13 | Sang Bintang (2)

208 36 4
                                    

Dua tahun lamanya aku menetap di Amerika. Aku sebenarnya penasaran seperti apa situasi kota kelahiranku ini. Ternyata, sama saja macetnya. Bahkan bertambah macet karena pembangunan infrastuktur di sana-sini. Untunglah, aku berada di dalam mobil yang nyaman dan sejuk. Jadi, aku tidak merasakan bagaimana penatnya keadaan di luar sana.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya aku sampai di sebuah gedung tinggi. Arsitekturnya modern bernuansa hitam dan oranye keemasan. Aku melihat tulisan besar 'Panembarama Entertainment' di depan gedung itu seiring mobil memasuki halaman parkir. Itu adalah kantor agensi yang menaungi aku, Kris, Bunga, dan Ali berkarir di dunia tarik suara. Dulunya, Panembrama Entertainment adalah manajemen artis yang kurang dilirik. Itu berdampak pada eksistensi artis-artisnya yang juga kurang dikenal masyarakat. Tetapi, semenjak kehadiranku sebagai trainee dan debut sebagai idol, Panembrama Entertainment berangsur mengalami perubahan. Namanya mulai dikenal luas. Pendapatannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak pula anak-anak muda yang tertarik menjadi seorang artis melalui Panembrama Entertainment. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Panembrama Entertainment menjadi perusahaan hiburan nomor satu di Indonesia. Kontribusinya yang begitu besar dalam memajukan industri hiburan tanah air membawa nama Panembrama Entertainment terkenal sampai ke luar negeri. Bukankah itu artinya aku yang menjadi tombak kebangkitan Panembrama Entertainment?

Mobil van berhenti tepat di depan lobi. Aku turun seorang diri, sedangkan Panca dan Ayu bergabung dengan staf yang lain--membereskan barang-barang juga mengurus keperluanku.

"Mesin uangku! Eh, maksudku bintangku! Bintangku yang bersinar!"

Aku terperanjat mendengar seseorang berteriak ketika langkahku baru saja memasuki lobi. Dari kejauhan aku melihat sosok tinggi dengan tubuh berisi berlari ke arahku. Itu produserku. Namanya Panji Brajamusti. Seorang pria multitalenta yang sudah berkecimpung di dunia hiburan sejak remaja. Dahulu, Mas Panji adalah seorang musisi rock kenamaan tanah air. Dia begitu digilai para gadis di zamannya karena parasnya yang tampan dan prestasinya yang luar biasa di dunia musik. Di usianya yang sudah kepala 4, Mas Panji memutuskan untuk pensiun sebagai penyanyi dan beralih profesi menjadi seorang produser. Dia juga yang mendirikan Panembrama Entertainment untuk menyalurkan bakat anak-anak muda yang bermimpi menjadi seorang bintang.

Awal pertemuanku dengan Mas Panji sebenarnya tidak bisa dibilang kebetulan. Pada pertengahan tahun, sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah atas, aku melakukan pertunjukkan musik jalanan bersama Kris di sebuah taman kota. Hobiku dan Kris sama. Kami mencintai dunia musik. Aku bernyanyi dengan memainkan kibor, sedangkan Kris bernyanyi dengan memetik gitarnya. Lagu-lagu yang kami bawakan bervariasi, mulai dari lagu-lagu yang sedang hits sekarang hingga lagu-lagu nostalgia. Setiap akhir pekan, aku dan Kris selalu datang ke taman kota untuk melakukan pertunjukan musik. Antusiasme orang-orang sangat baik. Mereka senang dengan pertunjukkan kami. Begitu kami memasang peralatan, mereka, dari anak-anak sampai orang tua, langsung berkumpul untuk menikmati lagu-lagu yang kami bawakan. Bahkan, di antaranya ada yang sengaja datang setiap akhir pekan untuk menonton dan memberi semangat kepada kami.

Bermusik sekedar hobi kami. Pertunjukkan yang kami lakukan juga karena kegemaran dan sukarela, bukan berniat untuk mengamen. Sejujurnya, kami tidak tahu ingin menjadi apa di masa depan nanti. Bermusik adalah satu-satunya bidang yang kami kuasai. Kami pun berpikir sepertinya akan menjadi musisi saja di masa mendatang.

Apa yang kami pikirkan ternyata menjadi sebuah doa besar yang dikabulkan Tuhan. Dari sekian banyak penonton, diam-diam ada seorang pria yang selalu memperhatikan kami. Dia mengaku sebagai seorang penggemar yang sudah menonton pertunjukkan kami selama satu tahun. Setelah pertunjukkan kami selesai, pria itu menghampiri kami dan meminta waktu untuk berbincang sebentar. Akhir dari perbincangan membuat kami terkejut bukan main sewaktu pria itu memberikan kartu namanya pada kami. Rupanya, pria itu adalah seorang produser musik yang sedang mencari anak-anak muda berbakat. Caranya memang unik. Dia menyisir jalanan dan tempat-tempat tak terduga untuk menemukan bakat-bakat baru dan tak biasa.

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang