12 | Sang Bintang (2)

220 40 11
                                    

Apakah aku sudah mengatakan bahwa diriku sempurna? Sesuai dengan apa yang diserukan oleh para fans-ku, aku memang sempurna. Semua pahatan itu terpampang jelas pada tubuhku. Mulai dari wajahku yang oval, rahangku yang kuat, mataku yang indah, bulu mataku yang panjang dan lentik, hidungku yang mancung, hingga bibirku yang merah ranum dampak dari kulitku yang putih. Rambutku pendek berponi dengan warna hitam alami, tak dicat warna apapun seperti selebriti kebanyakan. Aku tidak suka jika rambut indahku yang kurawat dengan penuh cinta terkena bahan kimia. Aku hanya akan menggunakan produk perawatan kecantikan dari bahan-bahan alami. Tubuhku semampai, bahuku lebar, dadaku bidang. Tinggi? 185 sentimeter. Saking tingginya tubuhku, banyak orang yang merasa kesal dan mengeluh sakit leher setelah berbincang denganku dalam posisi berdiri.

Seperti dugaanku sebelumnya, orang-orang sudah menanti kedatanganku. Riuh suara para Perfectionist terdengar seketika meneriakan namaku sewaktu aku melangkah keluar dari pintu terminal kedatangan internasional. Para wartawan berusaha memotret dan merekam, tidak ingin melewatkan kesempatan sedikitpun. Kuposisikan diriku sebaik mungkin, membiarkan kilatan-kilatan kamera itu mengabadikan kesempurnaanku. Aku tersenyum sangat manis meninggalkan kesan baik. Tentu saja, aku terlihat mencolok dan berbeda dibandingkan mereka semua. Tak berlama-lama, aku kembali berjalan dengan tegap dan percaya diri menembus keramaian para Perfectionist yang jumlahnya sangat banyak. Panca, Ayu, dan tim manajemen berjalan di belakangku. Para bodyguard terus melindungiku dari tangan orang-orang yang berusaha menyentuhku. Selama berjalan, bukan hanya teriakan saja yang kudengar. Aku bahkan mendapati sebagian dari para Perfectionist menangis terharu karena bisa melihatku dari dekat.

"Project di Amerika sudah selesai dan tur konser dalam rangka promosi album ke-3 juga sudah dilaksanakan di berbagai negara," kataku menjawab pertanyaan wartawan.

"Lalu, apa rencanamu selanjutnya? Apakah ada project lain setelah album ke-3?"

"Untuk rencana atau hal apapun akan dikabari selanjutnya," lanjutku cepat-cepat. Kepalaku mulai pusing mendengar pertanyaaan-pertanyaan wartawan yang seolah tidak ada habisnya.

Sedang asyiknya tebar pesona, aku terperanjat dengan kemunculan seorang gadis yang tiba-tiba terjatuh di hadapanku. Gadis itu menunduk dengan lutut dan lengan menopang tubuhnya di lantai. Wajahnya tidak terlihat jelas karena terhalang oleh topi yang dikenakannya. Sepertinya dia bukan salah satu dari fans-ku. Penampilannya biasa saja tanpa atribut atau pernak-pernik apapun yang menunjukkan bahwa ia seorang Perfectionist seperti yang lain.

Apa-apaan ini? Mengapa dia jatuh di hadapanku? Ini pasti trik kuno untuk menarik perhatianku, 'kan? Dia pasti berharap aku menolongnya. Menjijikkan! Dengan berpura-pura jatuh seperti itu memangnya aku akan merasa kasihan? Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin marah-marah di depan semua Perfectionist dan wartawan. Apa boleh buat. Aku terpaksa melakukan ini.

Aku melangkah perlahan mendekati gadis itu kemudian berjongkok di hadapannya.

"Kau tidak apa-apa? Apakah kau terluka?" Wajahku cemas berpura-pura simpati. "Lain kali kau harus berhati-hati. Jangan sampai terjatuh lagi ya."

Untuk menyempurnakan aktingku, langsung saja aku memutar tubuh dan mendongak pada Ayu yang berdiri tepat di belakangku. "Ada spidol?" tanyaku pada Ayu.

"Ada, Mas. Sebentar." Ayu merogoh tas. "Ini spidolnya, Mas."

Tanganku terulur pada Ayu menerima spidol lalu kembali pada pada gadis di hadapanku.

"Aku mau minta izin sebelumnya, apakah aku boleh memberikanmu tanda tanganku?" Begitu aku ingin memberikan tanda tangan, aku kebingungan di mana harus membubuhkannya. Tak ada kertas atau benda lain yang bisa kugunakan. Mataku tertuju pada topi gadis itu yang nampak polos tanpa corak apapun. Langsung saja tanganku lincah menggoreskan spidol hitam di tanganku membentuk garis-garis indah di permukaan topinya.

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang