan pertanyaannya, Azura sontak berdecak sebal, cewek itu berbalik lalu membukakan pintu rumahnya selebar mungkin.
"Pergi dari rumah gue sekarang juga!" Tanpa mengurangi kesinisan dalam ucapannya, Azura berujar dengan lantang.
"Belagu banget lo ngusir gue!" sahut Manda lalu berdiri dari tempatnya. "Lagian gue juga nggak akan mau dateng ke gubuk lo ini kalau bukan karena nyokap gue yang nyuruh!"
Azura tersenyum miring. Dia tahu kalau rumahnya tidak sebanding dengan rumah yang ditinggali keluarganya sekarang. Tapi apa perlu Manda mengatainya gubuk?
"Terus ada perlu apa lo ke sini nyampe berani ngebobol gubuk gue segala?" Atmosfer diantara keduanya semakin menegang, namun tak membuat mereka berhenti saling menatap penuh kebencian.
"Lusa Oma mau ke sini, ah maksudnya ke rumah gue."
"Terus?" Azura terlihat tidak tertarik sama sekali. Mau neneknya atau presiden sekalipun yang berkunjung ke rumah ayahnya dia nggak akan peduli.
"Terus?" Kata yang sama, namun diucapkan dengan nada yang berbeda oleh Manda. Kedua tangan cewek itu kini sudah terlipat di depan dada. "Lo lupa apa yang mesti lo lakuin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...